Luar Negeri
Peniliti Temukan Lautan Asin Luas di Bulan Planet Jupiter, Disebut Memungkinkan Bagi Kehidupan Alien
Disebutkan, lautan asin yang luas ini mengandung bahan material yang cukup dan memungkinkan bagi alien hidup di bawah lapisan esnya.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Mursal Ismail
Disebutkan, lautan asin yang luas ini mengandung bahan material yang cukup dan memungkinkan bagi alien hidup di bawah lapisan esnya.
SERAMBINEWS.COM - Para ilmuan dari California mengabarkan temuan hasil dari penelitian terbaru mereka, yakni lautan asin luas yang terdapat di bulan planet Jupiter.
Disebutkan, lautan asin yang luas ini mengandung bahan material yang cukup dan memungkinkan bagi alien hidup di bawah lapisan esnya.
Dilansir dari Mail Online, Kamis (25/6/2020), studi tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Jet Propulsion Laboratory Nasa di California.
Mereka membuat sebuah simulasi komputer dari reservoir geokimia yang terletak di bawah cangkang es planet Jupiter, atau yang memiliki nama lain Europa.
Dari hasil penelitian, para peneliti menyimpulkan bahwa lautan yang terdapat di salah satu planet terbesar di tata surya ini mungkin terbentuk akibat kerusakan mineral yang mengandung air.
Air ini kemudian membentuk lautan asin di balik lapisan es yang cukup dihuni bagi kehidupan alien.
• Siapa Sangka, Tanaman Ini Bisa Bikin Orang Kaya Mendadak, Kok Bisa?
Tim peneliti mengembangkan model simulasi mereka menggunakan data dari pesawat ruang angkasa Galileo NASA dan Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang dibangun oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa.
Sebelumnya di tahun 2016, Hubble mengungkap bukti menggoda bahwa gumpalan uap air meletus dari permukaan planet Jupiter.
Oleh tim baru ini menemukan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lautan di dunia seperti Jupiter dapat dibentuk oleh metamorfisme atau proses perubahan komposisi atau struktur mineral, yaitu batuan.
Para ilmuwan di California percaya bahwa pemanasan dan peningkatan tekanan mungkin disebabkan oleh proses radioaktif alami, atau gerakan pasang surut yang dihasilkan oleh gravitasi Jupiter.
Inilah yang mengakibatkan kerusakan mineral sehingga dapat melepaskan air yang terperangkap di dalamnya.
Peneliti menambahkan bahwa lautan akan bersifat agak asam dengan konsentrasi tinggi karbon dioksida, kalsium dan sulfat, sebelum menjadi kaya akan kandungan klorida.
• Posisi Kapal Imigram Rohingya Semakin Dekat, Tepi Pantai Lancok, Aceh Utara Dipasang Police Line
"Dengan kata lain, komposisinya menjadi lebih seperti lautan di Bumi,"
"Kami percaya bahwa lautan ini bisa sangat layak huni seumur hidup,” kata penulis kertas dan ilmuwan planet Mohit Melwani Daswani dari Jet Propulsion Lab NASA, seperti dikutip dari Mail Online.
Mohit menuturkan bahwa misi lebih lanjut terkait penelitian mereka soal planet Jupiter yang diberi nama ‘Erupa Clipper Nasa’ akan dilaksanakan beberapa tahun mendatang.
Mereka yang meneliti soal ini, dikatakan Mohit, dibentuk untuk mempersiapkan misi penyelidikan tentang kelayakan planet raksasa tersebut untuk dihuni.
"Misi Europa Clipper NASA akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan, dan pekerjaan kami bertujuan untuk mempersiapkan misi, yang akan menyelidiki kelayakan Europa untuk dihuni."
"Model-model kita membuat kita berpikir bahwa lautan di bulan-bulan lain, seperti tetangga Eropa Ganymede, dan bulan Saturnus, Titan, mungkin juga terbentuk oleh proses serupa."
• Warga Mulai Galang Dana untuk Imigran Rohingya di Tepi Pantai Lancok, Aceh Utara
Dengan studi awal yang telah selesai, para peneliti sekarang sedang mencoba melihat apakah gunung berapi dasar laut dapat berkontribusi pada evolusi perairan kaya klorida di planet Jupiter atau Europa.
Salah satu ahli geologi dari University of Colorado, Stephen Mojzsis yang tidak terlibat dalam penelitian mengemukakan komentarnya terkait penelitian tersebut.
Ia mempertanyakan kemungkinan planet tersebut menjadi layak huni jika dapat mempertahankan aliran elektron yang mungkin menyediakan energi untuk kehidupan.
“Aspek kunci yang membuat dunia layak huni adalah kemampuan intrinsik untuk mempertahankan disequilibria atau ketidakseimbangan kimia ini,"
"Boleh dibilang, bulan es kekurangan kemampuan ini, jadi ini perlu diuji pada misi ke Europa di masa depan," ujar Stephen Mojzsis.
Dikabarkan, temuan lengkap dari penelitian ini dipresentasikan pada konferensi geokimia Goldschmidt 2020, yang diadakan sejak tanggal 21 hingga 26 Juni 2020. (Serambinews.com/Yeni Hardika)