Viral Medsos

Sempat Viral dan Dianggap Lelucon, Kini Masker Bra Berenda Terjual Laris di Jepang

Masker empuk mirip cup bra ini langsung terjual habis di Jepang setelah seminggu diluncurkan. lalu, berapakah kisaran harganya?

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Safriadi Syahbuddin
Twitter Atsumi Fashion
Masker bra renda atau Lace Bra Mask. Masker ini pun dirancang agar terlihat mencolok seperti cup bra, lengkap dengan embel-embel berenda. 

SERAMBINEWS.COM – Masker dari bra sempat viral dan dianggap sebagai lelucon di media sosial.

Namun tampaknya Jepang menganggap serius ide tersebut dan menjadikannya kenyataan.

Adalah perusahaan pakaian dalam dari Jepang, Atsumi Fashion.

Perusahaan ini memutuskan untuk mengubah fiksi menjadi kenyataan dan menghasilkan masker wajah yang dapat digunakan kembali.

Atsumi Fashion baru saja Memperkenalkan masker bra renda yang diberi nama Lace Bra Mask.

Masker ini pun dirancang agar terlihat mencolok seperti cup bra, lengkap dengan embel-embel berenda.

Masker ini diproduksi dengan berbagai warna pastel.
Masker ini diproduksi dengan berbagai warna pastel. (Twitter Atsumi Fashion)

Dilempar dari Lantai 4, Bayi yang masih Bertali Pusat Ditemukan Selamat dan Sehat

Menurut SoraNews24, masker wajah ini langsung terjual habis di Jepang setelah seminggu diluncurkan.

Pihaknya pun memproduksi dengan berbagai warna pastel yang sangat bagus.

Bukan hanya itu saja, masker itu juga terlihat sangat empuk selayaknya bra.

The Lace Bra Mask mampu melindungi sebagian wajah hingga mencapai dagu.

Masker 'Lace Bra Mask' yang diproduksi Atsumi Fashion
Masker 'Lace Bra Mask' yang diproduksi Atsumi Fashion (Twitter Atsumi Fashion)

Dilansir dari Soranews24, masker bra ini dibanderol dengan harga 1,490 Yen atau Rp 215 ribu dan terdiri atas warna putih, pink, aqua blue, lime dan hitam.

Perusahaan ini pun berjanji agar meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan negara untuk masker penutup wajah berenda.

Fakta Baru Siswi Bunuh Bocah di Sawah Besar, Ternyata Korban Pelecehan Seksual, Kini Hamil 3,5 Bulan

Perusahaan pakaian dalam ini menerapkan keahlian itu untuk membuat masker dari bahan bra, termasuk masker berenda ini.

Bahkan sebelum keadaan darurat diumumkan di Jepang, kekhawatiran akan virus corona memicu peralihan masker.

Dimana dulunya merupakan barang pokok di mana-mana yang selalu tersedia di toko-toko obat Jepang, sekarang, hampir sulit menemukan masker-masker tersebut.

Jadi, untuk membantu mengurangi kekurangan tersebut, banyak perusahaan yang biasanya tidak terlibat dalam produksi masker telah memasuki bidang tersebut, yang di antaranya adalah Atsumi Fashion, yang berbasis di kota Himi, Prefektur Toyama.

Lace Bra Mask dianggap sebagai lelucon, tetapi dengan cepat disambut dengan respons hangat di media sosial Jepang.

Maskernya terjual habis  di toko online Atsumi Fashion, Lingerie Lab, dan melalui etalase di laman pasar online.

Tanah Dihargai Rp 200 Ribu/Meter, Warga Suak Puntong Tolak Hasil Taksiran KJPP

Namun, perusahaan telah mengumumkan bahwa sejumlah masker bra baru sedang dalam pengerjaan, karena kekurangan masker di Jepang dan kecintaan pada pakaian dalam tampaknya akan terus berlanjut untuk beberapa waktu.

Efektivitas Masker Kain Cegah Covid-19

Masker kain menjadi pilihan sebagian masyarakat di tengah kelangkaan masker bedah dalam upaya melindungi diri dari virus corona jenis baru Covid-19.

Dokter sekaligus Kepala Departemen Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Dr dr Bambang Udji Djoko Rianto SpTHT (K) MKes, mengatakan penggunaan masker kain kurang efektif dalam mencegah penularan Covid-19 dan hanya bisa dipakai sebagai alternatif terakhir, dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dia menyebutkan mekanisme penularan virus antara lain melalui percikan air ludah (droplet) dan airbone (partikel kecil yang terbawa udara).

Masker kain tidak memiliki perlindungan layaknya masker bedah yang terdiri dari 3 lapis.

Tiga lapisan pada masker bedah yakni lapisan luar anti air untuk melindungi droplet, lapisan tengah sebagai filter kuman, dan lapisan dalam untuk menyerap cairan yang keluar dari mulut pemakai.

Tingkat perlindungan masker bedah ini sekitar 56 persen bagi partikel droplet berukuran nanometer.

Sedangkan masker N95 memang memiliki tingkat efektivitas pencegahan penularan terbaik karena memiliki kerapatan yang lebih padat dibanding masker bedah dan masker kain.

Masker jenis ini mempunyai proteksi yang baik untuk droplet maupun aerosol.

Masker ini banyak digunakan tenaga kesehatan yang melakukan kontak langsung dengan pasien.

Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan membandingkan efektivitas pengunaan masker bedah dengan masker kain.

Penelitian tersebut telah diterbitkan pada jurnal BMJ Open (2015) berjudul A Cluster Randomise Trial of Cloth Masks Compared with Medical Masks in Healthcare Workers.

Dalam penelitian yang dilakukan di Hanoi, Vietnam pada 1.607 rumah sakit diketahui bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara penggunaan masker bedah dan masker kain dalam mencegah infeksi saluran pernafasan maupun infeksi virus.

”Hasilnya sangat luar biasa, ternyata orang yang pakai masker kain kemungkinan menderita infeksi saluran nafas dan infeksi virus 13 kali lebih besar dibandingkan dengan yang memakai masker bedah. Ini kan bahaya sekali,” ujar Bambang, dikutip dari laman resmi UGM.

Virus corona jenis baru memiliki ukaran kecil dalam ukuran 0,125 mikrometer atau 125 nanometer.

Sementara itu, pada kain tidak memiliki kerapatan yang cukup dalam menyaring partikel yang sangat kecil.

Kendati demikian, masker kain ini bisa menjadi pilhan terakhir jika ketersediaan masker bedah sangat sulit didapatkan.

Misalnya, ingin menggunakan masker kain untuk proteksi diri, disarankan agar masyarakat untuk melapisi masker kain 2 lapis dengan tisu di tengahnya.

Hal tersebut dilakukan agar bisa meningkatkan perlindungan terhadap kemungkinan masuknya partikel ke dalam masker.

Bambang kembali menegaskan bahwa masker kain dapat dipakai sebagai alternatif terakhir untuk melindungi diri dari ancaman penularan Covid-19.

Namun, faktor-faktor lain juga harus dipatuhi agar bisa mencegah penularan seperti physical distancing, menghindari kerumunan, rajin cuci tangan dengan sabun, dan menjaga kebersihan. (Serambinews.com/Firdha Ustin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved