Kisah Teladan

Belajar Cara Penanganan Wabah dari Amr Bin Ash, Sahabat Jenius Pencetus Social Distancing

Sejarah Islam mencatat, praktek social distancing dalam mengatasi wabah ini diperkenalkan oleh Amru Bin Ash, lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Capture video Anis Matta
Sejarah Islam mencatat, praktek social distancing dalam mengatasi wabah penyakit diperkenalkan oleh Amr Bin Ash, Sahabat Rasulullah SAW, lebih dari 1400 tahun yang lalu. 

SERAMBINEWS.COM - Wabah corona jenis baru atau COVID-19 yang berasal dari Wuhan Cina, menimbulkan kepanikan di banyak negara.

Kota-kota besar dunia yang selama ini sangat sibuk dan ramai (crowded), mendadak sunyi sepi karena pemerintah setempat memberlakukan tindakan pembatasan hingga lockdown atau pengguncian.

Hampir semua ibukota negara di dunia saat ini sepi dari aktivitas manusia.

Kota-kota bisnis yang dulunya sangat sibuk, seperti Jakarta, Bangkok, Dubai, hingga New York, kini tak lagi sesibuk dulu.

Selain menerapkan pembatasan dan pengguncian dari kunjungan luar negeri, kota-kota ini juga menerapkan “jaga jarak” atau social distancing untuk mencegah penyebaran virus ini.

Social distancing ini menjadi salah satu rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Praktek social distancing yang kata-katanya kini semakin akrab di mulut dan telinga masyarakat, termasuk di pedalaman Aceh, bukanlah istilah baru di dunia kesehatan, terutama dalam Islam.

Sejarah Islam mencatat, praktek social distancing dalam mengatasi wabah ini diperkenalkan oleh Amr Bin Ash, lebih dari 1400 tahun yang lalu.  

Amru bin Ash bin Wa'il bin Hisyam yang hidup pada tahun 583-664 Masehi, adalah Sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ia merupakan tokoh Quraisy yang mahir dalam urusan politik, strategi berperang, dan dalam bernegosiasi.

Amru Bin Ash ditunjuk sebagai Gubernur Negeri Syam, persis ketika negeri itu dilanda wabah yang merenggut banyak nyawa manusia.

Kisah Amru Bin Ash dalam mengatasi wabah penyakit ini diceritakan secara runut oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta dalam sebuah video yang diposting ke media sosial.

Video berdurasi 4 menit 37 detik itu diposting kembali di akun Facebook milik Sekretaris Umum (Sekum) Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Gelora Indonesia Aceh, Mukminan RCL.

Dalam video tersebut, Anis Matta berkisah, Amru Bin Ash ditunjuk sebagai Gubernur Negeri Syam, persis ketika negeri itu dilanda wabah yang merenggut banyak nyawa manusia.

Dua gubernur sebelumnya, yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah dan Muadz Bin Jabal, meninggal dunia sebagai syahid wabah imwas.

“Angka kematian sudah terlalu besar, masyarakat mulai frustasi, tapi beliau harus bertahan di situ, dan tidak ada obat yang ditemukan pada saat itu,” kata Anis Matta.

Kondisi ini membuat Amr Bin Ash menghadapi pilihan-pilihan yang sangat sulit.

Tapi dengan kemampuan berpikir analitis dan kemampuan inovasi yang dimilikinya, Amr Bin Ash mencoba membaca pola penyebaran wabah saat itu.

Setelah melakukan pengkajian, Amru Bin Ash memerintahkan penduduk Syam untuk melakukan karantina mandiri dan menjaga jarak sosial (social distancing).

“Beliau akhirnya mengatakan, ‘penyakit ini kalau terjadi dia menyala membara seperti api. Maka berlindunglah kalian dari api itu dengan cara pergi ke gunung-gunung yang tinggi’,” kata Anis Matta mengutip kisah Amru Bin Ash.

“Berkat ijtihad itu kemudian menjadi sebab Allah Swt mengangkat wabah itu dari kaum muslimin,” lanjut Anis.

Quraish Shihab Ajak Patuhi Fatwa MUI, Samakan Zaman Sahabat Nabi: Ini Berkaitan dengan Kesehatan

Melihat Masjid Sahabat Nabi Saad Abi Waqqas di Guangzhou China, Ditutup karena Wabah Virus Corona

Mal di Aceh Atur Jarak Setiap Antrean

Pola Kehidupan

Anis Matta mengatakan, ijtihad dan inovasi yang dilakukan Sahabat Amru Bin Ash ini mengantarkan generasi selanjutnya kepada suatu fakta sejarah, bahwa ternyata wabah dan yang semacamnya, berhubungan dengan latar belakang pembentukan kehidupan perkotaan dalam sejarah umat manusia.

“Apa yang terjadi secara sangat fundamental ketika manusia berpindah dari kehidupan nomaden kepada kehidupan perkotaan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dalam kehidupan nomaden, manusia mengikuti sumber makanannya atau dikenal dengan istilah people follow food.

Tapi dalam kehidupan perkotaan, makanan mengikuti manusia yang dikenal dengan istilah food follow people.

“Itu memungkinkan kota menjadi tempat yang crowded.

Bukan hanya karena manusia dalam jumlah besar hidup secara berdekatan.

Tetapi sumber makannya dari hewan dan nabati juga harus didekatkan kepada tempat tinggalnya,” urai Anis Matta.

“Dan ini membawa kita kepada masalah lagi yang berhubungan dengan tata kota atau apa yang sekarang kita sebut dengan urban living,” lanjutnya.

Pada bagian akhir tausiyah itu, Anis Matta mengatakan, ijtihad dan inovasi Amru bin Ash, di tengah semua keterbatasannya dan kesulitan-kesulitannya membawa pesan besar bagi generasi selanjutnya.

“Bahwa hanya para inovator yang bisa menyelesaikan krisis dan terus bertahan, tumbuh di tengah semua kesulitannya,” pungkas Anis Matta.

Simak video selengkapnya di bawah ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved