Talkshow Radio

Wabah Dalam Literatur Aceh

Di Aceh, virus wabah ini dulu disebutkan dengan nama Ta’eun, diantaranya wabah kolera atau orang Aceh sering mengatakan Taeuen Ija Brok (Abad 18 M)

Editor: Muhammad Hadi
Achyar Abdullah/Serambi FM
Kolektor Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid (Cekmidi) menjadi narasumber yang dipandu Vera Artega, penyiar radio Serambi FM 90.2 Mhz dalam Program Talkshow Bedah Kitab Indatu ini berlangsung setiap hari Sabtu pukul 10.00.- 11.00 WIB selama bulan Ramadhan 1441 H. Foto direkam, Sabtu (25/4/2020) 

Oleh Ir Tarmizi A Hamid (CekMidi) *)

Alhamdulillah, tidak terasa kita telah berjumpa kembali dengan syedara lon di Program Bedah Kitab Indatu Selama Ramadhan 1441 H di radio Serambi FM 90.2 Mhz setiap Sabtu mulai pukul 10.00-11.00 WIB.

Selama 9 Tahun absen dalam program ini, dengan izin Allah SWT pada Ramadhan ini dapat berjumpa kembali dengan suasana Ramadhan yang sangat berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun yang lalu. 

Dalam melaksanakan ibadah Ramadhan tahun ini, kita diharuskan mematuhi segala aturan dan peraturan dari unsur Pemerintah, para Ulama, dan pakar medis di Aceh.

Mengikuti protokoler tim penanganan Virus Corona (Covid-19) yang sedang melanda Dunia pada saat ini.

Ini adalah bencana wabah yang paling dahsyat, namun semua ini terjadi karena kehendak Allah SWT.

Semoga Wabah ini segera berakhir sehingga kita bisa hidup normal seperti biasa.

VIDEO - Bandara SIM Aceh Besar Sepi, Penerbangan Dihentikan Sampai 1 Juni 2020

Dalam waktu yang sangat singkat ini, mari kita sama-sama kita melihat ke belakang atas tragedi kemanusiaan ini pada masa-masa yang lalu yang pernah terjadi di Aceh.

Serta antisipasi yang bagaimana dikala leluhur Aceh dulu berbeda dengan era masa kini.

Dimana Aceh dulu, orang Aceh tidak memiliki teknologi kesehatan yang mumpuni dibandingkan dengan sekarang ini.

Di Aceh, virus wabah ini dulu disebutkan dengan nama Ta’eun, diantaranya wabah kolera atau orang Aceh sering mengatakan Taeuen Ija Brok (Abad 18 M akhir). 

Kemudian pada pertengahan abad ke 19 M berubah sebutan dengan Taeuen Wabah Sampoh, wabah ini sendiri dibawa oleh marsose Belanda ke Aceh,

Wabah Kolera (Taeuen Ija Brok) akhir Abad 18, Taeuen Wabah Sampoh, dengan wabah inilah jatuh korban jiwa orang Aceh dan serdadu Belanda sendiri.

Seluruh Nusantara pada zaman dulu terkena dengan penyakit ini.

Termasuk Aceh yang dialami pada daerah daerah yang kotor dan kurangnya air bersih dan daerah yang banyak dihuni oleh serdadu Belanda.

Tangan Dokter yang Mengoperasi Kim Jong Un Gemetar & Gugup Hingga Membuatnya Koma, Ini Kronologinya

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved