Berita Banda Aceh
Satu SD di Banda Aceh Kutip Rp 200 Ribu/Murid untuk Marching Band, Orang Tua Protes, Ini Isi Surat
Surat pihak komite sekolah ini yang memberitahukan tentang kutipan tersebut sudah beredar di beberapa grup WhatsApp.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Mursal Ismail
Surat pihak komite sekolah ini yang memberitahukan tentang kutipan tersebut sudah beredar di beberapa grup WhatsApp.
Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sejumlah wali murid salah satu SD di Banda Aceh mengeluhkan dan protes atas kutipan Rp 200 ribu/murid di sekolah itu.
Surat pihak komite sekolah ini yang memberitahukan tentang kutipan tersebut sudah beredar di beberapa grup WhatsApp.
Dalam surat itu, disebutkan hasil rapat komite sekolah pada tanggal 1 Februari 2020, diputuskan setiap siswa berpartipasi Rp 200 ribu untuk biaya tim sekolah tersebut.
Biaya ini untuk keikutsertaan beberapa murid sekolah ini dalam kompetisi marching band di Kota Medan, Sumatera Utara.
Tim sekolah ini akan diberangkatkan ke Medan, Sumatera Utara, pada 12-17 Februari 2020.
• Saluran Kawasan Kota Bireuen Dipenuhi Sampah, Ini Reaksi Keuchik Bandar Bireuen
• Dishub Abdya Usul Rute Penerbangan Blangpidie-Banda Aceh, Tiga Tahun tak Terlayani
• Penculik Anak Diamankan Warga, Pelaku Mengaku Disuruh Vida, Korban Dihargai Rp 30 Juta
Dalam surat itu, orang tua/wali murid juga bisa menyumbangkan biaya lebih dari Rp 200 ribu, jika berkeinginan.
Seorang orang tua murid yang enggan disebutkan namanya kepada Serambinews.com mengatakan, saat menjemput anaknya kemarin ia langsung disodorkan surat pemberitahuan iuran tersebut.
Kemudian, pengutipan itu langsung menimbulkan reaksi dari para orang tua murid.
Rata-rata mereka tidak setuju dengan kutipan itu.
Mereka pun ramai-ramai protes dalam grup WhatsApp sekolah, namun hingga kini belum direspons oleh guru.
Para orang tua protes karena kutipan itu hanya untuk biaya ikut kompetisi marching band.
“Anak saya masih baru masuk, tentu belum ikut marching band, yang ikut murid yang kelas tinggi,” kata seorang wali murid.
Menurut dia, seharusnya jika sekolah ingin ikut kompetisi di luar daerah tentu harus mencari sumber dana lain, bukan melakukan pengutipan ke semua orang tua murid.
Pasalnya, ia menilai kebutuhan itu tidak mendesak dan hanya diikuti beberapa murid.
Apalagi tidak semua orang tua murid orang yang mampu, sehingga uang Rp 200 ribu tentu memberatkan.
“Kalau kutipan untuk acara maulid atau isra miraj mungkin bisa dimaklumi, karena juga diikuti oleh semua murid,” ujarnya. (*)