Berita Subulussalam

Tim Penetap Harga Rilis Harga TBS Kelapa Sawit di Aceh, di Barsela Capai Rp 1.570 Per Kilogram

Di Aceh khususnya wilayah pantai barat selatan, seperti Kota Subulussalam, harga TBS dari pohon kelapa sawit usia 10-20 tahun mencapai Rp 1.570/kg

Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com
SUBANGUN BERUTU, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam. 

Di Aceh khususnya wilayah pantai barat selatan, seperti Kota Subulussalam, harga TBS dari pohon kelapa sawit usia 10-20 tahun mencapai Rp 1.570 per kilogram.

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Tim penetapan dan pemantauan harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Aceh kembali merilis harga TBS di wilayah timur utara dan barat selatan Aceh.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Subangun Berutu, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com, Selasa (3/12/2019.

”Di pantai barat selatan, harga TBS petani yang usianya tujuh tahun mencapai Rp 1.491 per kilogram,” kata Subangun Berutu. 

Di Aceh khususnya wilayah pantai barat selatan, seperti Kota Subulussalam, harga TBS dari pohon kelapa sawit usia 10-20 tahun mencapai Rp 1.570 per kilogram.

Ini berdasarkan hasil penetapan harga TBS Aceh yang diumumkan hari ini, Selasa, 3 Desember 2019. 

Proyek Telur di Aceh Makan Korban, 2 Pejabat Dinas Peternakan Jadi Tersangka, Negara Rugi Rp 2,6 M

Timnas U-22 Indonesia Bantai Brunei Darussalam di SEA Games 2019, Osvaldo Haay Hatrick

Vietnam Tumbangkan Singapura di SEA Games 2019, Persaingan Grup B Masih Sengit

Sedangkan TBS hasil produksi pohon usia tujuh tahun hanya Rp 1.491 per kilogramnya.

Kemudian untuk buah hasil produksi pohon kelapa sawit usia delapan tahun ditetapkan Rp 1.513 per kilogram.

Buah dari pohon kelapa sawit usia sembilan tahun dihargai Rp 1.529 per kilogram. 

Subangun juga menjelaskan dalam daftar harga yang ditetapkan tim, juga dicantumkan rata–rata harga CPO Rp 8.098 per kilogram. 

Kemudian rata-rata harga karnel Rp 4.237 per kilogram. Kemudian Indeks ‘K’ adalah 80,78 persen.

Subangun berharap agar pihak pabrik mematuhi apa yang sudah ditetapkan tim penetapan harga TBS, sehingga para petani di Kota Sada Kata itu terbantu dalam meningkatkan hasil pertaniannya itu.

”Kita sudah berulangkali meminta kepada semua perusahaan di Subulussalam agar mengikuti harga yang sudah ditetapkan tim dan pemerintah.

Tapi faktanya di lapangan masih banyak belum mematuhi,” ujar Subangun. 

Lebih jauh, Subangun yang akrab disapa Akeng membeberkan sejumlah modus pihak pabrik di Kota Subulussalam dalam memainkan harga.

Dikatakan, terkadang, kata Subangun seusai harga diposting di facebook atau masuk dalam berita, pihak pabrik buru-buru menaikan dalam hitungan menit.

Misalnya, kata Akeng, saat diberitakan harga TBS di pabrik A hanya Rp. 1.260 per kilogram sementara di tempat lain sudah naik mengikuti ketetapan tim penetapan harga, maka pihak pabrik A buru-buru menaikan.

Ini dilakukannya, lanjut Akeng agar jika ada yang mengecek ke lokasi harga sudah mengikuti pengumuman tim penetapan harga. 

Subangun menjelaskan faktor yang mempengaruhi kenaikan harga TBS di Subulussalam.

Diakui, kenaikan dipicu harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang menguat, sehingga  prediksi kenaikan berdampak pada TBS.

Tapi, lanjut Subangun kenaikan TBS juga tidak terlepas akibat menurunnya produksi buah kelapa sawit milik petani di sana.

”Memang CPO naik makanya TBS ikut naik. Tapi ini juga karena buah kurang lantaran produksi menurun,” ujar Akeng

Pabrik saat ini ditenggarai kekuarangan pasokan buah dari petani akibat terjadinya penurunan produksi.

Sebab saat ini memang merupakan masa buah trek. 

Dikatakan, dalam dunia perkebunan kelapa sawit ada masa buah melimpah dan trek.

Trek merupakan musim dimana tanaman sawit tidak berproduksi maksimal.

Kondisi tersebut diakibatkan, kondisi iklim terutama cuaca yang tidak menentu.

Saat memasuki masa pembungaan buah sawit, pasokan air hujan kurang maksimal. Meski telah dilakukan pemupukan, hasil TBS atau brondolan menurun.

Nah, sesuai hasil penelitian masa trek terjadi dalam kurun waktu Oktober-Maret. 

Masa itu merupakan proses pembungaan dan terjadi tren trek hingga produksi menurun.

Kondisi ini, kata Subangun diperparah oleh tidak terawatnya kebun petani akibat harga yang sejak dua tahun terakhir anjlok.

”Dunia sawit ada musim buah dan tren trek. Ini memang terjadi tiap akhir tahun hingga Maret. T

api masalah ini semakin diperparah oleh harga yang kemarin anjlok sehingga kebun petani tidak terawat seperti pemupukan yang menjadi hal wajib bagi tanaman sawit,” terang Subangun

Lebih lanjut, kata Subangun imbas trek yang diakibatkan oleh perubahan cuaca sangat terasa pengaruhnya.

Produksi tandan buah segar serta harga yang juga menurun, membuat penghasilan pekebun sawit berkuran.

Diterangkan juga bila harga TBS sawit rendah pasti berdampak luar biasa bagi petani.

Saat musim trek yang menjadi masa paceklik di dunia petani kelapa sawit.

Kondisi ini memaksa petani untuk melakukan perawatan kebun semampunya, bahkan ada yang mulai tidak melakukan pemupukan, lantaran ketiadaan dana untuk membelinya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved