Corona Serang Dunia
Negara Barat Ragukan Data Kematian Akibat Covid-19 di Cina, Begini Bantahan Jubir Kemenlu Cina
Terlepas dari kata-kata puja-puji dari WHO, ada banyak keraguan dunia tentang statistik resmi dan klaim keberhasilan.
Penulis: Said Kamaruzzaman | Editor: Mursal Ismail
Terlepas dari kata-kata puja-puji dari WHO, ada banyak keraguan dunia tentang statistik resmi dan klaim keberhasilan.
Laporan Said Kamaruzzaman
SERAMBINEWS.COM - Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengumumkan kepada dunia tidak ada korban virus Corona meninggal sepanjang Senin (6/4/2020) waktu setempat.
Ini berarti, jumlah korban meninggal akibat covid-19 di Cina masih di angka 3.331 orang.
Pengumuman terbaru ini sebagaimana dilansir AFP dan kantor berita Xinhua News Agency, Selasa (7/4/2020).
Tetapi seperti yang ditulis wartawan BBC Robin Brant, ada pertanyaan yang tersisa tentang seberapa akurat angka-angka ini, sehingga informasi tersebut dapat dipercaya.
Selama berbulan-bulan, setiap pagi pukul 03.00 waktu setempat, para pejabat di Cina telah mengumpulkan angka-angka terbaru tentang penyebaran virus untuk dibagikan kepada dunia.
Hingga 7 April 2020, mereka telah mencatat 81.740 kasus dan 3.331 kematian.
• Di Tengah-tengah Karantina, Samsung Harapkan Keuntungan Besar
• Ingin Lebih Nyenyak? Jangan Konsumsi 3 Makanan dan Minuman Ini Sebelum Tidur!
• Ria Ricis Sempat Keluar dari Grup WhatsApp Keluarga, Setelah Ditegur Sang Kakak Oki Setiana Dewi
Sehingga negara tempat virus pertama kali muncul itu telah menerima pujian atas penanganan krisis.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji Cina atas "kecepatannya mendeteksi wabah" dan "komitmennya terhadap transparansi".
Tetapi, terlepas dari kata-kata puja-puji dari WHO, ada banyak keraguan dunia tentang statistik resmi dan klaim keberhasilan.
Pekan lalu, menteri senior pemerintah Inggris Michael Gove mengatakan kepada BBC "beberapa laporan dari Cina tidak jelas tentang skala, sifat, daya menular virus".
Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengatakan bahwa dirinya meragukan dana korban tewas dan infeksi yang dilaporkan Cina.
Senator Partai Republik Ben Sasse menyebut data yang disampaikan Cina sebagai propaganda sampah.
"Klaim bahwa Amerika Serikat memiliki lebih banyak kasus kematian dibandingkan Cina akibat virus corona adalah palsu.
Tanpa mengomentari informasi rahasia, ini jelas sangat menyakitkan.
Partai Komunis Cina telah berbohong dan akan terus berbohong soal virus Corona demi melindungi rezim,” kata Sasse.
Hal senada disampaikan anggota Komisi Urusan Luar Negeri Kongres, yang juga dari Republik, Michael McCaul.
Dia menyebut Cina bukan mitra yang dapat dipercaya dalam perang melawan Covid-19.
Selama ini, Cina memiliki reputasi buruk dalam hal memberikan angka resmi yang diyakini dunia.
Ini terutama terlihat pada data tentang ekonominya, yang merupakan tolok ukur utama kemajuan negara dan Partai Komunis yang berkuasa.
Tidak seperti kebanyakan negara, angka PDB triwulanan Tiongkok telah lama dianggap lebih sebagai panduan daripada refleksi akurat dari kinerja ekonomi aktualnya.
Sebelum pandemi covid-19, pemerintah Cina punya target pertumbuhan ekonomi sekitar 6% pada tahun 2020.
Selama bertahun-tahun ramalan ini hampir selalu tercapai, hampir tidak ada margin of error.
Tetapi, ada beberapa ekonom di luar Cina yang menganggap itu sebagai bacaan di atas kertas.
Partai Komunis dianggap kerap menyembunyikan kenyataan ketika itu tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai partai.
Beberapa pejabat tingkat provinsi pernah dihukum secara terbuka karena memaparkan data PDB.
Ada ekonom yang memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi aktual Cina setengah dari jumlah yang disebutkan.
Oleh karena itu, untuk korban Covid-19 ini, ada yang memprediksi jumlah sesungguhnya jauh lebih besar dari informasi resmi yang disampaikan Pemerintah Cina.
Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Hua Chunying membantah semua tuduhan miring itu.
Dia menyebut laporan intelijen AS itu memalukan dan tak bermoral.
Menurut Hua, Cina selalu transparan dan tepat waktu dalam memberikan data kepada dunia.
“Cina menyampaikan pembaruan (data) secara terbuka, transparan, dan tepat waktu kepada dunia, sebagaimana ditunjukkan dengan jelas oleh rekan-rekan dan saya telah menguraikan respons dari Cina berkali-kali,” kata Hua, dikutip dari Xinhua, Jumat (3/4/2020). (*)