SALAM SERAMBI
Gencarkan Kampanye Bencana dan Bahaya Narkoba
HARIAN Serambi Indonesia edisi Minggu kemarin, antara lain, memuat dua berita yang sifatnya kampanye atau sosialisasi
HARIAN Serambi Indonesia edisi Minggu kemarin, antara lain, memuat dua berita yang sifatnya kampanye atau sosialisasi.
Pertama, Duta Wisata Kota Banda Aceh kampanye siaga bencana. Kampanye tersebut dilakukan dalam rangka memperingati 15 tahun peristiwa gempa dan tsunami melanda Aceh.
Dalam kampanye tersebut para duta wisata melakukan kampanye siaga bencana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Aceh khususnya warga Kota Banda Aceh terhadap potensi bencana alam. Kampanye ini ini dipusatkan di Simpang Lima Banda Aceh dalam upaya untuk mempersiapkan Kota Banda Aceh menjadi kota yang tangguh dalam mitigasi bencana.
Bagi Duta Wisata Banda Aceh kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab moral guna memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa peringatan gempa bumi dan tsunami bukanlah momentum untuk mengenang kesedihan melainkan untuk meningkatkan kesiapan terhadap bencana dan bangkit demi memajukan sektor pariwisata Banda Aceh melalui program mitigasi bencana.
Acara keduaa adalah sosialisasi bahaya narkoba yang dilakukan oleh Karang Taruna Angkasa Muda (KTAM) Desa Lhok Awe-Awe, Kecamatan Kuala, Bireuen.
Kegiatan ini diikuti sekitar 150 pemuda-pemudi gampong tersebut yang dipusatkan di meunasah Desa setempat, Sabtu (28/12/2019).
Ketua Karang Taruna Angkasa Muda Lhok Awe-Awe, Mursalin SM mengatakan pada kegiatan sosialisasi bahaya narkoba tersebut pihaknya mengundang pemateri dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bireuen.
Hadir juga sebagai pemateri dari pengurus Karang Taruna Kabupaten Bireuen serta dihadiri oleh Danramil Kuala dan Pospol Kuala. Kegiatan ini juga diikuti oleh para perangkat Gampong Lhok Awe-Awe yang terdiri atas keuchik, para tuha peuet, tuha lapan, dan kepala dusun. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menjadikan Gampong Awe-Awe sebagai kampung percontohan dan menjadikan pemuda-pemudi setempat menjadi generasi yang berkualitas, islami, serta bebas dari narkoba.
Nah, bagi Aceh, sosialisasi terhadap potensi bencana alam sama pentingnya dengan sosialisasi terhadap bahaya narkoba. Soalnya, Aceh ditakdirkan berada di jalur yang rawan bencana sehingga dijuluki daerah yang berada di jalur cincin api (ring of fire). Apalagi fakta membuktikan bahwa potensi gempa di Aceh tergolong sangat besar. Pada tahun 2004 gempa yang memicu tsunami dahsyat di Aceh memiliki kekuatan 9,3 skala Richter.
Selain itu, di Aceh terdapat empat gunung api yang masih aktif, yakni gunung Seulawah Agam di Aceh Besar, Gunung Peuet Sagoe di Pidie, Gunung Burni Telong di Bener Meriah, dan Gunung Jaboi di Kota Sabang.
Aceh juga berada di sesar aktif Patahan Sumatera atau sesar Semangko. Di Aceh sendiri terdapat beberapa sesar aktif, di antaranya sesar Seulimum dan Sipopo-Samalanga.
Selain gempa bumi dan tsunami, Aceh juga memiliki potensi bencana berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, cuaca ekstrem, abrasi dan intrusi sungai dan pantai, angin puting beliung, bahkan likuefaksi.
Semua ini mengharuskan masyarakat Aceh perlu terus- menerus disadarkan dan ditingkatkan kewaspadaannya bahwa berbagai jenis bencana alam sering melanda Aceh. Bahkan di Aceh Timur sering terjadi bencana berupa kebakaran sumur minyak yang dikelola masyarakat secara ilegal.
Oleh karena itu, setiap upaya yang secara terencana bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat Aceh akan potensi bencana dan pengurangan risiko bencana sangatlah kita dukung. Termasuk edukasi pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh para duta wisata. Upaya ini tentu saja strategis mengingat di seluruh Aceh terdapat duta-duta wisata maupun mantan duta wisata, demikian pula duta baca dan lainnya.
Sudah seharusnya setiap duta wisata, duta baca, bahkan duta kopi kita libatkan dalam optimalisasi pengurangan risiko bencana menuju keluarga dan masyarakat Aceh yang siaga dan tangguh bencana.