Luar Negeri
Yaman Terpecah Belah, Separatis Selatan Merdekakan Diri
Yaman, negeri termiskin di Timur Tengah, ditambah dengan krisis kemanusiaan terburuk di Dunia, tercerai-berai
Pakta Riyadh dengan cepat menjadi tidak berfungsi, gagal memenuhi tenggat waktu untuk langkah-langkah utama.
Termasuk pembentukan kabinet baru dengan perwakilan yang sama untuk orang selatan, dan reorganisasi kekuatan militer.
• Banjir Terjang Aden, Bencana di Yaman Makin Parah
• Yaman Umumkan Kasus Virus Corona Pertama Sehari Setelah Gencatan Senjata
• Hebatnya Cara Yaman Menangkal Pandemi Corona
STC mengumumkan mereka mendeklarasikan "pemerintahan sendiri di selatan mulai tengah malam pada 25 April 2020.
"Komite pemerintahan sendiri akan memulai pekerjaannya sesuai dengan daftar tugas yang diberikan oleh dewan kepresidenan," katanya.
Penduduk Aden melaporkan pengerahan besar pasukan STC di kota itu.
Anggota separatis mengatakan kepada AFP telah mendirikan pos pemeriksaan di semua fasilitas pemerintah, termasuk bank sentral dan pelabuhan Aden.
Kendaraan militer melaju melalui kota dengan bendera STC terbang tinggi.
Tetapi, beberapa kota lain di selatan tidak mengakui seruan memerintah sendiri dan akan tetap bersekutu dengan pemerintah pusat.
Menteri Luar Negeri Yaman, Mohammad al-Hadhrami mengatakan langkah STC kelanjutan dari pemberontakan bersenjata Agustus lalu dan deklarasi penolakan perjanjian Riyadh.
Puluhan ribu warga sipil telah tewas selama lima tahun terakhir dalam perang antara tentara pemerintah dan pemberontak H0uthi.
Awal bulan ini, Yaman melaporkan kasus pertama virus Coronadi Hadramawt, provinsi yang dikendalikan pemerintah selatan, menimbulkan kekhawatiran akan wabah.
Masalah negara lainnya, 21 orang tewas akibat banjir bandang bulan ini, dengan jalan-jalan Aden terendam dan rumah-rumah hancur.
UEA, seperti halnya STC, memiliki kebijakan nol toleransi terhadap Ikhwanul Muslimin dan partai Al-Islah yang dipengaruhi Ikhwanul Yaman, yang memiliki perwakilan dalam pemerintahan yang diakui secara internasional.
Agustus lalu, bentrokan mematikan meletus antara pemerintah dan pasukan STC yang merebut kendali Aden.
Sekaligus menggulingkan pasukan serikat yang telah mendirikan pangkalan di sana ketika Presiden Abedrabbo Mansour Hadi melarikan diri dari ibukota yang dikuasai Houthi, Sanaa pada Februari 2015.