Tanaman Padi Diserang Ulat, Petani Mila Semprot Sendiri
Tanaman padi yang baru berusia sekitar 1,5 bulan mulai diserang hama ulat dalam dua pekan terakhir
SIGLI - Tanaman padi yang baru berusia sekitar 1,5 bulan mulai diserang hama ulat dalam dua pekan terakhir ini, sehingga akan berdampak pada pertumbuhan tanaman. Kondisi itu dialami oleh petani di Kecamatan Mila, Pidie yang menyatakan belum mendapat bantuan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, sehingga harus berusaha sendiri untuk menyemprot anti hama ulat.
Para petani saat ditemui di Gampong Puuk, Delima, Pidie mengakui padi yang masih berusia 1,5 bulan sudah terserang hama ulat dengan memangsa daun padi. "Setiap tiga atau empat hari sekali, kami terus melakukan penyemprotan dengan saprodi agar hama ulat ini dapat diatasi," sebut Burhan (50) seorang petani di Gampong Puuk, Delima, kepada Serambi, Jumat (3/1).
Dia mengatakan jika tidak segera ditangani, maka akan berdampak pada perkembangan tanaman padi, bahkan akan rusak parah, sehingga terancam gagal panen. Dia menyatakan selama ini belum memperoleh bantuan dari dinas terkait, sehingga harus melakukan upaya penyemprotan hama sendiri. "Jika tidak segera diatasi, maka akan lebih fatal, terutama hasil panen akan lebih rendah, bahkan bisa gagal panen, "jelasnya.
Ketua kelompok tani , Idhami secara terpisah, kemarin mengatakan belum ada saprodi bantuan, tetapi masyarakat tertap berharap agar para petugas penyuluh lapangan lebih aktif mengawasi dan memberikan penyuluhan kepada para petani. "Hal ini agar tanaman padi dapat diselematkan dari serangan hama, sehingga petani tak dirugikan," ujarnya.
Sebaliknya, para petani padi di Dusun Kuala Krueng, Gampong Pulo Baro, Kecamatan Tangse, Pidie mengalami persoalan lain, bendungan Irigasi Blang Sanggeng jebol, sehingga air tidak mengalir ke area persawahan, sehingga tanaman padi yang berumur sekitar satu bulan terancam gagal panen. Hal itu seperti dilansir sebelumnya, Keuchik Pulo Baro, Munawar, kepada Serambi, Kamis (2/1) mengatakan putusnya bendungan irigasi Blang Sanggeng di aliran Kruen Inong akibat banjir beberapa tahun lalu, para petani di Gampong Krueng Meriam dan Pulo Baro tidak mampu mensuplai air ke sawah.
Dia menyebutkan, masyarakat menangani secara darurat menggunakan batang kelapa, untuk membendung air sungai agar masuk ke saluran irigasi, tetapi saat air Krueng Inong besar dan deras, maka batang kelapa yang digunakan sebagai dinding bendungan irigasi patah dan hanyaut terbawa air. "Kami pernah minta bantu kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie saat dilakukan normalisasi sungai, tapi, setelah diperbaiki secara darurat, irigasi tersebut kembali diterjang derasnya air sungai," ujarnya.(c43/naz)