Update Corona di Indonesia
Media Asing Sorot Angka Kematian Akibat Covid-19 di Indonesia Capai Lebih dari 2.200 Orang
Tiga ahli medis mengatakan angka-angka tersebut mengindikasikan jumlah korban jiwa secara nasional kemungkinan akan jauh lebih tinggi daripada angka
SERAMBINEWS.COM - Angka kematian pasien covid-19 di Indonesia menjadi sorotan media Intenasional seperti Reuters.
Dalam laporan Reuters, lebih dari 2.200 orang Indonesia meninggal dengan gejala akut COVID-19.
Sementara, pemerintah Indonesia melaporkan hingga Senin (27/4/2020) sebanyak 765 korban meninggal.
Reuters melaporkan angka tersebut tidak dicatat sebagai korban dari virus corona.
Melansir dari Reuters, Selasa (28/4/2020), data itu ditinjauan dari 16 provinsi dari keseluruhan provinsi di Indoneisa.
Tiga ahli medis mengatakan angka-angka tersebut mengindikasikan jumlah korban jiwa secara nasional kemungkinan akan jauh lebih tinggi daripada angka resmi 765 yang diumumkan pemerintah.
Indonesia memiliki salah satu tingkat pengujian covid-19 terendah di dunia.
Beberapa ahli epidemiologi mengatakan bahwa kondisi ini dapat mempersulit mengenai gambaran akurat tentang tingkat infeksi di negara terpadat keempat di dunia.
Data terbaru dari 16 provinsi menunjukkan ada 2.212 kematian pasien di bawah pengawasan karena mereka memiliki gejala virus corona akut.
• Potret Lucu, Bayi Gorila Gunung di Rwanda Terlahir Dengan Rambut Keriting yang Menggemaskan
• Viral, Kakek Ini Menangis dan Menjumpai Petugas, Ini Alasannya
• Kemenkumham Aceh Tuntaskan Program Asimilasi, 1.130 Napi Sudah Dilepas di Tengah Pandemi Covid-19
Kementerian kesehatan Indonesia menggunakan penamaan ‘PDP’ untuk mengklasifikasikan pasien-pasien ketika tidak ada penjelasan klinis lain untuk gejalanya.
Data dikumpulkan oleh lembaga di tingkat provinsi setiap hari atau setiap minggu dari angka yang di input oleh rumah sakit, klinik dan pejabat yang mengawasi pemakaman.
Data Itu diperoleh oleh Reuters dengan memeriksa situs web, berbicara dengan pejabat provinsi dan meninjau laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Angka 2.212 kematian adalah tambahan dari kematian 693 orang yang dites positif COVID-19 di provinsi-provinsi tersebut dan secara resmi dicatat sebagai korban virus corona.
Ke 16 provinsi tersebut mencakup lebih dari tiga perempat dari 260 juta penduduk Indonesia.
Anggota Senior Gugus Tugas COVID-19 pemerintah, Wiku Adisasmito, tidak membantah temuan Reuters tetapi menolak mengomentari jumlah korban virus corona yang ia yakini dapat ditemukan di antara pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP.
Dia mengatakan banyak dari 19.897 orang yang diduga penderita virus corona di Indonesia belum diuji karena antrean panjang spesimen yang menunggu diproses di laboratorium yang kekurangan staf.
Beberapa orang telah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis, katanya.
“Jika mereka memiliki ribuan atau ratusan sampel yang perlu mereka uji, mana yang akan mereka prioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas kepada orang-orang yang masih hidup, ”katanya kepada Reuters.
Adisasmito adalah pakar kesehatan masyarakat paling senior di Gugus Tugas COVID-19 Indonesia dan Biro Pers Presiden Joko Widodo.
Menurut pedoman COVID-19 terbaru dari Kementerian Kesehatan, pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP adalah mereka yang menderita penyakit pernapasan akut yang tidak ada penjelasan klinis selain virus corona.
“Saya percaya sebagian besar kematian PDP disebabkan oleh COVID-19,” kata Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.
Beberapa anggota senior pemerintah pernah menganggap wabah virus corona tidak berbahaya pada bulan Januari dan Februari.
Mereka malah menyarankan orang-orang untuk doa, pengobatan herbal dan kondisi cuaca panas akan membantu menangkal virus.
Jumlah korban tewas sekarang adalah yang tertinggi di Asia setelah China, menurut penghitungan Reuters.
Data Reuters mengatakan bahwa penguburan jenazah di DKI Jakarta pada Maret 2020 naik 40% setiap bulan.
Gubernur provinsi itu mengatakan kepada Reuters bahwa virus corona adalah satu-satunya penjelasan yang mungkin.
Indonesia telah melakukan 210 tes per satu juta orang.
Berbeda dengan tetangganya, Australia yang telah menguji 100 kali lebih banyak per satu juta orang, sementara Vietnam sekitar 10 kali lebih tinggi.
“Tingkat infeksi dan kematian sebenarnya lebih tinggi daripada data yang dilaporkan secara resmi oleh pemerintah. Hal itu karena tes kami masih sangat rendah dibandingkan dengan populasi,” kata Dr Iwan Ariawan, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah dituduh oleh para aktivis dan penentang politiknya karena kurangnya transparansi dalam menangani epidemi.
Pemerintah mengatakan telah mengambil langkah-langkah yang tepat, tetapi Jokowi mengatakan bulan lalu bahwa beberapa informasi telah dirahasiakan dari publik untuk mencegah kepanikan.
Jokowi mengatakan pekan lalu bahwa dia telah memberi tahu menterinya untuk melaporkan data COVID-19 dengan jujur.
Pemerintahnya mengumumkan inisiatif transparansi baru dua minggu lalu, tetapi situs web baru yang dijanjikan dengan semua data belum diluncurkan.
Daeng Faqih, ketua Asosiasi Dokter Indonesia, pengelompokan dokter terkemuka di negara itu, telah mendesak pemerintah untuk mengungkap jumlah nasional yang diduga pasien COVID-19 yang telah meninggal tetapi tidak diuji.
Kantor perwakilan WHO di Indonesia juga mengatakan pada akhir pekan bahwa kematian pasien pengidap virus corona harus diungkapkan.
Adisasmito mengatakan pemerintah tidak menyembunyikan data dan bahwa dia tidak mengetahui bahwa WHO telah menyerukan dugaan statistik kematian COVID-19 untuk dipublikasikan. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)