Kisah 2 Anak Yatim, Bekerja Jualan Bakpao Diupah Rp 20 Ribu Sehari, Ayah Meninggal Tertabrak Kereta
Usai ayahnya meninggal dunia, sang Ibunda, Jas (33) bekerja banting tulang menghidupi dirinya dan 2 saudaranya.
"Sudah dari bulan puasa tahun lalu. Jualan bakpao, saya jual harganya Rp 2 ribu. Dari Umi (bos) cuma Rp 1 ribu. Saya cuma mikir Emak enggak selalu punya uang, makanya saya mau kerja begini," katanya di lokasi, Jumat (3/1/2020).

Sebelum menjadi pedagang bakpao, Tya mengatakan tak memiliki pekerjaan dan aktifitas apapun.
Ia hanya membantu membersihkan rumah ketika Jas bekerja memungut barang sisa di Pasar Induk.
Namun, terkadang ia sering disuruh oleh sejumlah tetangganya untuk membeli sesuatu ke warung.
"Ya biasanya di rumah aja. Tapi saya suka disuruh ke warung atau beli apa sama orang, nanti diupahin. Nah uang itu yang buat jajan," sambungnya.
Dalam satu harinya, Tya biasa membawa puluhan bakpao dan dijajakan di sekitaran Perumahan Bulak Rantai, Jakarta Timur.
Untuk satu harinya penghasilan yang diperoleh Tya berkisar Rp 30 ribu usai berjualan dari pagi hingga sore hari.
"Biasanya tuh saya sendiri. Karena Deni lagi libur sekolah jadi saya ajak. Saya selalu jualan di sini kok tiap pagi sampe jam 17.00 WIB," ungkapnya.
Diam-diam berdagang

Sebelum bertemu dengan bos bakpao yang akrab disapa Umi, Tya menuturkan sempat berdagang jengkol di Pasar Induk.
Selama 5 hari, ia membantu Jas berdagang dan tak sengaja bertemu dengan Umi saat menjajakan jengkol.
Umi yang melihat Tya, segera mengajaknya berkomunikasi.
"Dek, kamu mau enggak jualan bakpao saya?," ujar Umi saat itu.
Dengan hati yang penuh keraguan, akhirnya Tya berucap mau.
"Mau bu. Saya mau," ucapnya.