Corona Serang Dunia

Dua Bulan Hilang Misterius, Jurnalis Wuhan Ini Tampil di Publik dan Ungkap Fakta Sebenarnya

Seperti diketahui, ia dulunya hilang setelah memosting video dari Wuhan selama wabah pandemi virus corona.

Editor: Mursal Ismail
tangkapan layar dari video youtube
Dua bulan hilang misterius, jurnalis Wuhan ini tampil di publik dan ungkap fakta sebenarnya 

Seperti diketahui, ia dulunya hilang setelah memosting video dari Wuhan selama wabah pandemi virus corona.

SERAMBINEWS.COM - Seorang jurnalis warga atau citizen journalis asal Cina yang hilang selama hampir dua bulan, kini muncul kembali di hadapan publik. 

Seperti diketahui, ia dulunya hilang setelah memosting video dari Wuhan selama wabah pandemi virus corona. 

Dirinya mengaku ditahan oleh polisi dan dikarantina secara paksa.

Melansir dari The Guardian, Kamis (23/4/2020) Li Zehua adalah satu dari tiga jurnalis Cina yang melaporkan kasus corona dari garis depan di Kota Wuhan.

Ia melaporkan selama beberapa minggu Kota Wuhan yang mengalami keterpurukan karena pandemi virus corona.

Berikut videonya.

Plt Bupati Bireuen Dinilai Lamban Salurkan Sembako untuk Masyarakat Imbas Covid-19

Wings Perpanjang Jadwal Terbang Tiga Kali Sepekan di Bandara Malikussaleh Aceh Utara

Raja Salman Izinkan Shalat Tarawih di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Dilakukan Terbatas

Li Zehua terakhir terlihat pada 26 Februari 2020 setelah memosting video di mana dia dikejar oleh sebuah mobil SUV berwarna putih. 

Ketika itu, saat ia melakukan siaran langsung selama berjam-jam yang berakhir ketika beberapa ‘pengintai’ memasuki apartemennya.

Dalam sebuah video yang diposting di YouTube, Weibo dan Twitter, Li mengatakan pada 26 Februari 2020, sebuah SUV putih menghentikan dirinya saat dia sedang mengemudi.

Ia mengungkapkan itu terjadi di distrik Wuchang, Kota Wuhan.

Beberapa orang yang berada di dalam mobil SUV putih itu berteriak meminta Li untuk menghentiakan kendaraannya.

Li panik dan kabur dari kejaran mobil SUV putih sambil ia merekam video dan diunggahnya pada hari itu juga.

Setelah kembali ke apartemennya, ia melihat polisi dan staf berseragam dengan APD mengetuk pintu-pintu tetangganya.

Li mematikan lampu dan duduk diam di depan komputernya selama berjam-jam sembari menunggu.

Tiga jam kemudian, ketukan pintu kamar Li terdengar.

Ada tiga pria memasuki apartemennya, mengidentifikasi diri mereka sebagai keamanan publik.

Li kemudian pergi bersama mereka ke kantor polisi setempat di mana dia diberi tahu bahwa dia sedang diselidiki atas tuduhan mengganggu ketertiban umum.

Polisi kemudian mengatakan mereka tidak akan menuntut Li, namun polisi mengatakan Li telah mengunjungi "daerah epidemi sensitif" dan dia perlu menjalani karantina.

Li kemudian harus menyerahkan perangkatnya seperti kamera dan komputer kepada seorang teman.

Ia menghabiskan waktu bulan Maretnya pusat karantina di Kota Wuhan dan kemudian dia juga harus menjalani karantina di kota kelahirannya di provinsi lain.

Li mengungkapkan dirinya diberi makan tiga kali sehari, diawasi oleh penjaga keamanan dan hanya menonton siaran tv pemerintah ‘CCTV’ setiap malam.

“Sepanjang waktu, polisi bertindak secara sipil dan legal, memastikan saya beristirahat dan makan. Mereka benar-benar peduli padaku,” katanya.

Li mengatakan dia dibebaskan pada 28 Maret 2020 dan telah menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Dia berharap mereka yang menderita selama pandemi ini cepat pulih.

"Semoga Tuhan memberkati China dan orang-orang di dunia bersatu,” ujarnya.

Dalam video yang diunggah Li, Nada bicaranya terdengar netral dan semangat, ini sangat berbeda dari video sebelumnya.

Li, yang telah bekerja untuk CCTV sebagai penyiar daerah, pergi ke Wuhan untuk melaporkan krisis setelah jurnalis dan aktivis warga lainnya Chen Qiushi menghilang.

Dalam videonya, ia melaporkan upaya komite lingkungan setempat untuk menutupi infeksi baru dan mewawancarai warga yang sakit.

Dia mengunjungi krematorium di mana seorang pekerja mengatakan orang dibayar lebih banyak untuk mengangkut mayat.

Pada saat itu Li berkata, “Saya tidak ingin diam, atau menutup mata dan telinga saya. Bukannya saya tidak bisa memiliki kehidupan yang menyenangkan, dengan istri dan anak-anak.

Saya bisa. Saya melakukan ini karena saya berharap lebih banyak anak muda dapat seperti saya, "

Namun, dalam menutup videonya pada hari Rabu (22/4/2020), Li mengutip satu baris dari teks Konfusianisme tentang tetap setia pada keyakinan seseorang.

“Hati manusia tidak dapat diprediksi, gelisah. Afinitasnya dengan apa yang benar itu kecil. Bersikap diskriminatif, berseragam agar Anda bisa berpegang teguh, ” pungkasnya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved