Kawin Kontrak
Pengakuan Mucikari Kawin Kontrak di Puncak: Kebanyakan Minta Janda, Tarif Rp 7 Juta untuk 5 Hari
Sementara itu, tersangka yang berlaku sebagai sopir yakni BS mengaku tak tahu menahu, karena dirinya hanya diminta mengantar tamu oleh ON.
Sama dengan ON, mucikari lainnya IM juga mengaku sudah menjalani profesi itu sejak Oktober 2019.
Meski dirinya mengelak telah menyediakan wanita, namun ia pun mengakui kalau dirinya sering menjembatani.
"Ya karena saya diminta wanita itu ya kebetulan ada anak-anak tersebut tapi bukan di bawah umur, para wanita ini awalnya kerja di pabrik atau SPG," tutur IM.
Ia pun menegaskan kalau transasksi itu berdasarkan kemauan si wanita.
"Tidak ada paksaan atau apapun, dia bilang kalau misal ada yang mau untuk nemenin saya, tapi yang mungkin jangan kasar dan galak," jelasnya.
Untuk penentuan harga, kata IM, biasanya pelanggan lah yang menentukan tarifnya.
"Terkadang kalau sudah cocok sesuai kriteria tamu, tamu sendiri yang menentukan. Walaupun kita punya harga tapi tetap tamu yang menentukan, ya kalau booking satu malam tu pasaran aja, sekitar Rp 1 juta per malam," jelas IM.
Menanggapi hal itu, Kanit Reskrim Polres Bogor, Ipda Hafiz Prasetia mengatakan kalau pihaknya melihat sudah ada transaksi antara mucikari dengan turis Arab.
"Jadi perlu kami jelaskan, untuk yang kami laksanakan penangkapan sudah terjadi transaksinya, dalam hal ini pada saat itu berdasarkan keterangan saksi adanya salaman antara seorang supir yang diperintahkan untuk mengaku sebagai kakaknya, salaman sambil mengucapkan sesuatu dalam bahasa Arab yang tidak dimengerti oleh supir tersebut, setelah itu kemudian terjadinya transaksi atau perpindahan uang, dan di situlah terjadinya unsur-unsur dari perdagangan orang tersebut," jelas Ipda Hafiz Prasetia.
Meski begitu, IM tetap mengelak kalau transaksi tersebut sebagai kawin kontrak.
"Orang Arab itu walaupun bookingan harus ada ijab kabul, dalam artian ijab kabul itu kayak orang nikah, tapi bukan nikah, kalau menurut orang kita, orang Arab itu bukan nikah tapi harus salaman, bukan nikah, bookingan tapi harus salam terimakasih seperti itu," jelasnya.
"Kalau cuma deal kenapa harus ada walinya?," tanya Balqis Manikam.
"Nggak tahu juga ya, namanya juga orang sana, beda dengan prinsip kita, kita pun tidak tahu keinginan mereka seperti itu," kilah IM.
Sementara itu, ON menjelaskan kalau turis Arab meminta walinya, sementara ia pun akhirnya mengakali dengan menjadikan sang supir sebagai kakak wanita yang akan dijadikan istri kontrak.
"Saya (bilang) udahlah supir dijadikan kaka sama saya, kaka perempuannya. Sedangkan supir nggak tahu apa-apa, saya yang nyuruh, supir suruh duduk, udahlah ini kakaknya. Setelah itu dikasihkan uang sama supirnya, jadi gak usah kakak-kakak, diterima saja uangnya, terus yang saya ngerti bahasa Arab Mabruk, makasih, udah gitu aja," kata ON.