Berita Bireuen
Kisah Pilu Marliah Penjual Jajanan yang Kehilangan Sekaligus Dua Pekerjaannya di Tengah Wabah Corona
Perempuan asal Bireuen ini menuturkan kepelikan hidupnya di saat wabah covid-19 menerpa di daerahnya bahkan seantero dunia.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Nur Nihayati
Perempuan asal Bireuen ini menuturkan kepelikan hidupnya di saat wabah covid-19 menerpa di daerahnya bahkan seantero dunia.
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM- Marliah adalah satu dari sekian warga yang kehilangan mata pencaharian di tengah wabah virus corona ini.
Perempuan asal Bireuen ini menuturkan kepelikan hidupnya di saat wabah covid-19 menerpa di daerahnya bahkan seantero dunia.
Dampak wabah virus corona semua pihak merasakan.
Mulai dari orang kaya, pengusaha, masyarakat biasa, buruh maupun beragam pekerjaan lainnya termasuk tenaga kebersihan di Bireuen.
"Dulu, sebelum muncul wabah corona, usai menyapu saya membantu jualan bakso.
Lalu, membantu jualan di pasar dengan teman, sekarang tidak ada lagi jualan bakso maupun jualan bersama teman," ujar seorang tenaga kebersihan Bireuen, Marliah Husen (54).
• Warga Gayo Lues Positif Corona, Ini Daftar Orang yang Berinteraksi dengan Pasien, Termasuk 2 Dokter
• Miris, Dalam Kondisi Terbaring Sakit Ibu Muda di Pidie Ini Rawat 3 Anak, Suami Telah Lama tak Pulang
• Sempat Nol Kasus Kematian, China Tiba-tiba Cantumkan 1.290 Kasus Kematian Akibat Corona, Ada Apa?
Marliah adalah warga Geulanggang Teungoh, Kota Juang Bireuen, Sabtu (18/04/2020) salah satu di antaranya menerima
bantuan dari organisasi sepeda Bireuen, Riek Bicah.
Sebagai tenaga kebersihan yang sudah bekerja 20 tahun lebih ia mendapatkan gaji Rp 1.650.000/bulan, setelah selesai menyapu ia membantu jualan bakso ada tambahan pendapatan minimal Rp 30.000/hari untuk kebutuhan hidup bersama seorang anaknya bernama Muhammad (22), sekarang hanya dari gaji saja tentunya bagian dampak langsung dari wabah virus corona.
"Banyak kawan kawan saya yang biasa jualan di sekolah-sekolah tidak jualan lagi karena sekolah libur dampak dari virus juga, ujarnya kepada Serambinews.com, Sabtu (18/4/2020).
Marliah mengaku sangat berterimakasih kepada pesepeda kelompok Riek Bicah Bireuen telah membantu mereka para petugas kebersihan apalagi dalam waktu dekat memasuki bulan puasa.
"Alhamdulillah, kami sangat bersyukur peroleh bantuan berupa beras, minyak goreng dan gula," ujarnya usai menerima bantuan yang diserahkan pengurus Riek Bicah yang diketuai H Zainal di pendopo Bupati Bireuen.
Bantuan dari Riek Bicah sebanyak untuk 160 paket untuk 160 petugas kebersihan Bireuen, setiap paket berisi beras 5 kilogram, gula pasir 2 kilogram dan minyak goreng 1 kilogram.
Nurmala (52) seorang janda warga Desa Geulanggang Baro, Kota Juang Bireuen sebelum wabah corona muncul, ia berjualan di SMAN 2 Bireuen bersama sejumlah kaum ibu lainnya, setiap hari mendapatkan penghasilan sekitar Rp 40.000-50.000/hari, namun sejak sekolah libur ia tidak mengetahui kemana berjualan untuk mencari kebutuhan dapur hidup bersama lima anaknya.
Beruntung tercatat dalam daftar PKH adalah untuk menutupi kebutuhan dapur walaupun seadanya.
Sejak tidak jualan, ia hanya duduk di rumah dan tentunya tidak ada pendapatan tambahan lagi.
“Ngak tahu kemana dan mau buat apa, sekolah tutup, jualan tidak ada lagi, kapan sekolah buka
ya,” tanyanya.
Ia duduk bingung memikirkan kebutuhan dapur apalagi menghadapi bulan puasa dalam waktu dekat bersama lima anaknya dan masih banyak Nurmala-nurmala lainnya yang berjualan di sekolah-sekolah bernasib serupa.
Data diperoleh Serambinews.com, jumlah sekolah SD di Bireuen 228 unit, Madrasah Ibtidaiyah (28) SMP (73), MTs (28), SMA (28), MA (13) dan SMK 13 unit, jumlah seluruhnya 410 unit tersebar mulai dari Samalanga sampai Gandapura, pinggir jalan negara, kecamatan maupun di desa-desa.
Setiap sekolah minimal tiga orang jualan jajanan untuk anak sekolah maka jumlahnya mencapai 1.230 orang umumnya ibu ibu tidak jualan lagi sejak sekolah libur karena dampak virus corona. Mereka rakyat kecil kehilangan pekerjaan dan juga kehilangan pendapatan dari jualan di sekolah, mereka merasakan dampak langsung wabah covid-19.
Mereka tentunya berharap kepedulian berbagai pihak untuk menutupi kebutuhan mereka, apalagi menghadapi puasa dalam waktu dekat.
Mereka menunggu wabah corona menjauh, sekolah aktif lagi dan mereka bisa berjualan lagi. (*)
