16 Juni 1948 dalam Sejarah

Kilas Balik Tangis Soekarno, Hotel Atjeh Dibangun Abdullah Hotel Atjeh

Di hotel itulah Presiden pertama RI, Ir Soekarno menangis dan minta sumbangan rakyat Aceh untuk beli pesawat yang kelak diregistrasi sebagai Seulawah

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Nur Nihayati
For Serambinews.com
Ini tiang tiang pancang pada lahan bekas Hotel Atjeh Banda Aceh 

Di hotel itulah Presiden pertama RI, Ir Soekarno menangis dan minta sumbangan rakyat Aceh untuk beli pesawat yang kelak diregistrasi sebagai Seulawah 

Laporan Fikar W.Eda | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH -Hotel Atjeh dibangun oleh Abdullah.

Ia dikenal dengan nama Abdullah Hotel Atjeh, punya tujuh anak.

Paling bungsu bernama Lukman Hakim, saat ini salah seorang Direktur di Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Sebagai keluarga pewaris Hotel Atjeh, Lukman Hakim, menyatakan, nilai sejarah Hotel Atjeh harus dilestarikan.

Di hotel itulah Presiden pertama RI, Ir Soekarno menangis dan minta sumbangan rakyat Aceh untuk beli pesawat yang kelak diregistrasi sebagai Seulawah RI 001.

Dan menjadi cikal bakal Maskapai Garuda Indonesia.

"Hotel Atjeh salah satu tempat paling bersejarah di negeri ini.

Di sana Presiden Soekarno menginap dan bertemu Daud Beureueh berserta tokoh-tokoh Aceh baik dari kalangan pemerintahan maupun para saudagar.

Hari Ini 72 Tahun Lalu, Ketika Soekarno Menolak Jamuan Makan Malam Saudagar di Hotel Atjeh

Pengumpulan Dana di Aceh Tengah Dilakukan Dua Bulan, Mengenang Sejarah Pesawat Seulawah

‘Di Tiang Pancang, Mereka Membaca Tangis Soekarno’

Presiden minta bantuan sumbangan rakyat Aceh untuk beli pesawat," kata Lukman Hakim.

Hotel Atjeh berada tepat di depan Masjid Raya Baiturrahman.

Saat ini seluruh bangunan hotel sudah dibongkar dan hanya tinggal tiang pancang yang dicat warna warni.

Bangunan hotel terbuat dari kayu, memiliki restoran dan kamar penginapan, serta ruang pertemuan.

"Kami mengharapkan perhatian dan dukungan dari Pemerintah Aceh untuk merevitalisasi Hotel Atjeh dan menjadikan kawasan itu sebagai haritage.

Nilai sejarahnya sangat tinggi," kata Lukman Hakim yang kini menjabat salah seorang direktur di Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Ia menyebutkan, apabila tidak diperhatikan, bisa jadi, nilai sejarah Hotel Atjeh akan terkubur ditelan zaman.

"Sebagai bangsa besar, tentu kita tidak ingin sejarah kita terkubur. Adalah tanggungjawab kita bersama merawatnya," ujar Lukman Hakim.

Presiden Soekarno tiba Koetaradja pada 16 Juni 1048 dan menginap di Hotel Atjeh.

Malamnya diselenggarakan pertemuan antara Presiden Soekarno dengan tokoh-tokoh Aceh.

"Pada pertemuan itulah Presiden Soekarno minta bantuan masyarakat Aceh mengumpulkan dana untuk beli pesawat.

Konon Presiden sempat menolak ke meja makan, sebelum ada komitmen bantuan," kata Lukman Hakim.

Lukman menyebutkan, bangunan Hotel Atjeh dibongkar secara sengaja pada 1995.

Selanjutnya di tempat itu rencananya dibangun hotel bintang lima dengan 10 lantai. "Seingat saya dibongkar pada 1995.

Selanjutnya oleh PT Alam Ujung Bate, akan dibangun hotel bintang lima dengan konsep religius sepuluh lantai," kata Lukman Hakim.

Namun rencana tersebut tidak berhasil diwujudkan sampai sekarang.

Lahan bekas Hotel Atjeh hanya tinggal tiang pancang yang dicat warna warni. Lukman Hakim menjelaskan, gagalnya pembangunan kembali Hotel Atjeh karena pasifnya keseriusan para konsorsium serta lemahnya koordinasi.

"Akibatnya lahan itu jadi terlantar," kata Lukman.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved