Gajah Bener Meriah
Gajah Bener Meriah, Abang Kul dan Tragedi Gajah Putih
Ragam gerak dalam tari Guel terdiri dari munatap atau salam semah, sining lintah, kepur nunguk, semer kalang (sengker kalang) dan dah-papan.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Nur Nihayati
Sultan Mahmud Syah dari Malaka terpaksa mengundurkan diri ke Kampar di Sumatera, dan keluargnya diungsikan ke Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada masa inilah Kerajaan Aceh membantu pembebasan Malaka. Hubungan Kerajaan Aceh dan Malaka makin erat dan berkembang. Terjadi pula perjawinan politik antara Keraton Aceh dan Keraton Malaka.
Putra Sultan Malaka, bernama Alaudin Mansyur Syah dinikahkan dengan putri Kerajaan Aceh. Sebaliknya, seorang putri Sultan Malaka dinikahkan dengan pembesar Kerajaan Aceh, yakni Reje Linge XIII yang ikut serta dalam perang mengusir Portugis dari Malaka.
Pada tahun 1533, tulis MH Gayo, terbentuklah Kerajaan Johor baru yang dipimpin oleh Sultan Alaudin Mansyur Syah.
Reje Linge XIII duduk dalam kabinet sebagai wakil dari Kerajaan Aceh Darussalam. Oleh Sultan Johor Alaudin Mansyur Syah, menugaskan Reje Linge XIII membangun sebuah pulau di Selat Malaka yang masuk dalam wilayah Kerajaan Johor.
Pulau tersebut belakangan dikenal dengan nama Pulau Lingga.
Perkawinan Reje Linge XIII dengan putri Keraton Malaka tadi melahirkan dua putra. Paling tua bernama Bener Merie atau Bener Meriah dan adiknya bernama Sengeda. Reje Linge XIII sendiri meninggal dan dimakamkan di Pulau Lingga.
Suatu ketika, istri Reje Linge XIII, bersama kedua putranya, Bener Meriah dan Sengeda saat masih kecil, pindah ke Kerajaan Aceh Darussalam.
Ketika Bener Meriah dan Sengeda beranjak dewasa, barulah diberitahu oleh sang ibu, asal usul putranya itu. Abang beradik ini lalu pulang menjenguk Tanoh Linge, tanah leluhur ayahandanya, Reje Linge XIII.
Sebagai identitas diri, kepada Bener Meriah dan Sengeda diberikan cincin warisan Reje Linge XIII. Ketika itu, di Linge yang berkuasa Reje Linge XIV, putra Reje Linge XIII dari istri yang berbeda.
Kedatangan Bener Meriah dan Sengeda ke Linge mendapat penolakan keras dari Reje Linge XIV yang berkuasa. Kehadiran Bener Meriah dan Sengeda dicurigai merebut tampuk kekuasaan.
Dengan penuh siasat, Bener Meriah dan Sengeda diperintah bunuh atas tuduhan telah membunuh Reje Linge XIII. Bener Meriah menemui ajal. Tapi tidak dengan Sengeda. Ia diselamatkan Cik Serule, Perdana Menteri Kerajaan Linge masa itu.
Suatu malam Sengeda mimpi bertemu Bener Meriah, yang memberi petunjuk tentang adanya gajah putih dan cara menangkapnya. Gajah tersebut kelak diberikan kepada Sultan Aceh sebagai hadiah untuk putri sultan.
Dalam satu sidang tahunan di Kesultanan Aceh Darussalam, Cik Serule datang memenuhi undangan sebagai utusan Kerajaan Linge.
Sengeda yang ia selamatkan, dibawa serta ke istana Sultan. Pada saat sidang berlangsung, Sengeda—sesuai petunjuk mimpinya—mencoba menarik perhatian putri sultan dengan cara bermain-main di Balai Gading.