Breaking News

Sultan Oman Meninggal Dunia

Profil Sultan Qaboos bin Said dari Oman, Sultan Terlama di Dunia Arab

Qaboos menjadi penguasa negara Teluk pada tahun 1970 setelah dilaporkan memimpin kudeta tak berdarah terhadap ayahnya.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Twitter/@eryaniar dan @thenone4u
Kolase foto Sultan Qaboos bin Said dari Oman. 

SERAMBINEWS.COM ANKARA - Penguasa terlama di dunia Arab, Sultan Qaboos bin Said dari Oman meninggal pada hari Jumat (10/1/2020).

Qaboos meninggal pada usia 79 setelah pertempuran panjang dengan penyakit.

Media pemerintah memuji Qaboos atas "pawai bijak dan penuh kemenangannya yang meliputi Oman dari satu ekstrem ke ekstrem yang lain, dan meluas ke seluruh dunia Arab, Islam, dan internasional dan menghasilkan kebijakan berimbang yang dihormati seluruh dunia."

Mengambil alih kekuasaan di negara Teluk pada tahun 1970, Qaboos dikreditkan karena memodernisasi Oman dan mengejar diplomasi yang tenang dari konflik regional.

Dilahirkan di Salalah di Oman selatan pada tahun 1940, Qaboos adalah sultan kedelapan dari Klan Al Said.

Di usia dua puluhan, ia menghadiri akademi militer kerajaan di Inggris sebelum kembali ke Oman.

Ia adalah putra satu-satunya dari Sultan Said bin Taimur.

Qaboos menjadi penguasa negara Teluk pada tahun 1970 setelah dilaporkan memimpin kudeta tak berdarah terhadap ayahnya.

Almarhum sultan dikreditkan karena memodernisasi negaranya, menggunakan uang minyak untuk membangun jalan dan rumah sakit dan mengembangkan infrastruktur.

Pemilik akun Twitter Social Smuggler menulis, ketika Sultan Qaboos naik tahta pada tahun 1970-an, Oman memiliki 6 mil jalan beraspal dan total tiga sekolah.

Hari ini, Oman telah berubah menjadi salah satu negara kaya di dunia. Man of vision 

Pengguna Twitter lainnya, Abdulrahman AlEryani menulis:

"Dunia telah kehilangan Perdamaiannya, Sultan Qaboos Al Said. Simbol ketenangan dan akal di dunia yang kacau.

Dia membuat negaranya pindah ke irama yang unik, mengubah Oman menjadi tuan rumah yang tidak memihak untuk mediasi antara musuh global.

Oman dari Sultan Qaboos: teman untuk semua, musuh untuk siapa pun."

Di Oman, sultan memegang posisi perdana menteri, panglima tertinggi angkatan bersenjata, menteri pertahanan, menteri keuangan, dan menteri urusan luar negeri.

Innalillahi Wainnailaihi Rajiun, Warga Asal Bireuen Meninggal Dunia di Malaysia

Muazin Meninggal di Aceh Timur, Kumandangkan Azan Hingga Lafaz Asy Hadu Anna Muhammadar Rasulullah

Jalur Netral

Di bawah Qaboos, Oman telah menempuh jalur netral dalam urusan luar negeri dan bertindak sebagai mediator dalam konflik regional.

Pada 1980-an, Oman menjadi tuan rumah pembicaraan antara Iran dan Irak dalam upaya untuk mengakhiri perang delapan tahun antara kedua tetangga.

Negara Teluk juga menjadi tuan rumah pembicaraan antara AS dan pejabat Iran, yang menghasilkan perjanjian nuklir penting antara Teheran dan kekuatan dunia pada tahun 2015.

Mengenai konflik Yaman, Oman dilaporkan menjadi tuan rumah putaran pembicaraan antara Arab Saudi dan pemberontak Houthi yang didukung Iran untuk mengakhiri perang lima tahun yang merenggut nyawa ribuan warga Yaman dan mengubah negara itu menjadi krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Dalam krisis Teluk antara Qatar dan tetangga-tetangga Arab, yang meletus pada 2017, Oman tetap netral.

Hubungan dengan Israel

Meskipun Oman tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, negara Teluk ini mengambil langkah-langkah untuk membangun kontak dengan negara Yahudi yang memproklamirkan diri.

Pada 1990-an, Oman dan Israel setuju untuk membuka kantor perwakilan perdagangan, tetapi kemudian menutup kantor-kantor ini pada tahun 2000, setelah pecahnya Intifada Palestina kedua.

Pada Oktober 2018, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Oman.

Ini merupakan kunjungan kedua PM Israel, setelah sebelumnya perdana menteri Israel Shimon Peres mengunjungi Muscat pada tahun 1996.

Tahun lalu, Yusuf bin Alawi bin Abdullah, menteri yang bertanggung jawab untuk urusan luar negeri di Oman, mengatakan pada konferensi regional di Bahrain mungkin "saatnya bagi Israel untuk diperlakukan sama (seperti negara-negara di Timur Tengah) dan juga menanggung kewajiban yang sama".

Sultan Qaboos juga punya jejak di Aceh.

Ia adalah donatur utama yang membangun kembali Masjid Al-Makmur Lampriek Banda Aceh yang rusak parah akibat gempa dan tsunami 26 Desember 2004.

Masjid ini dibangun kembali oleh Kerajaan Oman melalui Sultan Qaboos pada tahun 2006 dan selesai tahun 2008.

Karena ini, masjid yang semula bernama Al-Makmur ini mendapatkan tambahan kata “Oman” sehingga namanya menjadi Masjid Oman Al-Makmur Banda Aceh.

Masjid ini sekarang menjadi salah satu bangunan masjid yang megah di Banda Aceh dengan corak arsitektur Timur Tengah.(Anadolu Agency/Zainal Arifin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved