JURNALISME WARGA
Menikmati Eksotisme Jalur Tengah Aceh
SEJAK tiga tahun terakhir saya sering melakukan perjalanan darat naik mobil pribadi dari Bireuen ke Nagan Raya melintasi jalur tengah Aceh
M. SALEH, M.Si., Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim, Peusangan, Bireuen, melaporkan dari Bireuen
SEJAK tiga tahun terakhir saya sering melakukan perjalanan darat naik mobil pribadi dari Bireuen ke Nagan Raya melintasi jalur tengah Aceh. Rute yang saya tempuh dimulai dari Bireuen melewati jalan elak Krueng Mane, Aceh Utara, menelusuri Jalan KKA, terus melewati lintasan Gunung Salak, Bener Meriah, Aceh Tengah, Gunung Singgah Mata hingga Nagan Raya.
Alasan saya memilih rute ini selain waktu tempuhnya jauh lebih singkat dibandingkan melalui jalur Geumpang atau pun melewati Banda Aceh. Pengalaman saya menempuh perjalanan via Banda Aceh butuh waktu 10-12 jam. Jika melalui Geumpang (Pidie) menghabiskan waktu 8-10 jam dan melalui jalur Aceh Tengah-Beutong hanya 6-7 jam.
Melakukan perjalanan tersebut memberikan kenangan tersendiri bagi saya karena melewati beberapa daerah yang telah viral sebagai lokasi wisata menarik seperti Gunung Salak, Krueng Isep, dan beberapa lokasi di Takengon, Aceh Tengah.
Gunung Salak di tengah pegunungan lintasan Jalan KKA Aceh Utara dan Bener Meriah akan kita jumpai apabila kita memulai perjalanan melewati Krueng Mane menuju Takengon. Sebelum sampai di kawasan ini, kita melewati perkampungan dan perkebunan penduduk, termasuk kompleks pabrik PT Kertas Kraft Aceh (KKA). Melewati kawasan pabrik terlihat pemandangan deretan perkebunan karet dan sawit yang tak begitu luas. Pohon-pohon pinang pun berjejer rapi di kiri kanan jalan.
Daerah Gunung Salak sekarang telah menjadi lokasi wisata. Di sini dibangun beberapa kafé dan warkop sederhana yang dilengkapi dengan spot menarik untuk berfoto dengan latar belakang pegunungan yang masih perawan serta kabut yang memberi kesan kita sedang berada di atas awan.
Jika kita memasuki wilayah Gunung Salak pada sore hari dan cuaca mendung, akan nampak gumpalan kabut di celah gundukan gunung, terkadang juga menutupi jalan, sehingga membatasi jarak pandang. Saya pernah melewati jalur ini dengan jarak pandang hanya 3 meter. Jadi, ada baiknya saat melewati daerah ini hindari melakukan perjalanan pada sore hari saat cuaca mendung.
Viralnya Gunung Salak sebagai loaksi wisata menyebabkan kawasan ini sempat jadi incaran pelancong, sehingga saat Idulfitri tahun lalu kawasan ini sempat macet karena banyaknya kendaraan.
Jalan yang menanjak dan menurun di wilayah ini mengharuskan kita berhati-hati. Terkadang ada truk pengangkut kayu log yang melintas. Tingginya curah hujan dan kondisi tanah pengunungan membuat jalan di daerah ini labil: hari ini mulus, minggu depan bisa saja sudah berlubang atau tidak rata.
Di Gunung Salak biasanya saya istirahat sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan melewati rute Bener Meriah dan Aceh Tengah. Sebelum ke puncak Gunung Singgah Mata di Nagan Raya, jika memasuki kawasan ini saya pastikan Anda tak perlu menghidupkan AC mobil. Cukup membuka sedikit celah jendela, karena udara di kawasan ini cukup dingin.
Tak lebih dari satu jam dari Gunung Salak kita sampai di Simpang Tiga Redelong, ibu kota Bener Meriah. Nah, di sepanjang jalan kawasan Bener Meriah terhampar perkebunan palawija. Lereng-lereng gunungnya dihiasi sayur-sayuran yang berjejer rapi. Terlihat juga beberapa kebun yang baru dibuka. Aktivitas yang sibuk tampak di gudang tempat penampungan hasil perkebunan.
Sekitar 30 menit dari Simpang Tiga Redelong kita akan memasuki Kota Takengon. Pemandangan Danau Lut Tawar yang penuh pesona akan menyambut kita sejak beberapa kilometer sebelum memasuki pusat ibu kota Aceh Tengah itu.
Di kota dingin ini banyak lokasi wisata yang bisa kita kunjungi untuk melepas lelah, misalnya Danau Lut tawar, Pantan Terong, Bur Telege, Ujong Paking, Gua Putri Pukes, Dermaga Teluk Suyen, dan lain-lain. Biasanya dari Takengon saya butuh waktu dua jam untuk sampai ke perbatasan wilayah Nagan Raya. Sedangkan untuk sampai di Suka Makmue, ibu kota Kabupaten Nagan Raya jika kondisi cuaca tidak hujan, butuh waktu kurang lebih dua jam lagi.
Melakukan perjalanan ke Nagan melewati Takengon sempat melewati Kecamatan Celala, pemandangan di kecamatan ini sungguh aduhai. Bau aroma kopi yang dijemur di pinggir jalan begitu kentara meruapkan harum bersama segarnya udara pengunungan.
Pemandangan kebun serai wangi di sepanjang lereng gunung pun tampak begitu indah. Selain itu, aroma daun serai yang sedang diekstraksi secara tradisional di dapur-dapur warga sungguh menyegarkan. Sensasi seperi ini dapat kita nikmati saat melewati wilayah Tanoh Depet.