Kisah Nenek Rukiyah, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Sering Digigit Serangga dan Dipatuk Ular
Rukiyah atau biasa dipanggil Mak Iyah, tinggal seorang diri di rumah tak layak huni di tengah hamparan kebun sayuran.
Tubuhnya telah ringkih, pandangannya sudah kabur dan mengalami gangguan pendengaran.
Mak Iyah mengatakan, semenjak suaminya meninggal dunia sekitar tiga puluh tahun lalu, ia hidup sebatang kara karena tidak memiliki anak.
“Suami emak mah sudah lama meninggal. Kalau anak emak meninggal waktu lahir,” ucap Mak Iyah ketika ditemui Kompas.com di rumahnya, Sabtu (02/11/2019).
Mak Iyah mengatakan dulu pernah bekerja di perkebunan.
Namun sejak sering sakit-sakitan dan usianya terus menua, ia mengaku tak sanggup lagi bekerja.
Untuk bertahan hidup, ia mengharapkan belas kasihan tetangga dan warga sekitar.
"Tos teu tiasa damel (sudah tidak bisa bekerja), kieu we di saung (diam saja di rumah)," katanya.
Mak Iyah mengaku sering diselimuti rasa takut setiap berada di dalam rumah.
Selain khawatir ambruk, kondisi rumahnya yang penuh lobang membuatnya takut dengan gigitan binatang.
Pasalnya, ia mengaku sering digigit serangga bahkan jari tangannya pernah dipatuk ular.
"Di sini digigitnya (menunjukkan jari tangan sebelah kanan), waktu di dapur," ujarnya.
Beruntung nyawanya terselamatkan setelah ia berteriak minta tolong dan dibawa warga berobat ke dokter.
“Kejadiannya sudah lama. Saya sendiri yang bawa ke dokternya untuk diobati. Alhamdulilah bisa sembuh, tapi jari-jarinya jadi merengkel (bengkok),” sahut Erah (65), tetangga setempat.
Kini, tak ada asa berlebih di usia senjanya, Mak Iyah hanya berharap selalu diberikan kesehatan dan tetap bisa makan.
“Emak mah gak mau sakit, tidak punya uang buat beli obatnya. Kalau makan alhamdulillah suka ada yang ngasih,” ucapnya.