Berita Bener Meriah
Meningkatkan Produktifitas, Petani Lakukan Pemangkasan Massal Kebun Kopi di Bener Meriah
“Kita memberikan bantuan lebih kurang 30 hektar, ada delapan kelompok tani, satu fasilitator akan memimpin 25 kelompok tani,” sebutnya.
Penulis: Budi Fatria | Editor: Nur Nihayati
“Kita memberikan bantuan lebih kurang 30 hektar, ada delapan kelompok tani, satu fasilitator akan memimpin 25 kelompok tani,” sebutnya.
Laporan Budi Fatria | Bener Meriah
SERAMBINEWS.COM, REDELONG - Untuk meningkatkan produktifitas tanaman kopi, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh melakukan kegiatan Gerakan Massal (GERMAS) Pemangkasan Kebun Kopi Arabika, di Kampung Waq Pondok Sayur, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Kamis (28/11/2019).
Kepala Bidang Perbenihan, Produksi dan Perlindungan Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, menyampaikan dalam sambutanya Kabupaten Bener Meriah memiliki lahan perkebunan kopi seluas 46.273 hektar, namun produktifitasnya hanya 824 kilogram dalam satu hektar pertahunnya, yang seharusnya bisa mencapai 2 ton per hektar dalam satu tahun.
“Pemangkasan perlu dilakukan untuk menaikkan produktifitas kopi di Bener Meriah,” ujar Cut Huzaimah.
• Ketika Wali Nanggroe Malik Mahmud Bertemu Ratu dan Delilah di Way Kambas
• Tiket Gratis dan Kopi Gratis Diberikan kepada Pengunjung Desember Kopi di Bur Telege
• Aceh Kring Kring Tawarkan Suasana Rex Peunayong di Jakarta
Ia menambahkan, kegitan pemangkasan massal ini dipimpin oleh delapan fasilitator.
“Kita memberikan bantuan lebih kurang 30 hektar, ada delapan kelompok tani, satu fasilitator akan memimpin 25 kelompok tani,” sebutnya.
Lanjutnya, sebanyak 200 petani masing-masing kita berikan satu gunting dan satu gergaji pangkas untuk melakukan kegiatan pemangkasan massal ini.
Selain itu, kepada kelompok tani juga diberikan bantuan berupa kereta sorong untuk mengangkut ranting-ranting hasil pemangkasan.
“Dari hasil pemangkasan ini nantinya akan muncul buah kopi yang banyak,” bebernya.
Kegiatan ini menurut, Cut Huzaimah akan memotifasi petani lain untuk melakukan pemangkasan seperti ini.
“Kita berharap, kegiatan ini bisa dilanjutkan pada tahun depan, karena begitu luas lahan kebun kopi yang rusak, kita akan melakukan rehabilitasi,” sebutnya.
Kita memberikan bantuan dalam bentuk pemberian gunting pangkas, tanpa malakukan gerakan massal saya melihat tidak begitu efektif.
“Terkadang ada petani yang tidak melakukan pemangkasan walaupun sudah menerima bantuan, dengan gerakan massal ini bisa mempercepat pemagkasan dilakukan, dalam satu hari bisa efektif dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Selain itu, Bupati Bener Meriah, Tgk H Sarkawi juga menyampaikan dalam sambutanya, kegiatan pemangkasan ini akan meningkatkan produktifitas kopi di Bener Meriah.
Tahun ini, kita dibantu 30 hektar dalam pemangkasan massal kopi milik petani. Kita berharap kedepan betul-betul massal. Misal satu kampung saja ada tiga percontohan yang lain pasti ngikut, karena tipikal masyarakat kita suka meniru sesuatu yang dianggap sudah bagus.
“Kalau setiap kampung ada tiga percontohan itu akan selesai semuanya,” ujar Abuya Sarkawi.
Harap, Abuya Sarkawi, mudah-mudahan tahun depan diupayakan menjadi 700 hektar, kalaupun tidak 1000 hektar.
Abuya menambahkan, kopi merupakan salah satu komuniti yang mengharumkan Provinsi Aceh ditingkat Nasional maupun Internasional.
“Sebagai aset penting, tentu kopi harus kita rawat dan urus bersama-sama,” kata Abuya Sarkawi.
Seperti yang disampaikan oleh ibu Cut Huzaimah, produktiftasnya 824 Kg per hektar dalam satu tahun, potensi yang sebenarnya 2000 Kg per hektar dalam satu tahun.
“Angka ini masih jauh sekali baru 30 persen dari potensi yang sebenarnya,” beber Abuya Sarkawi.
Bagaimana menaikkan ini, walau pun tidak sampai ke tingkat optimal, setidaknya bisa mencapai 50 persen dari potensi yang sebenarnya, itu sudah sangat bagus sekali.
“Dengan harga sekarang Rp 60.000 per kilogram, kalau 1000 Kg bisa mendapat Rp 60 juta setahun dalam satu hektar kebun kopi,” kata Abuya.
Lanjut Abuya, kalau sudah Rp 60 juta per tahun, dibagi 10 bulan sudah hampir Rp 6 juta satu bulan, sudah sama dengan gaji bupati,” candanya.
“Ngapain jadi bupati, jadi petani kopi dengan lahan satu hektar sudah seperti bupati,” canda Abuya lagi.
Menurut Abuya, kalau sudah begini, nanti profesi petani kopi akan menjadi propesi yang terhormat.(*)