Banyak yang Pakai Masker Buatan Sendiri, Amankah Tangkal Virus Corona?

Saran dari berbagai pihak terkait penggunaan masker di tengah pandemi global virus corona, kadang terasa membingungkan.

Editor: Faisal Zamzami
(SHUTTERSTOCK)
Masker Buatan Sendiri 

Pekan lalu, Asosiasi Medis Jerman menyarankan warga membuat masker kain sederhana ketika keluar ke tempat umum.

Seruan itu pun masih terkait dengan ajakan untuk meninggalkan penggunaan masker medis, yang lebih diperlukan oleh para dokter dan relawan di garis depan.

Tak hanya itu, di Austria, pembeli di toko bahan makanan juga diharuskan memakai masker.

Di New York, Gubernur Andrew M. Cuomo telah menyarankan siapa pun yang berusia lebih dari 70 tahun untuk mengenakan masker.

Masker medis berkualitas tinggi, yang disebut masker respirator N95 amat diperlukan untuk pekerja rumah sakit dan responden darurat dengan beban kerja tinggi dan risiko terpapar virus corona yang besar.

Masker semacam itu, mampu menyaring partikel kecil di udara hingga 85 persen.

Jelas, warga umum tak membutuhkan masker perlindungan sekelas itu.

 Jadi, jika kamu bukan pekerja medis dan memiliki simpanan masker N95 atau masker bedah standar, pertimbangkanlah untuk menyumbangkannya ke rumah sakit.

Itu akan sangat membantu.

Tak perlu masker

Jika kamu tinggal di rumah dan tidak ada seorang pun di keluarga yang terinfeksi virus corona, maka kamu dan anggota keluargamu tidak perlu memakai masker sepanjang waktu.

Lantas, ketika kita harus keluar rumah untuk membeli kebutuhan, maka saran para ahli adalah mengenakan masker non medis, atau buatan sendiri. Mungkin ini akan menjadi ide yang baik.

Penelitian mengungkap, pencegahan penyebaran penyakit pernapasan, termasuk SARS -bentuk lain dari virus corona, menunjukkan, penggunaan masker sederhana dapat menurunkan risiko infeksi.

Efeknya menjadi semakin kuat saat penggunaan masker sederhana itu dikombinasikan dengan kebersihan tangan dan jarak sosial.

"Saya pikir sejumlah besar data akan menunjukkan bahwa virus corona adalah infeksi yang ditularkan melalui droplet, dan itu juga dapat ditularkan melalui kontak langsung." Begitu kata Dr. Siddhartha Mukherjee, Asisten Profesor Fakultas kedokteran di Universitas Columbia.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved