Feature

Kisah Kamariah Penjaga Makam Putroe Neng yang Tujuh Tahun tak Bergaji (3-Habis)

Saat di provinsi, dikatakan ke Pemerintah Kota Lhokseumawe. Saat kita ke Lhokseumawe, dikatakan urusan provinsi. Sehingga sampai kini belum ada kejel

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/SAIFUL BAHRI
Kamariah, penjaga makam Putroe Neng di Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. 

Membersihkannya secara rutin. Bila ada warga yang datang ingin ke makam, tetap ditemani.

Artinya, meskipun sudah tujuh tahun tak ada perhatian pemerintah, Kamariah bersama keluarganya tetap menjalankan tugas untuk menjaga makam tersebut.

Seperti diketahui dalam sebuah sipnosis Putro Neng yang memiliki nama asli (sebelum masuk Islam) adalah Laksamana Nian Nio Lian Khi merupakan komandan perang dari China Budha pada akhir abad ke 11 dan awal abad ke 12 Masehi.

Beliau seorang perempuan yang telah dikalahkan oleh pasukan Meurah Johan seorang ulama yang berasal dari kerajaan Peureulak.

Dimana saat itu, Pasukan Meurah Johan berada di daerah Maprai (daerah Sibreh sekarang). Setelah dikalahkan oleh Meurah Johan, Jenderal Nian Nio Lian Khi masuk Islam dan digelar dengan nama Putroe Neng.

Kekalahan dalam peperangan dengan Pasukan Meurah Johan telah mengubah sejarah hidup Putroe Neng.

Dari seorang maharani yang ingin menyatukan sejumlah kerajaan di Pulau Ruja, ia malah menjadi permaisuri dalam sebuah pernikahan politis.

Pendiri Kerajaan Darud Donya Aceh Darussalam, Sultan Meurah Johan, menjadi suami pertama Putroe Neng yang kemudian juga menjadi lelaki pertama yang meninggal di malam pertama.

Tubuh Sultan Meurah Johan ditemukan membiru setelah melewati malam pertama yang selesai dalam waktu begitu cepat.

Putroe Neng
Putroe Neng ()

Menikahi Putroe Neng yang cantik jelita merupakan sebuah kebanggaan bagi banyak lelaki bangsawan.

Namun malam pertama selalu menjadi malam terakhir bagi 99 lelaki yang menjadi suami Putroe Neng.

Suami terakhir Putroe Neng adalah Syekh Syiah Hudam yang selamat melewati malam pertama dan malam-malam berikutnya.

Ia adalah suami ke-100 dari perempuan cantik bermata sipit tersebut.

Syiah Hudam berhasil mengeluarkan bisa (racun) dari tubuh Putroe Neng.

Racun tersebut dimasukkan ke dalam bambu dan dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian dibuang ke laut, dan bagian lainnya dibuang ke gunung.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved