Iran Vs Amerika
Israel Balas Ancaman Iran: Siapa pun yang Menyerang Kami akan Mendapat Pukulan Keras
Pejabat itu mengatakan, mereka bakal mengubah kota-kota penting Israel seperti Tel Aviv dan Haifa "menjadi debu".
SERAMBINEWS.COM - Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melontarkan balasan setelah diancam bakal diserang oleh Iran.
Teheran melontarkan ancaman tersebut setelah menembakkan 22 rudal ke dua pangkalan milik AS dan sekutunya di Irak.
Serangan itu dilakukan setelah Komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, tewas dihantam rudal AS pekan lalu.
Baca juga: Setelah Rudal Markas Pasukan AS, Iran Ancam Serang Israel
Seorang pejabat Iran menyatakan, mereka bakal menggempur sekutu AS jika serangan mereka di Ain al-Assad dan Irbil dibalas.
Pejabat itu mengatakan, mereka bakal mengubah kota-kota penting Israel seperti Tel Aviv dan Haifa "menjadi debu".
"Siapa pun yang menyerang kami akan mendapatkan pukulan keras," ujar PM Benjamin Netanyahu dalam konferensi pers di Yerusalem dilansir AFP Rabu (8/1/2020).
• Markas Militernya Diserang, Trump Pilih Mundur dan Menarik Diri dari Peluang Perang dengan Iran
• Eksekutor Hakim Jamaluddin Diduga Selingkuhan Sang Istri, Pelaku Dijemput Zuraida
• Persoalan Natuna bukan Insidentil, Tapi Merupakan Skenario Besar Cina di Asia Tenggara
PM berusia 70 tahun itu menyebut sosok Qasem Soleimani yang diserang AS sebagai "panglima teroris", dan bertanggung jawab atas kematian orang tak berdosa.
Netanyahu menuturkan, jenderal 62 tahun itu mengacaukan suatu negara, memberikan ketakutan dan penderitaan, serta merencanakan hal buruk.
"Dia merupakan arsitek dan pendorong kampanye teror Iran, baik di Timur Tengah maupun dunia," ujar Netanyahu diapit bendera AS dan Israel.
Dia memuji Presiden AS Donald Trump yang bertindak mulus, namun tegas, dengan memerintahkan serangan yang menewaskan Soleimani.
Netanyahu menyatakan, meski Soleimani sudah tewas, namun kampanye destablisasi yang dilakukan Teheran masih terus berlanjut.
"Negara Israel adalah jangkar stabil di tengah perairan yang sedang bergolak ini," ulas PM yang akrab dipanggil Bibi itu.
Rachel Suissa, peneliti National Security Studies Center Universitas Haifa berujar, Tel Aviv tidak terlalu reaktif dalam menyikapi ancaman Iran.
"Keputusan pemerintah Israel untuk tidak terlalu menanggapi ancaman tersebut adalah kebijakan strategis yang sudah diperhitungkan," jelasnya.