Berita Aceh Singkil
Tiang Penyangga Balai Nelayan Pulau Balai Tiba-tiba Terlepas dan Terhempas, Ini Penyebabnya
Balai nelayan tersebut memang terletak di pinggir laut sehingga dengan leluasa terkena tiupan angin kencang, sehingga tiang penyangganya terlepas.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Saifullah
Laporan: Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Hujan deras disertai angin kencang melanda kawasan Aceh Singkil pada Kamis (7/5/2020). Jika di daratan hujan berbarengan angin kencang itu yang menyebabkan daun pohon beterbangan, maka di lautan fenomena alam yang disebut juga badai itu memicu terjadinya gelombang tinggi.
Dampak gelombang tinggi ini cukup terasa bagi nelayan yang terpaksa putar haluan kembali ke daratan jika tidak ingin terkena musibah. Bukan cuma itu, kencangnya tiupan angin juga menyebabkan balai nelayan di Dusun Mata Air, Desa Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil pada Kamis (7/5/2020), tiba-tiba copot tiang penyangganya hingga terhempas dari beton tumpuannya dan rusak.
Balai nelayan tersebut memang terletak di pinggir laut sehingga dengan leluasa terkena tiupan angin kencang, sehingga tiang penyangganya terlepas. Kondisi itu menyebabkan hempasan ombak saat pasang langsung mengenai bangunan.
Selain balai nelayan, hujan angin yang oleh warga setempat disebut badai juga merusak gudang semen di dekat jembatan Pulau Balai-Teluk Nibung.
Kepala Desa Pulau Balai, Sudirman mengatakan, peristiwa itu tidak menyebabkan korban jiwa. "Namun angin kencang itu merusak satu unit balai nelayan dan gudang semen," kata Sudirman kepada Serambinews.com.
• Cek Prediksi Cuaca di Sebagian Aceh Hingga Hari ke-17 Ramadhan
• Bongkahan Batu di Jalan Kawasan Gle Judah Lhoknga Sudah Dibersihkan, Arus Lalin Kembali Normal
• Dugaan Pelanggaran HAM, Pemerintah Diminta Selidiki 3 Perusahaan Perekrut ABK WNI untuk Kapal China
Kecuali itu, papar Sudirman, badai juga memicu terjadinya ombak besar. Praktis, keadaan ini membuat nelayan tidak bisa melaut sepanjang siang, sebelum kemudian libur menjelang malam Jumat. Nelayan yang telah terlanjur pergi melaut dengan terpaksa harus putar haluan segera menuju daratan.
Kondisi serupa juga terjadi dengan transportasi boat rute Singkil-Pulau Banyak dan sebaliknya yang tidak bisa berlayar karena gelombang tinggi. Sejauh ini, hujan angin atau disebut juga bada itu tidak menyebabkan kerusakan bangunan.
Cuaca buruk ditandai dengan awan hitam sudah menggelayut di langit Aceh Singkil, sejak Kamis pagi. Tak berapa lama kemudian, tiupan angin kencang pun melanda. Puncaknya terjadi lewat tengah hari di mana hujan disertai angin kencang terjadi berbarengan.
Akhir-akhir ini, wilayah Aceh Singkil memang kerap diterpa hujan angin dan gelombang tinggi. Warga menyebutnya dengan istilah musim angin barat. "Di laut, alunnya besar kali," kata Jamadan, nelayan Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara yang mengaku berangkat ke laut selepas subuh.(*)