Berita Aceh Tamiang
Komunitas Etnis Tionghoa Tawarkan Pembangunan Sekolah 3 Bahasa di Aceh Tamiang, Begini Respon Bupati
Sekolah yang nantinya mengajarkan tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris dan Mandarin ini diperuntukan untuk masyarakat kurang mampu.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Mursal Ismail
Sekolah yang nantinya mengajarkan tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris dan Mandarin ini diperuntukan untuk masyarakat kurang mampu.
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Pemkab Aceh Tamiang mempertimbangkan menerima usulan pembangunan sekolah swasta.
Sekolah yang nantinya mengajarkan tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris dan Mandarin ini diperuntukan untuk masyarakat kurang mampu.
Usulan sekolah yang diperuntukan masyarakat miskin ini disampaikan sebuah komunitas etnis Tionghoa yang berkedudukan di Aceh Tamiang.
Dalam konsepnya, sekolah swasta ini akan memprioritaskan anak dari keluarga kurang mampu dan mengedepankan prinsip egaliter dan kebhinnekaan.
“Jadi tadi malam perwakilan etnis Tionghoa menemui saya di pendopo membahas rencana pembangunan sekolah.
Mereka menawarkan program unggulan tiga bahasa, Indonesia, Inggris dan Mandarin,” kata Bupati Aceh Tamiang Mursil, Rabu (5/2/2020).
• Polres Abdya Akui Baru Pertama Kali Tangani Kasus Korupsi Dana Desa, Ini Permintaan Kapolres
• Difasilitasi Pemerintah Aceh, Anggota DPRA Asrizal dan Adiknya Bisa Pulang dari China
• Dinkes Aceh Tamiang Pastikan Kondisi Seorang Mahasiswi yang Baru Pulang dari Cina Baik-baik Saja
Sepintas Mursil menyahuti usulan ini dengan positif karena dinilai memberikan dampak positif bagi pertumbuhan generasi Aceh Tamiang.
Apalagi konsep tiga bahasa itu diakuinya akan menciptakan daya saing di level nasional.
Dia pun mengatakan sudah sepatutnya etnis Tionghoa ikut membangun Aceh Tamiang dengan berinvestasi karena sejak awal lahir dan tumbuh di Bumi Muda Sedia.
“Pada prinsipnya, kami selaku kepala daerah mendukung rencana para tokoh perwakilan etnis Tionghoa untuk membangun sekolah tiga bahasa.
Ini baik sekali karena telah turut andil dalam gerakan nyata mencerdaskan kehidupan bangsa di Aceh Tamiang,” kata Mursil.
Namun ia meminta supaya dibentuk yayasan untuk mengajukan izin, dan menyerahkan konsep pembangunan sekolah kepada pemerintah.
Hal ini tidak terlepas dengan kebijakan pemerintah yang sedang menata ulang Kota Kualasimpang.
“Kalau mau dibangun di Kota Kualasimpang, kami minta konsep dan rencana penggunaan lahan sekolahnya juga diserahkan.
Ini karena Kota Kualasimpang saat ini tengah kita benahi. Jadi kita mau tata ulang dan atur sedemikian rupa biar menjadi ikon Aceh Tamiang,” jelasnya. (*)