Update Corona
Universitas Airlangga dan BIN Berjuang Meneliti Obat Penyembuh Covid-19
Unair melakukan penelitian terkait dengan regimen kombinasi obat dan juga jenis stem cell yang efektif.
SERAMBINEWS,COM, JAKARTA - Universitas Airlangga (Unair), bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Gugus Tugas Nasional terus melakukan penelitian untuk memutakhirkan resep penyembuhan COVID-19.
Hal itu disampaikan peneliti Universitas Airlangga (Unair), Dokter Purwati bersama Badan Intelijen Negara (BIN) dan Gugus Tugas Nasional, Jumat (12/6/2020).
Menurut Purwati, Unair melakukan penelitian terkait dengan regimen kombinasi obat dan juga jenis stem cell yang efektif. Regimen merupakan komposisi jenis dan jumlah obat serta frekuensi pemberian obat sebagai upaya terapi pengobatan.
Titik tolak penelitiannya, kata Purwati, berdasarkan prinsip penyakit infeksi, yakni adanya konsep tiga sisi yang terdiri host, lingkungan dan agen.
• Obat Corona Dijual Bebas Bulan Agustus
• Diyakini Sebagai Obat Corona, Warga Vietnam Buru Kucing Hitam untuk Dibantai Kemudian Dikonsumsi
• Ilmuwan Australia Temukan Obat Corona, Ivermectin Bisa Hentikan Pertumbuhan Virus dalam 48 Jam
"Jadi manusia itu sendiri, virus itu sendiri, serta faktor lingkungan yang apabila dibuat sesuatu hal yang sedemikian rupa sehingga mendukung pertumbuhan virus tersebut," ujar Purwati dalam siaran pers BNPB, Jumat, (12/6) lalu.
Berbasis Obat di Pasaran
Upaya pengobatan dalam percepatan penanganan COVID-19 merupakan rangkaian upaya dari pengujian dan pelacakan. Pengobatan yang dilakukan bersifat medis dan nonmedis. Menurut perempuan bergelar doktor ini, pihaknya dan BIN terus meneliti dan menggunakan regimen untuk pengobatan medis.
"Kombinasi obat-obatan yang sudah dilakukan penelitian dari obat-obatan yang sudah ada di pasaran, kita teliti untuk potensi dan efektivitas obat tersebut, sehingga indikasinya diperluas menjadi obat yang mempunyai efek antiviral terhadap SARS-CoV-2 yang berbasis dari virus isolat Indoensia, yang sampelnya diambil dari pasien di RSUA yang telah mendapatkan sertifikat laik etik, melalui serangkaian proses,” lanjutnya.
• Tumbuh Subur di Jabar, Tanaman Kina Berpotensi Jadi Obat Corona, Kandungannya Mirip Penawar di Wuhan
• Imigrasi:29 TKA Asal Cina di PLTU 3-4 Nagan Raya Terkendala Dideportasi karena Pandemi Covid-19
• Sarkawi Terima Surat Izin Berobat
Proses pertama yaitu uji toksisitas. “Apakah obat yang akan dipakai itu toksik atau tidak untuk sel tubuh kita,” ucapnya.
Kedua, yaitu mengecek dan meneliti potensi obat yang digunakan tersebut seberapa besar daya bunuhnya terhadap virus Corona tersebut.
“Ketiga, meneliti efektivitas obat tersebut berapa besar dan berapa lama berefek terhadap penghambatan dan penurunan jumlah virus," lanjutnya
Ia menambahkan, dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran sitokin sitokin inflamasi dan anti-inflamasi. Dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan sitokin-sitokin anti-inflamasi (anti keradangan) dan penurunan sitokin-sitokin inflamasi (keradangan), di mana pada infeksi virus ini biasanya didapatkan kadar sitokin inflamasi yang tinggi sehingga mengakibatkan keadaan yang kurang bagus bagi organ-organ tubuh.
Dari 14 regimen obat yang diteliti, ada lima kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus untuk menghambat virus itu masuk ke dalam sel target dan juga membantu penurunan perkembangbiakannya di dalam sel.
“Hasil tersebut dapat diikuti bertahap dari 24 jam, 48 jam dan 72 jam, dan virus tersebut yang jumlahnya ratusan ribu berkurang hingga tak terdeteksi,” ucapnya.
Saat konferensi pers, Purwati menunjukkan kemasan kombinasi obat yang belum diperjualbelikan. Itu merupakan hasil kolaborasi Unair, BIN dan juga BNPB.
“Jadi ada lima macam kombinasi yaitu lopinavir atau ritonavir dan azithromycin. Kedua, lopinavir atau ritonavir dan doxycycline. Ketiga, lopinavir atau ritonavir dan clarithromycin. Keempat, hydroxychloroquine dan azithromycin dan kelima kombinasi hydroxy dan doxycycline,” ucap Purwati.
• Kabar Bahagia, Obat Covid-19 dari WHO Tunjukkan Hasil Menggembirakan
• Dirut RS Korea Selatan Takjub Saat Tahu Orang Indonesia Obati Masuk Angin Pakai Kerokan
Ia mengatakan, regimen dipilih sebagai kombinasi karena potensi dan efektivitas yang cukup bagus terhadap daya bunuh virus. Dosis kombinasi yang lebih kecil 1/5 sampai 1/3 dari dosis tunggal, sehingga sangat mengurangi toksitas obat tersebut di dalam sel tubuh yang sehat.
Ia mengatakan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah virus menurun sampai tidak terdeteksi setelah diberi regimen obat tersebut. '“Maka bisa memutus mata rantai penularan,” harapnya.