Viral Kemunculan Kerajaan Fiktif, Pengamat Sebut Ada Kaitan dengan Ketidakpuasan terhadap Pemerintah

Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devi Rahmawati, ada beberapa kemungkinan orang mau menjadi pengikut kerajaan fiktif tersebut.

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D
Kerajaan Agung Sejagat 

"Kalau bicara keuangan, ini lain lagi motivasinya. Kenapa? Karena manusia punya kecenderungan untuk greedy, untuk rakus," jelas Devi.

"Ditambah karena sekarang adalah era visual, di mana kita sering melihat orang lain lebih hebat daripada kita, kita terobsesi untuk memiliki standar kehidupan yang berbeda," sambungnya.

Terlilit Utang, BPJS Kesehatan Wajibkan Bayi Baru Lahir Ikut Iuran, Tarif Naik Seakan Masih Kurang

Tak Bisa Tahan Nafsu, Pria PNS Nekat Mesum Dalam Mobil yang Terparkir di Mall, Ada Kasur di Dalamnya

Maka dari itu, ketika ada tawaran untuk menaikkan derajat hidup secara instan, orang terdorong untuk mencoba cara tersebut tanpa tergantung pada latar belakang pendidikannya.

Devi menyebutkan memang ada tren dunia yang memercayai teori konspirasi yang sama dari waktu ke waktu.

"Ini kita jangan perlu kaget bahwa nanti ke depannya akan muncul lagi kerajaan-kerajaan lain," terangnya.

"Ini adalah hal yang natural. Tapi yang berbahaya adalah ketika kemudian kepercayaan itu dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi tadi," tambah Devi.

Ia melanjutkan ada kaitan erat kepercayaan masyarakat terhadap teori konspirasi dengan politik.

"Jadi ketika ada polarisasi yang begitu kuat, masyarakat menjadi bimbang, gamang," katanya.

"Sehingga lagi-lagi hal yang emosional, tidak rasional, itu menjadi gantungan sementara mereka untuk menjelaskan kompleksitas persoalan yang mereka hadapi sehari-hari," tegas Devi.

Lihat videonya dari awal:

 

Penjelasan Sosiolog

Sosiolog UGM Bayu Yulianto memaparkan analisanya mengapa ada orang yang tertarik menjadi pengikut dari Keraton Agung Sejagat (KAS) buatan Totok Santosa Hadiningrat dan Fanni Aminadia.

Bayu menyebut ada dua hal yang mendorong seseorang bergabung dengan KAS, yakni dorongan ekonomi dan harapan.

Dikutip TribunWow.com, mulanya Bayu menjelaskan kejadian seperti KAS tidak hanya terjadi di lingkup adat.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved