Breaking News

Virus Corona Serang Dunia

Australia Uji Coba Vaksin Virus Corona pada Manusia, Bisa Tersedia Tahun Ini

Pada Selasa (26/5/2020) Perusahaan Bioteknologi Novavax lakukan uji coba vaksin virus corona pada manusia di kota Melbourne dan Brisbane, Australia.

Editor: Faisal Zamzami
AFP/Mladen Antonov
Seorang peneliti memperlihatkan botol berisi cairan vaksin virus Corona yang diujicoba pada monyet di Pusat Penelitian Primata Nasional Thailand di Universitas Chulalongkorn, Saraburi, Sabtu (23/5/2020) 

Tujuan lain dari vaksin adalah mempersiapkan tubuh untuk bereaksi jika mengalami infeksi yang sebenarnya.

Metode lain yang digunakan oleh lembaga pengembang vaksin adalah menggunakan kode genetik dari protein virus Covid-19.

Pengembangan vaksin juga dilakukan dengan menggunakan virus tak berbahaya untukmendapatkan informasi tentang protein virus.

Namun pengembangan vaksin yang lebih lazim berasal dari virus Covid-19 yang telah mati.

Novavax melakukan uji coba dengan menambahkan cara baru yang disebut dengan vaksin rekombinan, yaitu menggunakan rekayasa genetika untuk menumbuhkan duplikasi protein virus corona yang tak berbahaya di laboratorium.

Novavax mendapatkan dana 388 juta dolar AS (sekitar Rp 5,7 triliun) dari sebuah lembaga epidemi di Norwegia untuk pengembangan vaksin ini.

Organisasi riset klinis 'Nucleus Network' bertanggungjawab dan ditunjuk untuk melaksanakan pengujian vaksin dengan metode ini dan diberi nama NVX-CoV2373 .

Protein dalam virus tersebut diekstraksi dan dimurnikan, kemudian dikemas menjadi partikel nano berukuran virus. Peserta dalam ujicoba vaksin Covid-19 oleh Novavax ini sebanyak 131 orang sehat berusia antara 18 sampai 59 tahun.

Sebelumnya, Novavax telah melakukan uji coba vaksin ini ke hewan dan menunjukkan keberhasilan dengan dosis yang rendah.

WHO membatalkan uji coba klorokuin dalam pandemi virus corona

Sementara pengembangan vaksin Covid-19 berjalan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) membatalkan pengujian obat malaria hidroksi klorokuin (hydroxychloroquine) pada pasien terjangkit virus corona karena alasan keamanan.

Sebuah penelitian menunjukkan obat ini beresiko terhadap jantung pasien Covid-19 dan bisa menyebabkan kematian, menurut Dirjen WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Presiden AS, Donald Trump, dan sejumlah pemimpin negara lain memuji obat ini sebagai obat yang efektif untuk pasien Covid-19.

Trump bahkan mengaku telah menggunakan obat itu untuk mencegah infeksi, meskipun belakangan ia menyatakan telah berhenti meminumnya.

WHO merekomendasikan agar jangan menggunakan hydroxychloroquine untuk mengobati atau mencegah infeksi virus corona, kecuali sebagai bagian dari uji klinis.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved