Citizen Reporter
Tradisi Meujalateh dan Tungkat Bulee Jok, Cara Unik Warga Woyla Aceh Barat Usir Virus Corona
Masyarakat Aceh sejak zaman dahulu sudah punya tradisi mencegah masuknya wabah penyakit ke kampung mereka.
Kenapa bulan Safar? Karena berdasarkan tradisi dan pengalaman, banyak bala dan wabah penyakit terjadi pada bulan Safar.
Wabah ta’eun (tha’un) yang menyerang ternak, terutama ayam, biasa terjadi pada bulan Safar.
Maka, upacara meujalateh (membaca Nazam Isim Ya Latif) ini menjadi rutinitas pada bulan Safar.
Dulu, sebelum konflik GAM-RI, upacara meujalateh dilaksanakan pada malam hari dan mengunakan aksesoris khusus berupa tongkat bambu.
Tongkat itu diisi kerikil agar mengeluarkan suara dan dilengkapi dengan bulee jok (serat ijuk aren) di kepala tongkat.
Suara yang dihasilkan dari goyangan kerikil di dalam bambu, serta bulee jok di kepala tongkat, dimaknai untuk menakuti setan/wabah.
Meujalateh (pawai baca Isim Ya Latief) dilakukan selama 15 hari sampai Rabu Abeh bulan Safar.
Pada akhir acara, semua tongkat itu diikat dijadikan rakit, kemudian dilepaskan ke sungai dan diakhiri dengan kenduri Rabu Abeh.
Catatan penulis, Nazam Isim Ya Latief bersanad dari mursyid atau khalifah Naqsyabandiyah dari Abuya Muda Wali Al-Khalidi dan disusun rapi oleh alm Abuya Jamaluddin Waly.
Nazam ini hampir sama dengan susunan Al-Habib Abu Bakar Al-Adniy bin Ali Al-Masyhur.
Adapun Intro atau pengantar dimulai dengan bait utama;
يا لطيفا لم يزل الطف بنا فيما نزل إنك لطيف لم تزل الطف بنا والمسلمين
“Wahai Yang Maha Lembut, berlembutlah kepada kami atas segala ketentuan-Mu, kerana sesungguhnya Engkau Maha Lembut selama-lamanya. Berlembutlah kepada kami dan orang-orang muslimin.”
Dapat dimaknai secara umum, dengan tawashul lewat zikir Asmaul Husna ke-29, Al-Latif, Allah menjauhkan dari segala bahaya dan dengan membaca isim ya latif dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, Tuhan Pencipta Penyakit dan pencipta Alam Semesta bernama asy-Syaafi (Yang Maha Penyembuh).
Ini pun juga ada korelasi dengan pendapat Az-Zajjaj, pakar bahasa Arab dalam tafsir Asmaul Husna mengartikan Al-Latif dapat dimaknai dengan “mencapai tujuan dengan cara yang sangat tersembunyi atau tak terduga.”