Opini
Nilai-Nilai Edukasi dalam Shalat Fardhu
Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah yang paling agung, ia merupakan sarana komunikasi intensif antara seorang hamba
Oleh Dr. Murni, S.Pd,I., M.Pd, Alumni Doktoral Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah yang paling agung, ia merupakan sarana komunikasi intensif antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Di samping itu, shalat juga memiliki kedudukan yang sangat penting bagi manusia, sehingga Rasulullah menyatakan bahwa shalat tiang agama Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, Artinya: "Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat, maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas merupakan suatu rujukan bahwa tegak dan tidaknya agama Islam pada diri seorang Muslim tergantung pada keistiqamahan seorang hamba dalam melaksanakan shalatnya. Shalat tidak hanya dimaknai sebatas kewajiban, tetapi ruh shalat harus bisa memberikan warna yang sangat positif pada perilaku seorang hamba yang terpancar pada kesungguhan untuk selalu menaati Allah dan menjauhkan diri dari perilaku maksiat.
Dengan benar-benar menjaga shalat tepat waktu, maka akan dapat menjauhkan seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah swt: "Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini adalah shalat itu mencakup dua hal: Pertama, meninggalkan berbagai kekejian dan kemungkaran di mana menjaga shalat dapat membawa kepada sikap meninggalkan hal-hal tidak baik. Kedua, shalat mencakup upaya mengingat Allah swt. Itulah tuntutan yang paling besar dari seorang hamba.
Syaikh `Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di Rahimahullah berkata, shalat dikatakan dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar adalah bahwa seorang hamba yang mendirikan shalat, menyempurnakan rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, khusyu'nya, maka hatinya akan bercahaya, dadanya akan menjadi bersih, imannya akan bertambah, dan bertambah kecintaannya kepada kebaikan, dan menjadi sedikit bahkan hilanglah keinginannya terhadap keburukan. Yang terpenting, terus melakukan shalat, maka shalat yang dilakukannya itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Ini termasuk tujuan dan buah yang paling besar dari shalat.
Dalam shalat ada maksud yang lebih agung dan lebih besar, yaitu kandungan shalat itu sendiri, berupa mengingat kepada Allah swt dengan hati, lisan, dan anggota badan. Karena sesungguhnya Allah swt menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah yang paling utama dilakukan manusia adalah shalat. Di dalam shalat terdapat penghambaan seluruh anggota badan (kepada Allah swt) yang tidak terdapat pada selain shalat.
Tahqiq Syaikh `Ali bin Hasan al-Halab (Al-`Ubûdiyyah, hlm. 120-121), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengatakan bahwa, "Sesungguhnya di dalam shalat terdapat dua hal: Pertama, menolak sesuatu yang dibenci Allah yaitu perbuatan keji dan mungkar, dan Kedua, menghasilkan sesuatu yang dicintai, yaitu mengingat kepada Allah. Kemudian, tercapainya sesuatu yang dicintai ini lebih besar daripada menolak hal yang dibenci tersebut. Karena mengingat kepada Allah swt adalah suatu ibadah yang semata-mata karena Allah, dan ibadah hati kepada Allah adalah sesuatu yang memang dimaksudkan (yang dituju). Ada pun tertolaknya kejelekan dari hati, maka itu dimaksudkan karena selain-Nya, yaitu sebagai penyerta saja."
Dengan menunaikan shalat fardhu, maka nilai-nilai edukasi yang akan didapatkan di antaranya adalah: 1). Wujud terhadap nilai keikhlasan kepada Allah swt. Keikhlasan kepada Allah, tidak hanya tertanam dalam kalbu seseorang, yang lebih penting lagi adalah mewujudkannya dengan melakukan shalat. Ikhlas mengajarkan kepada kita untuk mencapai kesuksesan hakiki, kesuksesan yang abadi, dan kesuksesan dalam pandangan Allah swt.
2). Mendidik kemauan. Shalat mendidik seseorang memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakannya terhalang berbagai kendala. Shalat yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpangnya begitu besar. Karena itu, Rasulullah saw menyatakan: Shalat itu tiang agama. Dalam kaitan ini, maka shalat akan membuat kekuatan rohani seorang Muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang Muslim tidak akan berputus asa meskipun penderita yang dialami sangat sulit.
3). Shalat mendidik untuk berlaku jujur. Berlaku jujur tidak hanya pada saat shalat saja, tetapi yang perlu menjadi perhatian kita adalah mewujudkan perilaku jujur pada saat setelah shalat. Berlaku jujur dalam setiap perilaku, dalam setiap keadaan, baik dalam berbicara, dalam berdagang, dan dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari.
4). Menguatkan jiwa. Dalam hidup ini tak sedikit didapati manusia yang didominasi hawa nafsunya, lalu manusia itu mengikuti apapun yang menjadi keinginannya meskipun itu merupakan suatu yang mungkar dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, pada saat dalam peperangan melawan hawa nafsu manusia mengalami kekalahan, maka malapetaka besar yang akan didapatkannya.
5). Menyehatkan badan. Di samping kesehatan dan kekuatan rohani, shalat yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah saw tetapi juga dibuktikan dari hasil penelitian dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang tidak pernah meragukannya lagi. Mereka menyimpulkan bahwa gerakan shalat mengandung unsur senam jasmani, sehingga dapat menyehatkan tubuh, mencegah gangguan otot, dan waktu melaksanakan shalat shubuh udara masih sejuk sehingga tubuh kita menjadi sehat. Apabila kita dalam melaksanakan shalat secara berjamaah maka dapat menjalin persaudaraan antara kaum Muslim dengan muslimin lainnya.
6). Shalat mendidik disiplin waktu. Setiap orang yang shalat selalu memeriksa masuknya waktu shalat, berusaha menunaikannya tepat waktu, sesuai ketentuannya, dan menaklukkan nafsunya untuk tidak tenggelam dalam kesibukan duniawi. Dan, 7). Shalat mendidik kesatuan dan persatuan umat. Orang yang shalat menghadap ke satu tempat yang sama, yaitu Baitullah.
Hal ini menunjukkan pentingnya mewujudkan persatuan dan kesatuan umat. Persatuan ini akan menimbulkan saling memahami dan melengkapi antarsesama. Jika nilai-nilai shalat tersebut diaplikasikan dalam kehidupan setiap Muslim maka tidak menutup kemungkinan perubahan ke arah yang lebih baik akan dapat terwujud.