Virus Corona Serang China
Virus Corona Serang China, Mahasiswa Aceh di Wuhan Bertahan di Asrama, “Kami Krisis Masker”
Sebanyak 15 mahasiswa asal Aceh yang sedang menempuh pendidikan di Kota Wuhan, China, saat ini mengaku terisolasi di dalam asrama.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Virus corona yang menyerang China baru-baru ini juga menimbulkan dampak serius terhadap para pelajar asal Aceh.
Sebanyak 15 mahasiswa asal Aceh yang sedang menempuh pendidikan di Kota Wuhan, China, saat ini mengaku terisolasi di dalam asrama.
Mereka tidak bisa beraktivitas di luar asrama menyusul adanya larangan dari otoritas Kota Wuhan.
Kota Wuhan, tempat virus corona berasal, telah ditutup untuk menghindari meluasnya virus mematikan tersebut.
Saat ini 600 orang sudah terjangkit virus corona dengan gejala seperti pneumonia.
Sebanyak 18 orang dilaporkan tewas akibat jangkitan virus itu.
Jumlah populasi di kota metropolitan ini mencapai lebih dari 11 juta orang, lebih banyak dibandingkan kota New York dan London.
Para pekerja dan pelajar internasional yang sedang berada di Wuhan kini hanya menggandalkan informasi dari perwakilan negara masing-masing.
Sejauh ini mereka hanya diperingatkan untuk tidak meninggalkan rumah.
• Wabah Virus Corona di Wuhan dan Ditutupnya Tembok Besar China, Perayaan Tahun Baru Imlek Dibatalkan
• Bagaimana Virus Corona di Wuhan China Bisa Berasal dari Ular dan Kelelawar? Simak Penjelasan Ahli
• Beredar Video Warga Wuhan Ambruk di Pinggir Jalan, Diduga Terjangkit Corona, Seberapa Menakutkan?
Alfi Rian Tamara (27), asal Keude Lapang Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen adalah salah satu mahasiswa Aceh yang saat ini sedang berada di Wuhan, China.
Alfi sedang menempuh program master (S2) di Wuhan University of Technologi, jurusan Education of Science.
Dalam keterangannya melalui Zulkarnaini Syeh Zul, pekerja sosial di Banda Aceh, Alfi mengatakan saat ini mereka dalam kondisi aman di Kota Wuhan.
Hanya saja, kata Alfi, ia bersama rekan-rekan saat ini terisolasi di dalam asrama, karena ada larangan tidak beraktivitas di luar ruangan.
Alfi mengatakan ada empat mahasiswa asal Aceh yang berada dalam satu asrama bersama dia, yaitu di asrama kampus di Central China Normal University Kota Wuhan.
“Alhamdulillah untuk saat ini kami dalam kondisi baik-baik saja. Tapi jika terus berlangsung dalam kondisi lama, kami khawatir juga akan berdampak pada kesehatan, karena tidak bisa berolahraga dan menghirup udara segar,” ujarnya.
“Yang paling krisis sih persediaan masker semakin menipis dan juga semakin langka,” tambah Alfi dalam pesan WhatsAppnya kepada Syeh Zul.
Alfi menambahkan, selain empat orang yang bertahan di asrama Central China Normal University, dia juga mendapatkan kabar beberapa mahasiswa lainnya bertahan di asrama masing-masing.
Rinciannya adalah, 2 orang di asrama Wuhan University, 2 orang di HUST, 1 orang di Hubei University, 1 orang di Wuhan Univ of Technology, 1 Zhongnan University, dan 1 orang bertahan di hotel.
Alfi mengatakan, Wuhan saat ini seperti menjadi ibukota provinsi yang dishutdown oleh pemerintah untuk pencegahan penyebaran virus.
“Semua jalur transportasi umum dalam kota, antarkota, dan antarprovinsi ditutup,” kata Alfi.
“Semua penduduk Wuhan, turis, student, atau siapapun yang sedang berada di Wuhan, tidak bisa ke luar dari kota Wuhan hingga waktu yang belum ditentukan,” lanjut dia.
Ia mengatakan, saat ini ada 93 Warga Negara Indonesia (WNI) di Wuhan.
“Sementara Mahasiswa Aceh yang masih berada di Wuhan saat ini adalah 15 orang, dan 9 orang di kota lainnya,” kata dia.
“Kondisi kami disini alhamdulillah sehat dan sudah melakukan beberapa pencegahan seperti menghindari ruang publik dan memakai masker di saat berpergian,” lanjut Alfi.
“Untuk makanan kami stok logistik masak sendiri di asrama karena harus menghindari tempat ramai,” kata dia.

Berdasarkan informasi diperoleh Alfi, penyebaran virus corona ini semakin lama semakin meningkat.
Hingga Jumat (24/1/2020) sudah mencapai 888 penderita dengan beberapa orang sudah dinyatakan sembuh dari serangan virus itu.
Menurut dia, dari 25 orang yang dilaporkan meninggal rata-rata berusia 60 tahun ke atas.
Ia juga mengatakan, sejauh ini mereka belum mendapatkan kabar dari Pemerintah Aceh terkait penanggulangan Mahasiswa Aceh yang berada di Kota Wuhan.
“Namun Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Wuhan terus berkomunikasi dengan pihak KBRI dan Kemenlu. Mahasiswa dan WNI di Wuhan selalu dipantau oleh KBRI dan Kemenlu setiap saat,” pungkas Alfi Alfi Rian Tamara.
• Viral Wanita Cantik Santap Sup Kelelawar, Menu Ekstrem Ini Diduga Jadi Biang Virus Mematikan Corona!
• Kenali Ciri-ciri Demam yang Disebabkan Virus Corona, Sesak Nafas Hingga Menjadi Pneumonia
• 7 Hal Yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Virus Corona, dari Gejala hingga Resiko
Tak Bisa Kembali ke Beijing
Sementara itu, RadioABCAustralia dalam sebuah artikel yang dikutip Tribunnews.com menuliskan laporan seorang warga China tentang kondisi Kota Wuhan saat ini.
Warga bernama Emoriz Cong ini adalah warga China yang baru datang ke kota Wuhan tiga hari lalu untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarganya.
Tapi sekarang ia tidak bisa kembali ke Beijing, karena ada larangan meninggalkan kota Wuhan yang diberlakukan oleh pemerintah setempat.
Kota Wuhan, tempat virus corona berasal, telah ditutup untuk menghindari meluasnya virus mematikan tersebut.
Saat ini 600 orang sudah terjangkit virus corona dengan gejala seperti pneumonia.
Sebanyak 18 orang dilaporkan tewas akibat jangkitan virus itu.

Jumlah populasi di kota metropolitan ini mencapai lebih dari 11 juta orang, lebih banyak dibandingkan kota New York dan London.
Kepada ABC, Emoriz mengatakan baru tahu seberapa bahayanya virus corona ketika sudah dalam kereta menuju Wuhan.
"Saya sedang di kereta dalam perjalanan ke Wuhan ketika ada (berita) live di TV. Sebelum mendengar berita itu, kami tahu virus ini berbahaya, tapi (kami kira) tidak sebahaya itu," katanya.
Ia tidak melihat banyak orang menggenakan masker saat berada di kereta.
Beruntung, temannya memberi tahu jika masker sudah habis di toko-toko Wuhan, sehingga ia membeli beberapa kotak dari Beijing.
Orang tuanya juga sudah siap siaga dengan menyimpan persediaan makanan sebelum Imlek, karena sekarang toko-toko sudah banyak yang "tutup untuk alasan steril".
"Saya dan orangtua belum keluar rumah selama tiga hari. (Kami) keluar hanya kalau mau membuang sampah," katanya.
Di jejaring sosial, banyak warga yang menyampaikan rasa ketakutan mereka karena terjebak di kota tempat virus mematikan itu berasal.
Masyarakat di Wuhan tidak dapat mengakses kereta dan bus ke luar kota, pesawat tujuan domestik dan internasional serta transportasi laut juga ditutup.
Transportasi dalam kota, seperti bus dan kereta bawah tanah juga dilaporkan tidak beroperasi.
Kejadian ini menimbulkan kebingungan juga bagi Bruce Lu, yang bekerja di Beijing, tapi sekarang berada di Wuhan untuk merayakan Imlek.
Bruce sedang berada di kawasan Yichang untuk mengunjungi kakeknya dan ia tidak dapat pulang ke Beijing karena tak ada transportasi.
• Singapura Umumkan Kasus Pertama Virus Corona, Pemerintah Minta Warga Jangan Panik
Seperti di film Resident Evil
Para pekerja dan pelajar internasional yang sedang berada di Wuhan kini hanya menggandalkan informasi dari perwakilan negara masing-masing.
Sejauh ini mereka hanya diperingatkan untuk tidak meninggalkan rumah.
Ancilla Delai adalah salah satu siswa dari Papua Nugini yang mengatakan situasi di Wuhan sangatlah menegangkan, terutama setelah larangan meninggalkan kota diberlakukan.
"Jalanan kosong, tidak ada orang. Mereka semua tinggal di rumah seperti yang disarankan," katanya.
"Saya khawatir karena virus ini bisa ditularkan dari orang ke orang. Sedangkan Wuhan sendiri adalah kota dengan populasi besar."

Daniel Pekarek, pelajar dari Republik Ceko di Universitas Wuhan mengatakan situasi darurat ini seperti cerita di film Resident Evil.
Film ini menceritakan warga di sebuah kota fiktif yang terkena virus dan mengubah mereka menjadi zombie.
"Turut berdukacita. Kita adalah para aktor di film Resident Evil sekarang," tulisnya di Facebook.

Hingga kini, kurang lebih 18 juta orang yang tersebar di kota Wuhan, Huanggang dan Ezhou tidak diizinkan meninggalkan ketiga kota itu.
Masyarakat di lima kota lainnya di Hubei seperti Chibi, Xiantao, Qianjiang, Zhijang dan Lichuan diperkirakan juga akan segera dilarang meninggalkan kota, seperti dilaporkan South China Morning Post.
Sementara itu, delapan negara di dunia telah melaporkan warganya yang terkena virus.
Rata-rata pengidap virus corona ini adalah warga asal Wuhan atau pengunjung dari kota lain yang baru tiba di sana.(*)