7 Kisah Pemelihara Ular di Indonesia, Tidur Bersama Ular hingga Tewas Saat Mandikan Ular Kobra

Sedangkan ular piton ditakuti lantaran lilitan dan rahangnya yang sangat lentur hingga dapat memangsa manusia.

Editor: Faisal Zamzami
Dokumentasi Pribadi Roni Kurniawan
Ice (27) asal Desa Mentulik, Kabupaten Kampar, Riau, sedang bercengkerama dengan dua ekor king kobra di depan rumahnya. Foto ini diambil oleh teman sepermainannya, Roni Kurniawan. DOKUMENTASI RONI KURNIAWAN 

Rizky, pemuda asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah menyelamatkan dan merawat seekor king kobra saat banjir melanda daerah tersebut.

King kobra sepanjang tiga meter itu ia temukan terjerat jaring penangkap ikan milik warga.

Lebih dari satu bulan, Rizky yakin ular kobranya sudah cukup jinak.

Ia pun membawa ular tersebut ke Car Free Day (CFD) di Bundaran Besar Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Minggu (8/7/2019) adalah hari nahas bagi Rizky.

Ia tewas setelah king kobra itu mematuk lengan kanan Rizky saat beratraksi di CFD.

Usai dipatuk, Rizky masih melanjutkan atraksinya.

Tak berselang lama, ia lemas, ambruk dan dilarikan ke rumah sakit.

Meski pihak rumah sakit menyatakan Rizky telah meninggal, namun keluarga tidak begitu saja menerima.

Keluarga masih mengupayakan ritual agar Rizky bisa pulih seperti semula.

“Walau sudah memasuki hari kedua, namun kami tetap yakin bahwa anak kami belum meninggal karena badannya masih hangat dan berkeringat,” katanya.

Rizky akhirnya dimakamkan oleh keluarganya pada Kamis (12/7/2019) di Pemakaman Muslim, Palangkaraya.

 5. Sepuluh tahun berdampingan dengan 10 ular sanca

Z
Munding Aji (30), pemuda asal RT 002, RW 001, Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, saat bergumul dengan ular sanca batik (Pyton reticulatus) raksasa koleksinya, Kamis (21/6/2018). Sedikitnya ada 10 ular sanca raksasa yang dia koleksi dalam 10 tahun terakhir dengan tak kurang dari 100 ekor ayam dia berikan untuk pakan ular-ular koleksinya setiap bulannya.(KOMPAS.com/M IQBAL FAHMI)

 Berawal dari melihat foto seekor ular kecil di media sosial, pria bernama Munding Aji (30) jatuh hati.

Saat itu usia Munding baru 20 tahun.

Ular yang kemudian ia beri nama Syahrini tersebut, ia rawat sepenuh hati.

Sepuluh tahun kemudian, Syahrini tumbuh hingga panjangnya mencapai 9 meter.

Selain Syahrini, pemuda asal Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen itu juga hidup berdampingan dengan sembilan ular lainnya.

Seluruhnya berjenis sanca batik (Pyton reticulatus).

Ular-ular tersebut juga diberi nama Shelly, Jenny, Cindy, Vira, Amel, Rambo hingga Faldi.

“Yang paling tua itu Rambo dan Syahrini, sudah 10 tahun, panjangnya sekitar 9 meter dan diameter perut 60 centimeter, tapi kalau makan (ukuran perut) bisa elastis sampai empat kali lipat,” ujarnya.

Hobi Munding mengoleksi ular sempat menuai kekhawatiran.

Masyarakat dan keluarga sempat was-was dengan keberadaan ular-ular itu.

"Tapi karena lihat saya biasa saja memegang ular-ular saya, akhirnya mereka penasaran juga, begitu pegang akhirnya jatuh cinta juga,” katanya.

Merawat ular, lanjutnya, bukan perkara sulit.

Hanya saja, ia harus mengeluarkan banyak biaya pakan.

Jika dikalkulasi, Munding harus menyediakan minimal 100 ekor ayam atau setara Rp 3 juta untuk pakan ularnya.

Bagi Munding, ular-ular itu sudah seperti kawan. Tak jarang ia tidur dengan ular-ular itu di kandang mereka.

“Ular saya sering saya bawa masuk rumah, kadang saya yang sengaja begadang di dalam kandang, pernah juga tidur bareng ular di kandang,” katanya.

 6. Berbagi rumah dengan lima ekor sanca

S
Ade Setiawan, warga Pademangan penghobi ular yang mengoleksi lima ekor ular sanca, memasukkan salah satu ular sancanya ke dalam kandang, Kamis (14/2/2019).(KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Ade Setiawan (46), warga Pademangan, Jakarta Utara memelihara ular sanca sejak tahun 2016.

Ular pertamanya ia beri nama Kliwon.

Saat pertama kali dipelihara, panjang Kliwon 80 sentimeter.

Kini Kliwon memiliki panjang mencapai 4 meter.

Tak hanya Kliwon, ia juga memelihara ular sanca lainnya.

Ade menyisihkan tempat bernaung bagi sanca-sanca tersebut meskipun keluarganya tinggal di pemukiman padat penduduk.

Ia membuat kandang seluas 0,72 meter persegi di depan rumahnya.

Hobi Ade mengundang perhatian tetangganya.

Salah seorang tetangga Ade, Ogeng mengaku banyak anak kecil ingin menyaksikan ular peliharaannya.

"Enggak ada yang takut, kadang-kadang malah megang. Anak saya baru enam tahun juga sudah minta foto. Ya jadi hiburan juga buat warga. Kalau dilepas langsung pada berebut pengin lihat," katanya.

7. Dikubur berdampingan dengan ular kesayangannya

S
Jana, warga Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tewas dililit ular sanca peliharaannya.(handout/dok Tribun Jabar)

Warga desa Padasuka, Kutawaringin, Kabupaten Bandung Jana (42) memelihara ular sanca seberat 17 kilogram dan panjang tiga meter.

Namun ular yang dirawatnya tersebut melilitnya hingga tewas pada Jumat (21/6/2019).

Jana dililit saat ia tengah memandikan sanca tersebut.

Ular sanca itu kemudian kabur melalui selokan dan dibunuh oleh warga.

Jana pun dikubur bersebelahan dengan ular sanca kesayangannya.

Istri Jana Elah mengatakan, tewasnya Jana diketahui pertama kali oleh anaknya.

Anak Jana terkejut mendapati ayahnya tengkurap di lantai dan ular sanca tak jauh dari jasad Jana.

"Saya pasrah saja melihat suami tewas gara-gara ular, sudah takdir," kata istri Jana.

Polisi Tangkap Warga Pining di Desa Gajah, Ini Kasusnya

Plt Gubernur Launching Pelayaran Perdana Kapal Cepat KM Express Bahari 5F

Rebut 23 Keping Emas, Lhokseumawe Juara Umum Kejurda KKI Piala Kajati Aceh

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "7 Kisah Pemelihara Ular di Sejumlah Daerah, dari Tidur Bersama hingga Tewas Saat Mandikan Ular"

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved