Berita Banda Aceh

Pegiat Pencegahan Stunting, Pemerintah Pusat Beri Penghargaan untuk Tokoh Kesehatan Aceh

Pemerintah menganugerahi penghargaan untuk 10 pegiat DAN tokoh pencegahan stunting 2019 yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan....

Penulis: Misran Asri | Editor: Jalimin
For Serambinews.com
Dosen Poltekkes Kemenkes Aceh, Dr Aripin Ahmad berpose bersama dengan Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko, usai menerima penghargaan terkait upaya pencegahan stunting yang selama ini dilakukan di level desa di Provinsi Aceh, Jumat (21/11/2019). 

Pegiat Pencegahan Stunting, Pemerintah Pusat Beri Penghargaan untuk Tokoh Kesehatan Aceh

Laporan Misran Asri | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pemerintah menganugerahi penghargaan untuk 10 pegiat DAN tokoh pencegahan stunting 2019 yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi, termasuk salah satu di antaranya Ahli Kesehatan Aceh, Dr Aripin Ahmad MKes yang juga Dosen  Poltekkes Kemenkes Aceh.

Penghargaan itu diserahkan Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko, di Kantor Staf Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Jumat (15/11/2019).

Dr Aripin Ahmad mengatakan penghargaan yang diterima terkait inovasinya membuat Rumah Gizi Gampong (RGG) yang telah dituangkan oleh Pemerintah Aceh, sehingga menjadi salah satu isi Pergub Nomor 14 Tahun 2019, dalam upaya pencegahan stunting di tingkat desa.

“Upaya pencegahan stunting juga harus menyentuh level terendah, yaitu desa. Salah satu model intervensi pencegahan stunting melalui pemberdayaan masyarakat di gampong adalah model Rumoh Gizi Gampong atau RGG,” sebutnya, dalam rilis yang diterima Serambinews.com.

Banjir Kiriman di Aceh Singkil Sebabkan Dua Desa Terpencil Terisolasi, Warga Harus Naik Rakit

Seorang Dokter Dilaporkan ke Polisi, Setubuhi Siswi SMP di Bilik Periksa dan Diberi Uang Rp 1,5 Juta

Imigrasi Malaysia Tangkap 680 Warga China, Dituduh Terlibat Sindikat Penipuan Online

Ia menerangkan stunting sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) hanya bisa diturunkan dengan pecegahan, bukan penanganan.

Jika melihat siklus kehidupan seharusnya stunting sudah bisa turun secara tajam dalam waktu 5 tahun jika upaya pencegahan dilakukan tepat sasaran serta dilakukan secara terstruktur dan terus menerus dalam skala yang luas.

“Indikator tinggi atau tidaknya stunting dilihat dari prevalensi anak baduta (bayi dua tahun) dan balita yang menderita pendek jika dibandingkan panjang atau tinggi badan seharusnya,” sebutnya.

Maka sambungnya jika intervensi pencegahan digeser ke tiga step siklus kehidupan sebelumnya, yaitu fase kehamilan, calon pengantin (catin), dan remaja putri, incidence stunting baru tidak akan muncul dan diikuti dengan penanganan yang tepat saat lahir sampai 2 tahun.

Kopilot Wings Air Tewas Gantung Diri, Kelamaan Cuti Nikah dan Dipecat, Didenda Perusahaan 7 Miliar

Sebagai contoh sebutnya, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi stunting di Aceh tahun 2013 adalah 41.5 persen. Lalu di tahun 2018 menjadi 37.3 persen, artinya penurunannya hanya 4.2 persen.

Kondisi penurunan yang hanya 4,2 persen, lanjut Dr Aripin Ahmad, memberi gambaran upaya pencegahan mungkin tidak banyak dilakukan, karena anak yang stunting di tahun 2018 adalah anak yang lahir setelah tahun 2013  (anak stunting baru bukan anak stunting lanjutan dari 2013).

Karena itu dibutuhkan banyak bentuk inovasi kegiatan baru apalagi Aceh khususnya beragan kondisi geografis dan sosio demografis tentu perlu model yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokal, untuk mendorong tingginya capaian indikator pencegahan stunting.

Jelang Leg 2 Lawan Bhinneka FC, Galacticos Peusangan Raya Matangkan Persiapan

“Mungkin inilah yang menjadi tugas kita semua. Selain itu upaya pencegahan stunting butuhpartisipasi semua kalangan,” sebut Dr Aripin.

Lalu pemerintah juga sudah menetapkan 20 indikator cegah stunting, dimana 11 indikator spesifik dan 9 indikator sensitif yang harus dilakukan secara konvergensi melalui 8 aksi konvergensi pencegahan stunting dan indikator tersebut sasaranya sudah menyentuh 3 siklus hidup sebelum baduta (0-2 tahun) atau anak  balita, tutup Dr Aripin Ahmad.(*)

Pemuda 19 Tahun yang Sodomi 11 Bocah Ditangkap Polisi, Pelaku Ancam Bunuh Para Korban Jika Melapor

PSSI Laporkan Insiden Kekerasan Terhadap Pendukung Indonesia, Begini Respon Menpora Malaysia

Aceh Tamiang Mulai Berlakukan Car Free Day

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved