Breaking News

Menteri Sosial: Muhammad Hasan Gayo bisa Diusulkan jadi Pahlawan Nasional

Menteri Sosial yang diwakili Sekretaris Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial, Bambang Sugeng, mengatakan pejuang kemerdekaan asal Gayo...

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Sekretaris Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial, Bambang Sugeng, menerima buku "Keterlibatan Haji Muhammad Hasan Gayo, Pejuang Nasional Dataran Tinggi Gayo dalam Gerakan Perjuangan Kemerdekaan 1923-2003," di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu (15/3/2020). 

Grup ini belakangan diberi nama "Grup Pemuda Radikal" pimpinan Chaerul Saleh, bermarkas di Menteng 31 atau Gedung Juang 45 sekarang. Dalam grup inilah Hasan Gayo memperoleh pendidikan politik yang diberikan tokoh-tokoh hebat; Ir  Soekarno, Mohd Hatta, Mr Iwa Kusuma Sumantri, Mr Sunario, Mr Ahmad Soebardjo, Mr Suwandi dan lain-lain.

Grup "Pemuda Radikal" inilah yang mendesak Soekarno segera menyatakan kemerdekaan Indonesia segera setelah Jepang kalah dari Sekutu. Tapi Soekarno menolak dan harus membawanya terlebih dahulu dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Ini penjelasan Rektor UTU Meulaboh Terkait Antisipasi Virus Corona

Tapi grup "Pemuda Radikal" yang di dalamnya aktif Hasan Gayo, menolak ide Soekarno. Sebab menurut mereka PPKI adalah lembaga  dipengaruhi Jepang, dan grup ini tidak percaya kepada Jepang. 

Pemuda Radikal lalu memilih jalan "radikal" dengan "mengungsikan" Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Baru esoknya, 17 Agustus 1945, Soekarno -Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Pegangsaan Timur.

Muhammad Hasan Gayo terlibat aktif dalam seluruh pertemuan rapat "Grup Pemuda Radikal" termasuk pada saat  memutuskan "mengungsikan" Soekarno ke luar kota.

Setelah Proklamasi, Grup Pemuda Radikal pimpinan Chaerul Saleh ini, membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Lasykar Rakyat untuk melucuti tentara Jepang. Saat itu, API lah yang menjaga keamanan Jakarta.

HM Hasan Gayo, atas nama  Angkatan Pemuda Indonesia (API), pada  3 September 1945, memimpin pengambil alihan aset dan manjemen perusahaan 

Kereta Api di Jakarta dan Bengkel Besarnya di Manggarai. Tentara Jepang yang menjaga Perusahaan Kereta Api menyerah tanpa perlawanan dan semua gerbong ditempeli "Milik RI" . Dampak dari pengambilalihan perusahaan kereta api di Jakarta, akhirnya seluruh  stasiun kereta api  di Pulau Jawa diambil alih oleh pejuang rakyat Indonesia.(*)

YARA Abdya Terima Dua Laporan Dugaan Pungli di Satpol PP dan WH dalam Kasus Pelanggaran Syariat

Tak Terima Dikelola Aceh Tamiang, Warga Meulidi Geruduk Wisata Tangsar 27

Wakil Ketua DPRK Aceh Besar Zulfikar Aziz Tinjau Taman Edukasi Peternakan Limo Farm

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved