Berita Abdya

Pospera Minta Pemprov Aceh Lanjutkan Proyek Jembatan Krueng Teukuh Abdya, Jangan Tunda karena Corona

Pembangunan jembatan senilai Rp 13 miliar menggunakan APBA ini berlokasi di Gampong Lama Muda, Kecamatan Kuala Batee, Abdya.

Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/Dokumen Dinas PUPR Abdya
Tim Dinas PUPR Aceh melakukan survei ke lokasi pembangunan jembatan Krueng Teukuh, Gampong Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Abdya. 

Pembangunan jembatan senilai Rp 13 miliar menggunakan APBA ini berlokasi di Gampong Lama Muda, Kecamatan Kuala Batee, Abdya.

Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Raya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - DPC Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Kabupaten Aceh Barat Daya (Pospera Abdya) meminta pembangunan jembatan Krueng Teukuh dilanjutkan atau tak ditunda.

Pembangunan jembatan senilai Rp 13 miliar menggunakan APBA ini berlokasi di Gampong Lama Muda, Kecamatan Kuala Batee, Abdya. 

Ketua DPS Pospera Abdya menyampaikan hal ini terkait wacana Pemerintah Aceh akan menghentikan proses tender pengadaan barang dan jasa paket proyek itu.

Hal ini diduga muncul setelah Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan unsur pimpinan DPRA melakukan rapat terbatas (ratas) antara di Pendopo Gubernur Aceh beberapa waktu lalu.

Rencananya anggaran proyek tersebut, selanjutnya akan dialihkan untuk penanganan pandemi virus corona atau covid-19.

Masyarakat Pidie Jaya di Jakarta Salurkan Bantuan Sembako kepada Warga Terdampak Covid-19

Polres Abdya Amankan 10 Paket Sabu dari Tangan Petani Ini, Sempat Berusaha Melarikan Diri

Baru 6 Hari Bebas karena Pencegahan Corona, Pria Ini Nekat Jadi Kurir Ganja

Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Abdya bersama pimpinan DPRK Abdya dan Kepala Dinas PU Absya meninjau jembatan Kreung Teukuh yang ambruk diterjang banjir, Senin (29/8/2016).
Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Abdya bersama pimpinan DPRK Abdya dan Kepala Dinas PU Absya meninjau jembatan Kreung Teukuh yang ambruk diterjang banjir, Senin (29/8/2016). (SERAMBINEWS.COM/RAHMAT SAPUTRA)

"Kita sepakat bahwa untuk pencegahan virus Corona atau covid-19 kita harus fokus dan butuh perhatian khusus.

Namun, menurut hemat saya, tidak semua proyek strategis yang ada di Aceh dihentikan," kata ketua DPC Pospera Abdya, Harmansyah.

Contohnya, kata Harmansyah, proyek yang bersifat menunjang perekonomian masyarakat, seperti pembangunan jembatan Krueng Teukuh di Abdya.

Karena, lanjutnya, seperti diketahui bersama, bahwa jembatan tersebut adalah jembatan harapan banyak orang.

Melalui jembatan itu perekonomian masyarakat Abdya bergantung.

Sebab seluruh petani kelapa sawit yang merupakan sawit rakyat, yang menuju arah surin harus melalui jembatan tersebut.

"Era rakit bagi petani sudah cukup lama, dan harapan tahun 2020 ini dapat terbebas dengan dibangunnya jembatan ini," pintanya.

Untuk itu, ia berharap jika Pemprov Aceh ingin meniadakan sebagian besar proyek, maka harus dilihat dan dipertimbangkan. 

Artinya yang ditunda jangan proyek-proyek yang berdampak langsung terhadap perekonomian rakyat banyak. 

"Kalau sifatnya studi banding, pelatihan dan kegiatan yang tidak berdampak langsung ke masyarakat, maka coret saja," cetusnya.

Bahkan, Harmansyah mendukung langkah DPRK Abdya yang menyurati pemerintah Aceh, agar jembatan yang diharapkan oleh petani itu bisa dibangun.

"Apalagi perencanaan sudah selesai dilelang, kami berharap dengan adanya dari dewan ini, bisa memperkuat alasan pemerintah tetap melanjutkan proyek tersebut," pungkasnya.

Untuk diketahui, rencananya anggaran Rp 13 miliar itu, akan membangunan jembatan dari rangka baja sepanjang 60 meter.

Anggaran Rp 13 miliar itu, selain rangka baja, juga sudah termasuk pengaman jembatan.

Pembangunan jembatan sepanjang 60 meter itu, akan menghubungkan dari Desa Drien Leukit, Kecamatan Kuala Batee menuju Kecamatan Babahrot melalui jalan lebar 30 meter.

Seperti diketahui, Pembangunan Jembatan Krueng Teukuh, Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Abdya sempat gagal dibangun pada 2019.

Padahal, masyarakat setempat sudah sangat membutuhkan jembatan itu, segera dibangun untuk kelancaran transportasi menuju lahan pertanian dan perkebunan.

Awal kepemimpinan Akmal-Muslizar, jembatan tersebut telah masuk dalam anggaran Dana Alokasi Khusus Aceh (Doka) atau Otsus 2018 sebesar Rp 10 Miliar.

Sayangnya, anggaran yang telah disepekati itu 'berubah' ditengah jalan, dan dialihkan untuk pembangunan jembatan Mancang Riek, Kecamatan Setia dengan anggaran Rp 10 miliar.

Anggaran Rp 10 miliar itu, rencananya untuk pengadaan rangka baja sepanjang 105 meter, biaya pemasangan dan pengecoran lantai jembatan.

Pengadaan jembatan yang mencapai 105 meter itu, dilakukan mengingat pemasangan jembatan Krueng Teukuh akan dilakukan dengan sistem kantilever atau tanpa perancah bawah, sehingga dibutuhkan rangka lebih panjang atau lebih 45 meter, sebagai penopang.

Seperti diketahui jembatan Krueng Teukuh tersebut pernah terhenti pada tahun 2012, akibat terjadinya pemutusan kontrak.

Namun, pembangunannya kembali dilanjutkan pada tahun 2016, menggunakan anggaran APBK sekitar Rp 7,2 miliar.

Sayangnya, saat pemasangan jembatan rangka baja sudah mencapai 50 meter (dari total panjang 60 meter).

Jembatan tersebut ambruk, akibat air hujan yang membawa potongan kayu, dan pohon sawit kemudian menghantam tiang penyanggah rangka baja tersebut.

Tidak diketahui pasti, tiang penyanggah dari pohon kelapa itu, dengan mudah roboh, sehingga rangka baja itu ambruk ke dasar sungai.

Hingga kini rangka baja itu tidak berhasil diangkat dan kini rangka baja itu menjadi mubazir. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved