Gedung Escape Building Harus Berfungsi Ganda
Peneliti pada Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
Butuh escape building
Di Aceh, berdasarkan data yang dihimpun Serambi, baru ada 10 gedung penyelamat (escape building) yang tersebar di sejumlah titik, dengan jumlah terbanyak di Banda Aceh. Sementara empat kabupaten di barat selatan Aceh hingga kini belum memiliki gedung tersebut. Padahal, keempat daerah tersebut yaitu Aceh Singkil, Simeulue, Aceh Barat Daya (Abdya), dan Aceh Selatan, juga memiliki wilayah pantai yang luas.
Kabupaten Aceh Singkil, misalnya, dari 11 kecamatan, lima di antaranya berada di pesisir. Meski kawasan ini pernah luluh lantak dihantam tsunami, namun hingga kini belum memiliki escape building. Bahkan, dua kecamatan yakni Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat, berada di tengah kepulauan.
"Kita belum punya escape building. Jika mengandalkan dana APBK jelas nggak sanggup," ungkap Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil, Mohd Ichsan, ketika diminta tanggapannya terkait berita eksklusif berjudul “Selamatkan Gedung Penyelamat” yang dimuat pada halaman 1 Harian Serambi Indonesia, edisi Kamis (26/12/2019).
Laporan terbaru yang diterimanya, kata Ichsan, usulan pembangunan escape building di Singkil sudah direspons oleh Pemerintah Aceh dengan dana APBA dan akan dibangun pada tahun depan di Pulau Balai. "Sayangnya, anggaran yang tersedia hanya cukup untuk satu lantai saja," pungkas Ichsan.
Di Simeulue, hingga kini juga belum tersedia escape building sebagai shelter penyelamat jika terjadi tsunami. Akibatnya, masyarakat wilayah kepulauan itu yang memiliki pengetahuan cukup bagus tentang tsunami dengan kearifan lokalnya `smong' harus lari ke pegunungan setiap terjadi gempa yang berpotensi tsunami. "Ya, harus naik gunung atau ke persawahan yang jauh dari pantai. Tak ada jalan evakuasi atau fasilitas di gunung. Bawa persiapan masing-masing," lapor Sari Mulyasno, wartawan Serambi di Simeulue.
Kabupaten lain yang juga belum memiliki escape beuilding--meski sebagian besar permukiman di kawasan pesisir--adalah Abdya dan Aceh Selatan. "Setiap kali terjadi gempa yang berpotensi tsunami, masyarakat mencari tempat perlindungan masing-masing, misalnya ke gunung atau lokasi yang jauh dari laut. Mau bagaimana lagi," ungkap warga Abdya dan Aceh Selatan yang dihubungi terpisah. (nas/de/tz)