Dampak Virus Corona

Kisah Hidup Cici, PSK di Hongkong yang Terimbas Virus Corona, Ukur Suhu Pelanggan Sebelum ke Kamar

Cici, seorang ibu muda yang memiliki dua anak, telah menjadi pekerja seks komersial (PSK) di Hong Kong selama sekitar empat tahun.

Editor: Ansari Hasyim
independent.co.uk
ilustrasi PSK 

SERAMBINEWS.COM - Di tengah pandemi virus corona saat ini, membuat negara-negara mengambil kebijakan menghimbau penduduknya untuk tetap berada dirumah.

Kebjikan yang diambil sejumlah negara membuat dampak ekonomi terhadap para pekerja.

Hal ini di alami seorang perempuan berumur 30 tahun.

Cici, seorang ibu muda yang memiliki dua anak, telah menjadi pekerja seks komersial (PSK) di Hong Kong selama sekitar empat tahun.

Namun, kini dirinya harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup di salah satu kota termahal di dunia itu.

Sejak kasus pertama virus corona ditemukan di Hong Kong, pemerintah meminta penduduk untuk melakukan pembatasan sosial.

Pemerintah juga meminta penduduk untuk memperbanyak tinggal di rumah.

Setiba di Posko Covid-19 Aceh Utara, Perantau dari Bali dan Jakarta Dibawa ke Shelter

Larangan Mudik Mulai Berlaku 24 April 2020, Ini Sanksi bagi Warga yang Nekat Mudik

21 Pelanggar Syariat Terjaring Dalam Razia di Meulaboh

“Saya tidak pernah mengalami bisnis yang begitu buruk,” kata Cici seperti dilansir dari South China Morning Post, Selasa (21/4/2020).

Virus corona telah membuat penghasilan harian Cici menurun secara drastis.

"Sebelumnya, saya bisa mendapatkan HK $ 1.000 sehari (Rp 2 Juta), sekarang saya bahkan tidak punya satu pelanggan sehari pun," ungkap Cici.

Cici menceritakan bahwa dirinya begitu cemas saat ini, bukan hanya karena masalah uang, tetapi juga karena ia tahu bahwa dirinya berisiko tertular penyakit.

"Setiap pelanggan dapat terinfeksi dan saya selalu khawatir ... Saya tidak ingin menulari anak-anak saya," kata Cici.

Ia begitu menyadari bahwa pekerjaannya sangat berisiko tinggi terpapar virus corona, namun ia tak memiliki pilihan lain.

Sebagai upaya pencegahan, Cici mengubah cara kerjanya setelah wabah itu dimulai di Hong Kong.

"Saya akan mengukur suhu pelanggan saya sebelum memasuki kamar," katanya.

“Saya juga meminta mereka memakai masker dan mencuci tangan. Jika mereka menolak untuk memakai masker, saya akan menyuruh mereka pergi," ujarnya.

Ia selalu membersihkan kamarnya sebelum dan sesudah aktivitasnya itu.

Cici mengungkapkan bahwa ia mengalami ketakutan setiap pertemuannya dengan pelanggan.

"Saya juga tidak ingin pergi ke pusat karantina, karena saya akan semakin kehilangan penghasilan," kata penduduk asli Sichuan, China itu.

Namun terlepas dari semua tindakan pencegahan, Cici tahu dia mempertaruhkan nyawanya.

Seorang juru bicara untuk Zi Teng, sebuah kelompok bantuan untuk pekerja seks di Hong Kong, mengatakan bahwa sebagian besar pekerja seks telah melihat pendapatan mereka menurun sejak tahun lalu setelah demo protes anti-pemerintah terjadi pada bulan Juni.

Krisis virus corona telah memperburuk keadaan, karena banyak mengalami volatilitas pendapatan lebih lanjut dan kesulitan menemukan alat pelindung diri, seperti masker hand sanitizer.

“Beberapa dari mereka juga menghadapi kekerasan dari pelanggan. Banyak klien memakai masker dan akhirnya mencuri barang berharga atau menolak untuk membayar layanan,”kata juru bicara Zi Teng, Ann Lee.

Zi Teng memperkirakan ada lebih dari 100.000 pekerja seks di Hong Kong dan 90 persen di antaranya berasal dari Cina daratan dan sisanya sebagian besar berasal dari negara-negara Asia Tenggara serta Eropa Timur. (Serambinews.com/Agus Ramdhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved