Mengenang Tertembaknya HT Djohan
Irwan Djohan Sempat tak Percaya Ayahnya Ditembak Usai Shalat Magrib di Masjid Raya Baiturrahman
Penembakan mantan Wakil Gubernur Aceh, HT Djohan itu terjadi pada 10 Mei 2001 oleh orang tak dikenal seusai shalat magrib di Masjid Raya Baiturrahman.
Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sudah 19 tahun peristiwa berdarah itu berlalu. Catatan kelam itu berupa penembakan mantan wakil gubernur Aceh, HT Djohan pada 10 Mei 2001 oleh orang tak dikenal seusai shalat magrib berjamaah di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Anak almarhum, T Irwan Djohan yang diwawancarai secara khusus oleh Serambinews.com, Minggu (10/5/2020) menceritakan bagaimana reaksi keluarga saat mendengar musibah yang menimpa ayahnya.
Irwan Djohan yang sekarang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), mengatakan bahwa saat kejadian penembakan itu terjadi, dirinya bersama istri dan adiknya berada di Jakarta.
"Saat itu pada tanggal 10 Mei 2001, saya masih berusia 29 tahun, saya sudah 4 tahun menikah dan saya bersama istri tinggal di Jakarta," katanya saat memulai percakapan.
Ia mengisahkan pada Kamis pagi, 10 Mei 2001, dirinya masih bertemu dengan ayahnya yang kebetulan sedang ada tugas di Jakarta.
"Sudah beberapa hari di Jakarta dan persis pada tanggal 10 Mei 2001 itu beliau pulang ke Banda Aceh," ujarnya.
"Saya sempat mengantar beliau ke pintu depan rumah di Jakarta setelah shalat subuh. Karena beliau akan berangkat ke Bandara Soekarno Hatta untuk pulang ke Banda Aceh," lanjut dia.
Irwan tak menyangka bahwa itu menjadi pertemuan terakhir antara anak dan ayahnya, HT Djohan.
Setelah itu, HT Djohan terbang ke Aceh, yang kala itu sedang bergejolak karena konflik antara pemerintah RI dan GAM.
"Setelah beliau sampai di Banda Aceh, terjadilah peristiwa penembakan saat beliau pulang dari shalat magrib berjamaah di Masjid Raya. Beliau pulang jalan kaki ke rumah yang hanya berjarak 50 meter dari masjid," ungkap Irwan.
Ketika tidak bertugas di luar kota, kata Irwan, HT Djohan selalu menyempatkan diri untuk shalat berjamaah di Masjid Raya Baiturrahman. Yang tidak pernah tinggal shalat berjamaah di Masjid Raya adalah shalat magrib dan subuh.
"Setelah penembakan itu, saya mendapatkan informasi pertama kali dari teman saya di Banda Aceh dan saat kejadian penembakan itu teman saya menelpon saya di Jakarta untuk memberitahukan tentang musibah tersebut," sebut dia.
Di ujung telepon, Irwan tidak percaya dengan kejadian penembakan tersebut. Apalagi ia baru bertemu ayahnya pagi tadi saat ayahnya hendak pulang ke Banda Aceh.
"Begitu mendapat kabar tersebut, saya antara percaya dan tidak, kemudian saya menyampaikan kepada istri dan adik saya yang ada di Jakarta, tentu kami semua sangat shock, terkejut dan sedih sekali mendapat kabar bahwa ayah sudah meninggal karena tertembak," kata Irwan.