Berita Aceh Selatan
Longsor di Bendungan Gunung Pudung Aceh Selatan, Lahan Persawahan Warga Alurmas Alami Kekeringan
Petani di Gampong Alurmas, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan mengeluhkan kekeringan yang menimpa lahan persawahan di gampong mereka
Penulis: Taufik Zass | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Taufik Zass | Aceh Selatan
SERAMBINEWS.COM, TAPAKTUAN - Petani di Gampong Alurmas, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan mengeluhkan kekeringan yang menimpa lahan persawahan di gampong mereka.
Menurut informasi kekeringan ini disebabkan adanya kerusakan dan longsor di Bendungan Gunung Pudung (BGP). Akibatnya fungsi pintu air tidak berjalan dengan normal dan menyebabkan pasokan air ke sawah warga tidak berjalan.
"Bendungan Gunung Pudung mengalami kerusakan parah pada jalur pembagian air dan sudah dipasang karung yang berisikan batu, hal ini tentu saja tidak maksimal sehingga membuat pasokan dan debit air ke gampong Alurmas, serta Gunung Pudung tidak tercukupi," kata Husni, warga setempat kepada Serambinews.com, Rabu (26/02/2020).
Informasi itu juga dibenarkan oleh Keuchik Gampong Gunung Pudung, Wismaidi Aris.
• Polres Aceh Barat Perlihatkan Para Penadah dan Pencuri Hp
Ia mengatakan sudah sejak lama pasokan air ke areal sawah di gampong tersebut tidak tercukupi, padahal pintu air berada di gampong tersebut.
"Sebelum saya menjadi Keuchik kondisi bendungan ini sudah rusak, sehingga banyak warga yang merupakan petani mengeluhkan hal tersebut, sebab gampong ini terletak di lokasi pintu air, namun air ke sawah warga tidak tercukupi," ungkapnya.
Ia melanjutkan, jika air banyak maka kerusakan di BGP nyaris tidak terlihat, namun jika debit air sedikit maka kerusakan parah itu terlihat.
Ironisnya sejak lima tahun lalu pihak terkait belum melakukan perbaikan di BGP tersebut sehingga kerusakan dan longsor terus menjadi-jadi hingga nyaris memakan badan jalan.
Hal senada juga disampaikan Keuchik Gampong Alurmas, Zainal.
• Kawanan Harimau Kembali Muncul di Permukiman, Terkam Ternak Warga di Subulussalam
Menurutnya lahan sawah di gampongnya tidak pernah teraliri air dari saluran irigasi sudah sekian lama, bahkan saluran irigasi yang ada juga sudah dipenuhi rumput karena tidak pernah teraliri air.
"Kami sejak lama menggunakan air dari pegunungan untuk mengairi sawah, kalau saluran irigasi sudah tak berfungsi lagi.
Bahkan kondisi terkini warga secara sukarela mengumpulkan uang untuk menyewa pompa air untuk mengairi lahan sawah," jelasnya.
Menurut informasi, kondisi kerusakan dan berefek terhadap lahan sawah ini sudah berlangsung hampir lima tahun lamanya.
Masyarakat Gunung Pudung secara swadaya telah melakukan perbaikan dengan menimbun bantaran pintu air dengan menggunakan karung yang berisi batu.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) PUPR kabupaten Aceh Selatan, Rima Eved ST MSP mengaku sesuai pantauan petugas Sumber Daya Air di lapangan sampai Rabu (26/02/2020) debit air dari intake DI Gunung Pudung samapai ke bangunan BGP 1 arah Alurmas cukup baik.
"Walaupun kondisi bangunan BGP 1 itu sudah rusak berat akibat masa pakai dan umur konstruksi yang sangat tua sudah berumur 29 tahun.
Namun demikian Petugas telah melakukan antisipasi secara darurat dalam demi terpenuhi suplay air masa tanam MT 1 tahun ini," ungkapnya.
• Terdakwa Bunuh Selingkuhan Istri Divonis 20 Tahun di Nagan Raya
Persoalan rusak tersebut tersebut menurutnya telah sampaikan ke Plt Bupati Tgk Amran melalui Kadis PUPR Muhammad Yunus ST.
Saat ini tim teknis sedang membuat desain konstruksinya.
"Masalah kekeringan menurut amatan kami memang terdapat beberapa petak sawah yang tidak mungkin dialiri akibat elevasi sawah lebih tinggi air tidak dapat terpenuhi melalui jaringan existing.
"Solusi kedepan perlu di kaji ulang, namun demikian secara umum saya pastikan suplay air untuk masa tanam tahun ini telah terpenuhi.
Kita telah melihat beberapa saluran tersier yang dibiarkan semak, makanya air dari saluran sekunder tidak mengalir ke persawahan," jelasnya.
Seharusnya, lanjut Rima, petani pemakai air dan pihak kejrun harus menjaga kebersihan saluran yang menjadi tanggung jawab mereka.
Petugas selalu juga sering melaporkan banyaknya sadap liar dan kurangnya pengaturan pembagian air masing - masing petani sehingga air yang seharusnya dapat dibagi sampai ke wilayah terjauh hilang begitu saja ke saluran pembuang.
"Selanjutnya kami pihak SDA juga berharap kerjasama petani untuk menjaga dan merawat aset sebagai kebutuhan dasar kita," pungkasnya.(*)
• VIDEO - Aceh Pelajari Peluang Ekspor Pasir dan Kerikil ke Andaman India