Dampak Corona di Aceh
Sejumlah Negara di Eropa Berlakukan Lockdown, Pengusaha Udang Vaname di Aceh Barat Terancam Bangkrut
Sejumlah segara penampung udang vaname memberlakukan lockdown, sehingga menyebabkan ekspor udang vaname kini semakin sulit.
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Pengusaha udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) di Aceh Barat kini terancam gulung tikar, akibat pengaruh penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) yang sedang mendunia saat ini.
Kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah negara penampung udang vaname memberlakukan lockdown, sehingga menyebabkan ekspor udang vaname ke sejumlah negara itu kini semakin sulit.
Selain mulai sulitnya pemasaran ke negara di kawasan Eropa, harga pun kini mulai anjlok, dari harga Rp 105 ribu perkilogram, turun menjadi Rp 80 ribu perkilogram.
Sehingga dengan adanya penampung di tingkat nasional saat ini maka kesematan itu dimanfaatkan sebaik mungkin, sebab jika sejumlah pabrik penambung telah memenuhi kuota tentu ia tidak bisa menampungnya lagi, terlebih negera yang sudah memberlakukan lockdown saat ini.
“Udang vaname dari hasil budidaya kita sekali panen biasanya mencapai sekitar 13 ton, namun saat ini untuk menghindari kerugian yang lebih besar, maka terpakasa kita penen cepat meski belum sampai masa penen yang sebenarnya,” ungkap Amiruddin, seorang pengusaha udang vaname di Aceh Barat kepada Serambinews.com, Sabtu (21/2/2020) di lokasi tambak udang di Suak Pandan, Kecamatan Samatiga.
Budidaya udang vaname yang kini mulai dikembangkan oleh kalangan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat, sudah berhasil menembus pasar internasional.
"Kami sangat bersyukur karena dengan membudidaya udang vaname sudah berhasil menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, dan mengangkat nama Aceh Barat dalam pengembangan budidaya udang," kata Amiruddin.
Disebutkan, budidaya udang vaname yang dikembangkan saat ini di kawasan samatiga tersebut terdapat sekitar 28 kolam, dan setiap kolamnya ketika panen sekitar 1,3 ton bila sudah mencukupi waktu masa panennya, dan jika dipanen cepat maka sekitar 1 ton.
Disebutkan, untuk saat ini kondisi pasaran semakin sulit sejak terjadinya penyebaran virus corona yang ikut berpengaruh kepada pengusaha udang.
“Biasaya keuntungan dari penjulan udang vaname setiap kali panen mencapai Rp 1,6 miliar, namun sejak terjadinya penyebaran virus corona keuntungan sekitara Rp 250 juta hingga Rp 300 juta setiap panen. Kita berharap semoga virus corona ini bisa cepat berakhir, sehingga aktifitas budidaya vaname bisa berlanjut,” harap Amiruddin.
Dikatakannya, turunnya harga udang vaname membuat kalangan pengusaha udang di Aceh mengeluh, karena biaya untuk melakukan budidaya udang tersebut membutuhkan modal yang cukup besar.
Sehingga jika harga jualnya nanti semakin menurun, tidak tertutup kemungkinan budidaya vaname akan gulung tikar, hingga menunggu harga normal dan menunggu sampai selesainya masa corona agar pemasaran keluar negeri mudah dilakukan seperti Tiongkok dan ke sejumlah negara lainnya.
Sementara dengan adanya usaha udang vaname tersebut telah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, karena sebagian besar yang bekerja di tambak udang tersebut merupakan warga lokal.
Sehingga usaha tersebut telah menampung puluhan tenaga kerja untuk pendapatan ekonomi warga.(*)
• Pulang dari Bandung, Banyak Datok Penghulu yang tidak Mengisolasi Diri
• Cegah Corona, Pemkab Aceh Barat Diminta Periksa Kesehatan Pendatang, Termasuk Warga Baru Pulang
• Merah Sakti Minta Kejari Usut Tuntas Kasus Proyek Fiktif di Subulussalam, Biar Jelas Dalangnya
• Klorokuin Bukan untuk Cegah Corona, Efek Sampingnya Sebabkan Ganggu Irama Jantung