Berita Bireuen
Kemendikbud RI Kunjungi Dayah Babussalam Pimpinan Tu Sop Jeunieb di Bireuen
"Direktorat Geografi Sejarah juga melakukan pertemuan dengan sejumlah pengurus Dayah Babussalam Jeunieb," kata Ihsan.
Penulis: Ferizal Hasan | Editor: Nur Nihayati
"Direktorat Geografi Sejarah juga melakukan pertemuan dengan sejumlah pengurus Dayah Babussalam Jeunieb," kata Ihsan.
Laporan Ferizal Hasan I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Direktorat Geografi dan Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, melakukan kunjungan kerja ke Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb Kabupaten Bireuen, Aceh, Jumat (1/11/2019).
Sebelumnya, Direktorat Geografi Sejarah juga mengunjungi serta mengadakan kegiatan seminar kebangsaan dan pameran sejarah selama tiga hari di Dayah Mudi Samalanga.
Untuk diketahui, Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb juga disebut Dayah Multimedia Aceh yang merupakan Dayah Pimpinan Tgk H Yusuf A Wahab atau Tu Sop Jeunieb yang juga Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA).
• Pesta Narkoba di Gudang di Aceh Timur, Lima Terduga Pemakai Sabu Diamankan, 1 Lagi Masih Dikejar
• Askab PSSI Aceh Timur: Sepakbola Indonesia di Tangan Mochamad Iriawan Semoga Makin Maju
• Mengaku Pejabat Mabes Polri, Tersangka Kasus Perampasan Sepmor
Mudir I Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb, Tgk Ihsan M Ja'far kepada Serambinews.com, Sabtu (2/11/2019) mengatakan, kunjungan kerja Kemendikbud RI dalam rangka silaturahmi dan observasi dunia kedayahan.
"Direktorat Geografi Sejarah juga melakukan pertemuan dengan sejumlah pengurus Dayah Babussalam Jeunieb," kata Ihsan.
Katanya, Kemendikbud tertarik dengan peran dayah masa lalu.
Dayah mampu memberikan kontribusi besar bagi Kesultanan Aceh dan dayah hingga saat ini masih bertahan dengan pendidikan yang sama pula.
Dalam pertemuan pengurus dengan Direktorat Geografi Sejarah Kemendikbud, lanjut Ihsan, telah menjelaskan mengenai kaloborasi dua macam bentuk pendidikan yang diterapkan di dayah ini.
"Dayah Babussalam mempunyai dua bentuk pendidikan, Salafi dan terpadu, santri terpadu dan salafi kita pisahkan komplek nya. Untuk pendidikan terpadu kita memiliki Sekolah SDIT As Salam, SMP As Salam Islamic School dan SMA As Salam Islamic School," sebutnya.
Ditambahkan Ihsan, Direktorat Geografi Sejarah dalam pertemuan pengurus memberi masukan masukan baru menggunakan metode belajar sambil bermain untuk pendidikan di tingkat dasar.
Ketua Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA), menerangkan, selain itu kunjungan kerja Kemendikbud RI adalah langkah awal Dayah Babussalam dalam membina hubungan kerjasama ke depan dengan Kemendikbud RI.
Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Geografi Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Agus Widiatmoko SS, mengucapkan terima kasih telah diberikan kesempatan mengunjungi SD, SMP, SMA Assalam Dayah Babussalam Jeunieb.
Katanya, pertama mengenal tentang pendidikan karakter, yang kedua bagaimana sekolah ini nantinya menerapkan Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) pilihan anak dimana nanti Matchnya berkaitan dengan program pembangunan kemajuan bangsa kita di tengah peradaban dunia itu penting.
"Saya melihat disini memang masih jauh dari harapan kita baik dari segi fisik maupun kualitas SDM anak didik dan guru serta minimnya fasilitas yang memadai," ujarnya
Katanya, bagaimana anak-anak dan guru bisa meningkatkan kualitas mutu pendidikan kalau sarana dan prasarana kurang memadai.
"Saya juga melihat ruang kelas masih semipermanen, yang sangat menyentuh hati kami, tadi ada satu kelas yang dibelakangnya ada peta Indonesia, ini penting dimana anak-anak setiap hari harus melihat peta Indonesia.
Tetapi apa yang kami lihat, gambar petanya sudah rusak-rusak dan petanya pun belum standar, bagaimana anak-anak bisa melihat bahwa pengayaan tentang keIndonesiaan kalau peta sendiri tidak lengkap.
Ini salah satu sedikit dari sarana dan prasarana pada anak didik yang harus kita perbaiki," terangnya.
Agus Widiatmoko menambahkan, dalam membangun dan mencerdaskan anak bangsa tidaklah mudah, indikasinya pengurus dan guru disini sudah sangat luar biasa, mampu membuat sekolah secara mandiri.
Bahkan murid-muridnya tidak muat dan terpaksa harus menolak lamaran siswa setiap tahunnya.
"Semangat inilah yang harus kita apresiasikan, mudah-mudahan kedepan Kemendikbud akan mendukung bagaimana meningkatkan kuantitas dan kualitas sekolah yang ada di dayah ini baik salafi maupun Pendidikan formal," kata Agus.
Menurutnya, dayah berperan besar dalam sejarah peradaban Aceh pada masa kesultanan jauh sebelum bangsa Eropa datang.
"Dayah sebagai sumber intelektual kaum cendekiawan dalam kesultanan, nah ini yang harus kita bangkitkan kembali.
Dimana dayah-dayah sekarang dan masa depan menjadi tempat-tempat pemondokan para cendikiawan yang nantinya juga mempunyai peranan yang besar dalam pembangunan masyarakat Aceh.
Ini yang harus kita kuatkan di dayah saat ini," tutup Kasubdit Geografi Sejarah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI. (*)