Berita Subulussalam
Harga Makin Anjlok, Pengusaha Yakin Sarang Burung Walet Akan Naik Dua Bulan Mendatang
Selain sarang burung walet, virus corona sebelumnya juga dilaporkan berdampak pada bisnis kelapa sawit.
Penulis: Khalidin | Editor: Yusmadi
Sebab, kata Nurmalim, selama ini pasar sarang burung walet didominasi ke Hongkong dan China. Sementara akses perdagangan kini ditangguhkan akibat merebaknya virus corona di China.
Sehingga para tauke di Indonesia seperti di Medan, mulai mengurangi pembelian. Kalaupun ada yang membeli, lanjut Nurmalim merupakan tauke besar mampu menyetok barang.
Masalahnya, kata Nurmalim sarang burung walet termasuk barang yang tidak bisa distok dalam jangka panjang alias harus segera dipasarkan atau digunakan. Sarang burung walet seperti tanaman palawija yang rusak jika tak segera digunakan.
Namun karena masalah wabah virus corona akses bisnis sarang burung walet ikut terdampak.“Intinya masih didominasi oleh faktor eksternal. Lagi-lagi karena ketakutan pasar terhadap ancaman virus corona,” ujar Nurmalim
Lebih jauh Nurmalim menjelaskan, dia memang masih membeli sarang burung walet namun dengan harga paling mahal Rp 8 jutaan per kilogram. Sedangkan rekan bisnisnya bahkan ada yang membeli hanya Rp 7 jutaan.
Tiga pekan lalu, menurut Nurmalim harga masih mencapai Rp 12 juta tapi karena virus corona menyebabkan penurunan drastis. Selain harga anjlok, jumlah barang yang dibeli juga menurun karena sebagian pebisnis walet menahan alias tidak menjual karena harga murah.
Sebelumnya juga diberitakan, virus corona yang kini mewabah di Cina turut berimbas pada sektor ekonomi. Terkini, bisnis sarang burung wallet dikabarkan ikut terdampak virus corona hingga membuat penurunan harga.
H Semi, salah seorang pengusaha sarang burung walet yang dikofirmasi Serambinews.com, membenarkan dampak virus corona merambah ke bisnis sarang burung walet.
Dikatakan, saat ini pasar sarang burung walet tidak jelas. Bahkan, kata H Semi, para tauke sarang burung walet di Medan menghentikan pembelian sementara.
”Kalau soal dampak sudah kena, sekarang di Medan belum ada harga,” kata H Semi
Selama ini, kata H Semi perputaran sarang burung walet di Subulussalam sangat menjanjikan. Dulunya, sebelum wabah virus corona merebak di Cina, H Semi menjual antara Rp 12 juta – Rp 12,5 juta per kilogram.
Sementara untuk pembelian di Subulussalam berkisar antara Rp 11 juta – Rp 11.5 juta per kilogram. Tapi, lanjut H Semi, dalam dua pekan terakhir bisnis sarang burung walet lesu akibat merebaknya wabah virus corona di Cina.
H Semi meyakini jika pasar sarang burung walet menjadi terganggu akibat virus corona di Cina. Sebab pasar sarang burung walet terbesar itu ke Negara Cina. Namun akibat wabah corona ekspor sarang ke China mengalami kendala. Hal itu karena banyak penerbangan ke China yang ditunda bahkan ditutup.
"Selama t ini pembeli terbesar dari China. Sedangkan di Cina sekarang sedang heboh wabah virus Corona,” ujar H Semi.
Selain sarang burung walet, virus corona sebelumnya juga dilaporkan berdampak pada bisnis kelapa sawit.