Luar Negeri
Suram dan Semakin Parah: AS Menghadapi Lonjakan Pengangguran
Di AS, pengangguran yang meroket sebagai pertanda kehancuran yang paling terlihat, dimana hampir dalam semalam, setidaknya 30 juta pekerja kehilangan
SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Seperti tsunami global, pandemi virus Corona telah menyebabkan banyak nyawa melayang dan mengambil banyak korban ekonomi.
Di AS, pengangguran meroket sebagai pertanda kehancuran yang paling terlihat, dimana hampir dalam semalam, setidaknya 30 juta pekerja kehilangan pekerjaan.
Laporan ketenagakerjaan AS, April 2020, yang dijadwalkan keluar pada Jumat (8/5), akan memperlihatkan tingkat pengangguran melonjak menjadi dua digit.
Mungkin setinggi 20 persen, jauh melampaui yang terburuk dari krisis keuangan global dan mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak Depresi Hebat abad lalu.
Pemerintah AS dan bank sentral bekerja dengan kecepatan menakjubkan untuk menyalurkan bantuan dan pembiayaan kepada para pekerja dan bisnis untuk mencoba mencegah keruntuhan ekonomi total.
Tetapi ada kekhawatiran yang berkembang bahwa penghentian sementara yang diberlakukan untuk menahan penyebaran virus akan menjadi permanen untuk banyak perusahaan.
Virus corona telah menginfeksi hampir 1,2 juta orang di Amerika Serikat dan menewaskan sekitar 70.000, menurut hitungan dari Universitas Johns Hopkins.
• Tawon ‘Pembunuh’ dari Asia Ancam Washington
• Dampak Ekonomi Pandemi Covid-19
• 5 Saran Bill Gates untuk Akhiri Wabah Virus Corona, Vaksin Hingga Membuka Kembali Perekonomian
Analis juga khawatir beberapa kerusakan ekonomi mungkin permanen.
"Kami naik lift, tetapi kami harus naik tangga kembali," kata Tom Barkin Presiden Federal Reserve Bank of Richmond dalam sebuah pidato baru-baru ini.
Meskipun bantuan keuangan sebesar 3 triliun dolar AS atau sekitar Rp 45.119.134.997.085.300 (Rp 45 ribu triliun lebih) yang disetujui Kongres pada Maret 2020 belum mampu menutup kerugian para pekerja dan industri.

Ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar 4,8 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini, periode yang hanya mencakup beberapa minggu dari penutupan bisnis yang ketat.
Pada kuartal kedua ekonomi bisa anjlok dua kali lipat lagi dari jumlah itu.
Dilansir AFP, Rabu (6/5/2020) Data di pasar kerja menjadi sangat buruk begitu cepat, sehingga tidak ada perbandingan.
Ahli statistik di Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) Departemen Tenaga Kerja, yang menghasilkan laporan pengangguran bulanan, menggunakan bencana alam sebagai titik rujukan.
"Yang paling dekat yang kami miliki ada dalam buku pedoman, tetapi sudah berubah jadi badai,” kata Komisaris Associate BLS, Julie Hatch Maxfield kepada AFP.