SALAM SERAMBI

Soal Corona, Waspada Boleh tapi Jangan Rasis

HARIAN Serambi Indonesia edisi Minggu kemarin masih tetap mengangkat isu jangkitan dan penyebaran virus corona

Editor: hasyim
www.serambitv.com
Kolase warga Natuna menolak daerahnya dijadikan lokasi isolasi virus corona 

HARIAN Serambi Indonesia edisi Minggu kemarin masih tetap mengangkat isu jangkitan dan penyebaran virus corona sebagai laporan di halaman depan.

Berita utamanya tentang 245 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan dievakuasi dari Kota Wuhan, Provinsi Hu­bei, Cina, untuk kemudian menjalani karantina dan obser­vasi selama 14 hari di sebuah rumah sakit militer di Natu­na, Provinsi Kepulauan Riau.

Natuna dipilih karena memiliki rumah sakit militer seba­gai tempat observasi. Rumah sakit itu berada pada jarak sekitar 5-6 km dari permukiman penduduk. Ini sesuai de­ngan protokol kesehatan internasional.

Akan tetapi, Wakil Bupati Natuna, Ngesti Yuni Suprapti menolak kabupaten itu dijadikan tempat isolasi bagi orang-orang yang kembali atau dipulangkan dari Wuhan, Cina.

Apalagi, menurut Ngesti, pemerintah pusat tidak berber­koordinasi dengan pihaknya sebelum memutuskan kebijak­an tersebut.

Keberatan Ngesti cukup beralasan karena, menurutnya, Natuna belum siap menghadapi kebijakan pemerintah pu­sat terkait meluasnya jangkitan virus Corona.

Di tengah fasilitas kesehatan yang sangat terbatas di Natuna, Ngesti jadi bertanya: Kalau terjadi apa-apa dengan masyarakatnya, siapa yang akan bertanggung jawab?

Sementara itu dilaporkan bahwa mulai banyak negara yang menolak untuk menerima warga Wuhan diungsikan ke negaranya. Sehingga warga Wuhan yang diangkut naik pe­sawat Malaysia dan Thailand yang disewa terpaksa dikem­balikan ke Wuhan, Cina.

Sebelumnya di Sumatera Barat muncul gelombang peno­lakan terhadap turis-turis Cina yang berkunjung ke provinsi itu karena masyarakat setempat khawatir turis China ter­sebut terjangkit virus corona.

Nah, semua peristiwa tersebut membuat kita harus ber­sikap apakah menerima dengan lapang dada atau justru menolak keberadaan WNI eks di lingkungan kita.

Seharusnya sikap yang kita kedepankan adalah waspa­da dan berhati-hati terhadap WNI yang dikembalikan dari Wuhan. Dengan kata lain waspada sah-sah saja, tetapi ja­ngan sampai kita menjadi rasis, terutama kepada WNI ke­turunan Cina yang berada di negeri ini.

Memang sulit bagi kita untuk membedakan WNI keturun­an Tionghoa dengan warga negara Cina yang yang berkun­jung ke Indonesia baik untuk berwisata maupun untuk tuju­an bisnis dan lainnya. Masalahnya adalah wajah, kulit, dan bentuk mata mereka rata-rata sama.

Oleh karenanya, jangan sampai kita menggeneralisir bahwa setiap orang berparas Cina patut dicurigai sebagai orang yang ada pertaliannya dengan virus corona.

Harus dipahami juga bahwa tidak semua warga Cina yang masuk negara lain, termasuk Indonesia, terjangkit vi­rus corona. Orang-orang yang diperkenankan pulang ke ne­garanya atau ke negara lain dari Wuhan adalah orang yang sudah diperiksa kesehatannya oleh petugas kesehatan se­tempat dan apabila dia sehat baru boleh dievakuasi dari Wuhan.

Contohnya kemarin, saat Tim Pemulangan Pemerin­tah Indonesia berhasil mengevakuasi 238 WNI dari Wu­han naik pesawat Airbus A330-300 milik maskapai Batik Air langsung dari Wuhan menuju Bandara Hang Nadim, Ba­tam, Minggu, ternyata ada tiga WNI yang tidak dapat dipu­langkan lantaran tidak memenuhi persyaratan kesehatan untuk terbang.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved