Hikmah Ramadhan

Puasa sebagai Psikoterapi Masa Pandemi Covid-19

“Apabila seseorang tidak mampu menyeimbangkan aspek fisik, psikis, dan sosial akan mengakibatkan munculnya gangguan mental.”

Editor: Nasir Nurdin
For Serambinews.com
Karjuniwati, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry, Pengurus Ikatan Psikolog Klinis Aceh, Pengurus Inspirasi Keluarga Anti Narkoba (IKAN). 

“Apabila seseorang tidak mampu menyeimbangkan aspek fisik, psikis, dan sosial akan mengakibatkan munculnya gangguan mental.”

SERAMBINEWS.COM – Sehat mental merupakan hal penting saat ini bagi setiap orang, apalagi di tengah pandemi covid 19. Menjaga mental agar tetap sehat sangat perlu dilakukan. Di tengah pandemi corona, banyak kita melihat dan mendengar baik di media elektronik maupun media cetak bahwa kesehatan mental seseorang terganggu karena tertekan oleh situasi pandemi.

Sebagian besar masyarakat merasakan kecemasan dengan penyebaran virus tersebut. Semua tidak dapat menghindari bahwa penyebaran virus itu sangat cepat dan tidak diketahui bagaimana sumbernya. Sehingga membuat warga was-was dan khawatir tertular.

Selain itu, berada dalam kondisi ketidakpastian kapan akan berakhir virus  corona menjadi kekhawatiran pada setiap orang. Belum lagi terjadinya perubahan perilaku masyarakat dari sebelumnya memiliki mobilitas tinggi seperti pergi bekerja, sekolah, kuliah, rapat serta nongkrong bersama teman-teman atau keluarga.

Namun sekarang harus melakukan semua aktivitas tersebut dari rumah, bekerja dari rumah, dan belajar dari rumah. Selain itu, beberapa orang harus belajar menggunakan berbagai aplikasi untuk dapat mudah berinteraksi dan berkomunikasi dalam bekerja, belajar, dan sebagainya. Tentu hal ini tidak mudah untuk dilakukan secara tiba-tiba, sehingga sering muncul tekanan psikologis, seperti stres.

Nah, apakah cemas dan takut menghadapi pandemi ini dianggap wajar? Di sini, perlu dipahami bahwa saat situasi mengancam seseorang dan responnya adalah takut atau cemas maka hal itu masih dikatakan normal atau wajar. Karena pada dasarnya otak manusia terprogram untuk menghindari ancaman, termasuk penyakit, sehingga menjadi cemas adalah respons otak untuk membantu tubuh menghindari ancaman penyakit tersebut.

39.048 Kasus Corona di Arab Saudi, 246 Angka Kematian

Saudi Berubah Haluan, Dari Pemimpin Bombardir Yaman, Jadi Pemimpin Bantuan Kemanusiaan ke Yaman

Ketika seseorang merasa cemas, ada upaya dari dirinya untuk mencegah tidak terjadi penularan, misalnya memakai masker, sesering mungkin mencuci tangan dengan sabun, melakukan physical dan social distancing. Artinya, dengan kecemasan yang dialaminya membuat seseorang untuk menjaga pola hidup lebih baik dan mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sedangkan rasa cemas menjadi tidak wajar atau normal adalah saat cemas yang dialaminya menjadi berlebihan, sehingga dapat mengganggu aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-harinya. Cemas yang berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan dalam pikiran, perasaan dan perilakunya, pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental seseorang.

VIDEO - Pemerintah Aceh Salurkan Bantuan Masa Panik Untuk Korban Banjir Pidie Jaya

VIDEO - Tak Terima Ditegur Karena Tak Pakai Masker, Seorang Pria Mengamuk Pukul Petugas

Kesehatan mental merupakan kondisi psikologis di mana individu menyadari kemampuannya, mampu menghadapi stres, dan menyelesaikan dengan cara positif. Mampu bekerja produktif, efisien, dan siap memberikan kontribusi terhadap komunitas apa pun.

Apabila seseorang tidak mampu menyeimbangkan aspek fisik, psikis, dan sosial akan mengakibatkan munculnya gangguan mental.

Gangguan mental yang kerap terjadi pada masa pandemi corona adalah timbulnya gangguan obsesif compulsif, yaitu terjadinya perilaku berulang-ulang, karena adanya pikiran yang tidak masuk akal dan ketakutan. Misalnya, mencuci tangan berkali-kali, meskipun tangannya sudah bersih.

Gangguan psikosomatis yaitu terjadinya penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh. Pikiran memengaruhi tubuh sehingga muncul penyakit, seperti jantung berdebar-debar, sesak nafas, sakit mag, migren dan sebagainya.

Gangguan depresi, gangguan ini menyebabkan seseorang tidak berdaya, kehilangan minat, dan tidak bersemangat dalam beraktivitas karena merasa tertekan.

Lepas Saat Banjir, Puluhan Pelat Mobil Diamankan di Polsek Baiturrahman, Ini Rincian Nomor Pelatnya

Cara Memiliki Kurma yang Berkualitas & Simak, Manfaatnya Bagi Kesehatan

Bagi umat Islam, tentunya dengan kehadiran Ramadhan merupakan hal yang ditunggu-tunggu. Sebab setiap amalan akan Allah lipatgandakan. Keberadaan Ramadhan menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri, bertaubat, dan meningkatkan ketakwaan pada Allah.

Ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan membuat pikiran manusia menjadi lebih tenang. Meskipun Ramadhan tahun ini terasa berbeda dengan sebelumnya. Di mana kita menyambutnya dengan penuh suka cita. Namun Ramadhan 1441 H yang dijalani tidak sebebas tahun lalu, karena harus psychical dan social distancing. 

Menurut WHO, sehat adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap. Dengan berpuasa maka dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Secara biologis, ketika tubuh merasa lapar dalam jangka waktu pendek, sebenarnya tubuh melepaskan zat kimia yang dapat melindungi otak dari pikiran negatif.

Bagi seseorang yang mengalami permasalahan secara mental, dapat ditangani dengan cara memberikan psikoterapi.

Psikoterapi berasal dari kata psiko yaitu jiwa, dan terapi yaitu penyembuhan. Jadi psikoterapi adalah penyembuhan jiwa/mental.

Menurut American Psychological Association (APA) Psikoterapi adalah suatu pengobatan kolaboratif berdasarkan pada hubungan antara individu dan psikolog, yaitu orang yang membutuhkan bantuan dari orang yang profesional. Di sini, klien dan psikolog bekerja sama untuk mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan pola perilaku yang menjaga klien dari perasaan baik.

Dana Covid-19 Diselewengkan, Masyarakat Bisa Lapor KPK. Aplikasinya Ada di Play Store dan App Store

Hari Ini 19 Tahun Lalu, HT Djohan Ditembak, Misteri di Balik Wawancara yang Tertunda

Dalam konteks Islam, tentunya ada bentuk pengobatan yang dikenal dengan psikoterapi Islam. Psikoterapi Islam adalah teknik pencegahan dan pengobatan gangguan kejiwaan yang berasal dari permasalahan kehidupan manusia dengan menggunakan kombinasi pendekatan keagamaan dan pendekatan psikologi dalam perspektif Islam. Metode tersebut dapat diterapkan sendiri atau dibantu oleh psikoterapis.

Dalam penerapan psikoterapi islami, ada beberapa bentuk metode, yaitu psikoterapi melalui iman, psikoterapi melalui ibadah, dan psikoterapi melalui ruqyah. Dalam bulan Ramadhan ini, puasa merupakan salah satu psikoterapi melalui ibadah.

Puasa adalah bentuk ibadah berupa menahan sesuatu yang bersifat materi, seperti makan, minum, dan aktivitas seksual. Serta menahan sesuatu yang bersifat nonmateri seperti pikiran, perkataan, dan perbuatan tercela.

Puasa Ramadhan yang dilakukan dengan penuh penghayatan akan menyebarkan getaran kebaikan, kejujuran, kedamaian, dan kenyamanan kepada siapa saja yang berada di sekitarnya.

Ibadah puasa memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia secara fisik, psikologis, dan sosial. Puasa yang dilakukan selama satu bulan sangat membantu seseorang sembuh dari permasalahan mentalnya.

Puasa Ramadhan berfungsi untuk:

1) mengendalikan diri; puasa dapat mengontrol dari perbuatan yang tidak terpuji. Puasa juga dapat menjaga ruh, hati, dan tubuh dari segala macam penyakit. Dengan berpuasa kita bisa mengontrol diri dari emosi negatif seperti sedih dan khawatir. 

2) melatih diri untuk bersabar dan ikhlas. Puasa melatih diri untuk mampu menghindari dan bertahan dari perasaan berkeluh kesah terhadap cobaan dan kesulitan yang dialami. Sehingga mampu menghadapi dan menerima ujian, menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa.

3) menumbuhkan rasa simpati dan empati. Dengan berpuasa dapat merasakan orang-orang yang selama ini sulit memenuhi kebutuhan hidupnya untuk makan, atau para fakir miskin yang hidupnya penuh kekurangan, seperti yang terjadi pada masa pandemi ini, menjadikan semangat muslim untuk berbagi dan saling tolong menolong.

4) mengurangi gejala depresi dan cemas. Saat berpuasa terjadi pelepasan hormon endorfin, yaitu hormon yang memicu perasaan positif dan mengurangi rasa sakit, sehingga seseorang yang memiliki rasa cemas dan depresi akan menurun tingkatannya. Puasa juga dapat melepaskan diri dari perasaan bersalah dan dosa sehingga mendapatkan ketenangan dalam jiwanya.

5) meningkatkan kualitas tidur. Saat berpuasa ada peningkatan kualitas tidur pada seseorang, dengan kualitas tidur yang baik dapat meningkatkan mood positif. 

6) meningkatkan semangat. Dengan berpuasa kadar glukosa dalam tubuh menjadi teratur sehingga dapat mengurangi perasaan lemas dan meningkatkan semangat dan membantu untuk fokus dalam mengerjakan suatu hal. Selain itu, selama Ramadhan ada dorongan untuk meningkatkan amal ibadah seperti tadarus, bersedekah, dan berbuat baik pada orang lain. (*)

Referensi Artikel Ini:

Kurniawan, Y., (2020, April). Cemas di masa pandemi wajarkah? Buletin KPIN. Vol.6 No. 07. Diakses dari http://buletin.k-pin.org/ index.php/arsip-artikel/591- cemas-di-masa-pandemi-wajarkah

Reza, I.F. (2017). Teori dan Praktik Psikoterapi Islami. Palembang: Noer Fikri Offset

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved