Berita Subulussalam
Tuna Netra Subulussalam Tetap Bekerja Keras, Kakek Rasmito: Justru Banyak Yang Meminta-minta ke Saya
penyandang tuna netra (gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya) sejak kecil di Kota Subulussalam
Penulis: Khalidin | Editor: Muhammad Hadi
Lebih jauh dikatakan, sejak usia kecil dia sudah mulai melakoni pekerjaan berat seperti mengambil kayu bakar untuk dijual kepada warga.
Rasmito juga liat membuat pagar dan menggali parit. Rasmito bahkan mengaku jangankan meminta-minta bantuan kepada warga, upah dia kerja saja tidak diminta jika belum diberikan yang menyuruhnya.
Kalau dibayar, kata Rasmito dia akan menerima tapi jika belum maka kakek empat cucu ini tidak mau meminta.
Begitu pula bila ada warga memberi bantuan kepadanya tetap diterima.
Kakek Rasmito hanya anti untuk meminta-minta sekalipun kondisi ekonomi keluarganya serba keterbatasan.
• VIRAL Aksi Pengendara Motor Numpang Truk Pengangkut Mobil Demi Terobos Banjir, Netizen: Keren
Sebab, di samping matanya yang tidak dapat melihat, sang istri juga mengalami kekurangan.
Sebelah mata istri kakek Rasmito juga tidak dapat meliha. Namun, keluarga Rasmito tetap keukeuh bekerja keras tanpa membebani orang lain.
“Dia memang pekerja keras, mandiri. Bekerja dengan tangan dan kakinya bahkan pekerjaan berat sekalipun,” kata Molek kepala Desa Cipare-Pare kepada Serambinews.com
Pekerjaan yang dilakoni kakek Rasmito bukan ringan dia melakukan hal-hal berat seperti memanjat pohon pinang atau pohon kelapa, memikul TBS kelapa sawit, menggali parit, membuat pagar atau mengasah parang (golok).
Dan kala Serambinews.com menyambangi kediamannya, Rasmito juga ternyata sudah ke kebun anaknya untuk mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.
“Bapak ke kebun anak saya, ada kegiatan mendodos (memanen TBS atau buah kelapa sawit-red), dia ikut bantu,” Lejeh, istri kakek Rasmito.
Benar saja, Rasmito yang ditemui di kebun yang berada di belakang rumah anaknya sedang bekerja memikul TBS kelapa sawit.
• Benarkah Irwandi Akan Bebas? Ini Bocoran dari Steffy Burase
TBS yang dipikul sang kakek bukan tanggung-tanggung, beratnya mencapai 30-35 kilogram.
Namun kakek Rasmito tanpa mengeluh memikul TBS dengan hanya berlapis karung agar durinya tidak menusuk pundak.
Kakek Rasmito yang kondisinya tuna netra tetap bekerja keras layaknya manusia yang sehat.