Kamar Agam, Perupa Aceh, dan Dua Serigala Bertengkar di Kanvas Meditasi Corona

Kamar Agam, perupa yang berdomisili di kota dingin Takengon, menuntaskan lukisannya di atas kanvas dengan dua serigala yang sedang bertarung...

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Perupa Aceh, Kamar Agam. 

 

Laporan Fikar W Eda | Aceh Tengah

SERAMBINEWS.COM, TAKENGON - Kamar Agam, perupa yang berdomisili di kota dingin Takengon, menuntaskan lukisannya di atas kanvas dengan dua serigala yang sedang bertarung.

Bersamaan dengan itu, musik dan nyanyian yang dimainkan oleh Sanggar Pegayon juga berakhir.

Kamar Agam, akrab disapa Agam, dengan nada marah, lalu maju ke depan kamera, ia meradang, dan berseru "di tengah pandemi, pemimpin kami bertengkar, banjir bandang sedang terjadi," tukasnya.

Ia menyerukan menjaga bumi, dan dengan begitu bumi akan menjaga isinya.

Peristiwa  ini terjadi pada Minggu (17/5/2020) malam dalam acara "Meditasi Corona Virus," yang disiarkan live melalui grup FaceBook (FB). Kamar Agam berkolaborasi bersama Sanggar Pegayon mengisi ruang kreativitas seniman itu, dengan menyanyi, menari, dan melukis dalam waktu yang bersamaan.

Kegiatan ini  sebagai bagian aktifitas kreatif para seniman mengisi waktu  saat "berkurung di rumah" akibat pandemi Corona.

 Kamar Agam pantas kesal, dan lalu menumpahkan kekesalannya di atas kanvas dengan dua sosok "serigala bertengkar" sebab beberapa waktu sebelumnya, dua pimpinan di kabupaten tempat Agam bermukim, sedang bertengkar hebat dan saling ancam, gegara "kue kekuasaan."

Rakyat malu, sebab itu terjadi,  beberapa jam setelah terjangan banjir bandang yang menimpa Kampung  Paya Tumpi Baru, dan di tengah perjuangan melawan Corona.

"Sebagai seniman, beginilah cara kami mengingatkannya," kata Kamar Agam kesal.

Kamar Agam menetap di Takengon, bersama sang istri Mailida Sulaiman, merupakan salah seorang perupa Aceh yang aktif dan progresif. Ia mengaku alumni "Institut Kesenian Jalanan," juga terlibat membimbing anak-anak mencintai seni dan mengajarkannya melukis.

Lahir tanggal 9 Nopember 1979. Nama aslinya Kamaruzzaman. Terlibat banyak kegiatan seni rupa di Aceh dan luar Aceh.

Pada April 2017 silam, ia dan sejumlah perupa membakar lukisan di halaman Taman Budaya Banda Aceh sebagai bentuk protes kepada pejabat Taman Budaya. Waktu itu, Agam menjadi koordinator seniman yang sedang berpameran di Taman Budaya tersebut.

 “Kami sebenarnya membakarnya karena ini sebuah bentuk protes,” kata Agam mengenai peristiwa tersebut.

 Agam menjelaskan latar belakang aksi heboh itu, saat  mereka sedang menggelar pameran seni rupa di Ruang Galeri Gedung Taman Budaya yang digelar mulai 22-27 April 2017, untuk memperingati hari bumi dan ulang tahun Kota Banda Aceh yang ke-812 tahun.

“Tetapi, manajemen Taman Budaya juga menerima penyewaan gedung untuk perpisahan siswa sekolah SMA 11 Banda Aceh yang digelar pada hari yang sama, jelas sangat mengganggu," katanya. Disebutkan, Taman Budaya adalah rumah besar seniman. Apa pun aktivitas seniman harus di nomor satukan.

Kamar Agam mulai aktif berkesenian sejak 1997. Banyak pameran yang ia ikuti, lokal maupun nasional, antaranya;Aceh Kreatif 2014; Aceh dalam Kartun 2014; Tsunami 7, 8, 9, 10 pada  2014,  2015, 2016, 2017 di  Museum  Tsunami Aceh; Aceh Japan Art Community, 2017, Museum Tsunami Aceh; PSROO 2019 Jogjakarta; Pameran Online Perupa Nusantara, GBSRI 2020 dan banyak lagi.

 Kamar Agam juga menjadi koordinator sejumlah kegiatan, seperti koordinator Ci Kaci Kaci 2017, Koordinator Gayo Culture  2018 Bener Meriah, Koodinator Bumi Kita 2019 Takengon. Aceh Tengah  dan lain-lain.

 Dalam organisasi seniman, Agam adalah bendahara  Komunitas( jaroe) Jaringan Perupa Aneuk Nanggroe, Sekretaris Komunitas  Senirupa Aceh, Ketua, sub bidang seni rupa Majelis Seniman Aceh, Sekretaris Forum Seni Gayo, Ktua Sanggar Lukis  Atelier Banda Aceh, Ketua Ikatan Pelukis Indonesia (IPI) Cabang Aceh dan sebagainya.

Pada saat acara "Desember Kopi Gayo" Desember 2019 silam, Kamar Agam memperlihatkan kemampuannya melukis spontan  bertema kopi di sela-sela pertunjukan musik dan tari.

"Kita harus memelihara alam ini, tidak merusaknya. Lihatlah akibat keruaakan alam, banjir, tanah longsong dan sebagainya. Selaku seniman, kami bicara melalui karya seni," ujar Kamar Agam yang juga hobi menangkap ikan di Danau Laut Tawar ini.(*)

Shalat Idul Fitri di Simeulue Tetap Digelar di Masjid, Ini yang Harus Dipatuhi

PDP Tak Bertambah, ODP Meningkat 3 Orang

Bupati Sarkawi Serahkan BLT Dana Desa di Kecamatan Permata dan Bener Kelipah  

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved