Seniman Berkarya
Herman RN, Butuh Lima Tahun Menembus KOMPAS, Dua Tahun Menembus SERAMBI
Tidak banyak sastrawan negeri ini yang karyanya menembus media nasional di Jakarta, seperti KOMPAS. Selain ruang terbatas, persaingan sengit...
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
Sejak mahasiswa, sudah mulai mencoba menulis, terutama karya sastra. Ia berhasrat karyanya bisa dimuat SERAMBI. Baru 2005 karyanya terpampang di koran tersebut dan sejumlah media lokal lainnya yang terbit di Aceh.
Herman membutuhkan perjuangan tidak ringan guna memenuhi hasratnya itu. Ia rela menyisihkan uang makannya, pergi ke tempat rental komputer untuk menulis dan memprint naskah. Ia mengantarkan sendiri naskah ke redaksi SERAMBI, kala itu di Desa Baet Aceh Besar. Ia berjalan kaki dari Simpang Mesra ke Kantor SERAMBI, untuk menghemat ongkos. Itu dia lakukan selama dua tahun!
Kalau saat ini Herman menjadi salah seorang pemikir dan penulis prosa dan puisi yang baik di Aceh, itu ia peroleh berkat semangat pantang menyerah.
Herman juga mengikuti berbagai lomba menulis. Beberapa prestasi yang berhasil diraihnya, antara lain Juara I menulis cerita rakyat se-Aceh (Dinas Kebudayaan Aceh, 2005); Harapan I menulis cerita rakyat se-Indonesia (Pusat Bahasa, 2006); Juara III menulis naskah radio se-Aceh (Dokarim, 2006); dan Juara III menulis cerita rakyat se-Indonesia (Pusat Bahasa, 2007).
Kemudian Juara I menulis cerita rakyat se-Aceh (Dinas Kebudayaan Aceh, 2008); Juara II menulis esai lingkungan (Walhi, 2011). Tahun 2009, ia diberikan anugerah sastra untuk kategori prosa oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh.
Sejak itu, Herman mulai sering menjadi fasilitator menulis kreatif. Kerap menjadi juri lomba baca dan tulis puisi, cipta cerpen, dan menulis esai. Sempat dipercaya sebagai redaktur budaya (sastra) pada salah satu harian lokal terbitan Banda Aceh. Sejak 2007 sampai sekarang mengelola media adat "tuhoe" pada Jaringan Komunitas Masyarakat Adat (JKMA) Aceh. Pernah pula menjadi pengelola media adat theChiek pada LSM Prodeelat.
Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, dan naskah radio terkumpul dalam beberapa antologi bersama.
Adapun karya tunggalnya antara lain Indahnya Nikmat Tuhan (cerita anak, 2006); Putroe Kaoy (cerita anak, 2016); Pembunuh Ketujuh (antologi cerpen, 2016); Arsitektur Rumah Tradisional Aceh (bacaan anak sekolah SMA, 2018); Asyi dan Lanskap Tarian Tradisional Aceh (cerita anak, 2019); Jurnalistik Praktis (buku Jurnalistik, 2018); Panduan Menulis Praktis (buku ajar menulis kreatif, 2019).
Tahun 2013-2015, Herman mendapatkan kesempatan menjadi dosen pada Fakultas Sastra dan Sains Kemasyarakatan di Fatony University, Thailand. Sejak tahun 2015 menjadi dosen tetap di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Syiah Kuala. Di sela-sela kegiatan mengajar, ia menyempatkan diri menjadi peneliti dan tetap menulis di media masa.(*)
• Viral Suami Pukul Wajah dan Antuk Kepala Istri, Diduga Soal Biaya Belanja Rumah Tangga
• Ekspor Belasan Ribu Ton Kopi Arabika Gayo Masih Tertunda
• Peringati Hari Lahir Pancasila, Kompi 1 Batalyon C Pelopor Brimob Polda Aceh Bersihkan Masjid