WAWANCARA EKSKLUSIF

Kuliah di 40 Kampus

DALAM pekan ini, nama Razali Ismail Ubit menjadi begitu populer. Ia mendaftar sebagai calon wakil walikota Solo dari PDI P

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Kuliah di 40 Kampus
IST
calon wakil walikota Solo dari PDI P

DALAM pekan ini, nama Razali Ismail Ubit menjadi begitu populer. Ia mendaftar sebagai calon wakil walikota Solo dari PDI P, akan dipasangkan dengan putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka. Yang membuat nama Razali makin populer, karena dialah satu-satunya bakal calon yang sedang menjalani pendidikan S1 dan S2 di 40 perguruan tinggi berbeda di Indonesia. Tekadnya sudah bulat maju ke gelanggang pilkada Solo sekuat tekadnya menyelesaikan pendidikan di 40 perguruan tinggi. Apa latar belakang dari  seluruh aktivitas bidang politik, pendidikan dan entrepereuneur itu? Berikut petikan wawancara eksklusif pria yang akrab disapa Rai ini dengan Fikar W.Eda dari Serambi Indonesia.

Anda putra Aceh, mencalonkan diri sebagai pemimpin di Kota Solo. Apa maksudnya?

Saya sangat serius dengan pencalonan ini. Saya mendaftar ke PDIP. Sudah direstui. Sekarang sedang dilakukan survei. Kita lihat nanti hasil surveinya seperti apa. Dalam Pemilu 2019 lalu, saya caleg untuk DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Partai Golkar. Meski tidak berhasil, namun saya sudah punya pemilih.

Alasannya apa?

Saya ingin mengubah paradigma, bahwa seseorang itu, apabila punya akses dan dikenal masyarakat dan potensial, ia bisa maju dimana saja. Solo adalah panggung politik sangat kompleks. Solo adalah barometer politik Indonesia. Kalau sukses di Solo, maka mudah untuk dimanapun.

Sebagai orang Aceh, apakah Anda diterima di Solo atau Jawa Tengah?

Saat pemilu legislatif lalu sudah saya buktikan. Bahwa saya tetap punya pemilih. Ketika itu saya memang kurang fokus saja. Ke depan ini akan sangat baik. Kehadiran saya semoga bisa mencairkan kebekuan-kebekuan atau ketabuan politik seperti paradigma lama, bahwa seseorang itu hanya punya peluang di kampung sendiri. Saya kira keadaan sudah berubah. Partai politik saat menempatkan kadernya duduk di lembaga politik atau calon kepala daerah melakukan survei ketat. Nah survei itulah yang akan menentukan, apakah seseorang itu diterima atau tidak, jadi bukan lagi ditentukan oleh asal daerah atau kampung atau primordialisme. Kita sedang menuju ke sana, bahwa yang unggul adalah SDM.

Apakah ada rencana maju di Pilgub Aceh nanti?

Saya siap apa saja kalau ditugaskan oleh partai, termasuk ke Aceh. Seperti saya sebutkan tadi, partai melakukan survei. Tapi saat ini saya mau fokus ke Solo dulu.

Anda katanya tercatat di 40 perguruan tinggi. Bagaimana menjalaninya?

Iya, benar. Semua saya jalani sesuai ketentuan kampus. Saya masuk ruang kuliah. Mengerjakan tugas, mengikuti ujian. Saat ujian, kadang lulus, kadang harus mengulang mata kuliah lagi. Semua saya jalani dengan profesional. Saya bukan mahasiswa yang diistimewakan. Tidak. Ini saya baru selesai ikuti kuliah. Hari ini ada dua kuliah di kampus berbeda yang harus saya jalani. Esok sore, saya ikuti kuliah di Surabaya. Begitulah kehidupan saya. (Ia memperlihatkan foto absen kuliahnya di kampus berbeda).

Bagaimana Anda mengatur waktu, mengingat kuliahnya di kampus berbeda dan daerah berbeda pula?

Hidup saya lebih banyak di perjalanan. Terutama kereta api, pesawat dan bus. Kuliah itu kegemaran saya. Maka saya ikuti dengan senang hati. Memang adakalanya saya harus cuti satu semester. Saya punya tiga asisten. Satu terkait kampus dan perkuliahan, lalu terkait usaha, dan tentu tim bidang politik.

Berapa uang kuliah yang harus Anda keluarkan tiap semester?

Saya belum lama ini membayarkan uang kuliah Rp 82,3 juta. Itu untuk 10 kampus. Belum semua. Ini bukti transfernya, lengkap dengan nama universitas penerima. (Ia memperlihatkan sejumlah bukti transfer).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved